[10 — Kim Freaking Namjoon]
s n b.
Rombongan staff, manajer, pengawal dan Bangtan sudah sampai di Bandara Internasional Incheon tepat pukul 3 dini hari. Sementara pesawat yang akan mereka tumpangi membutuhkan sekitar 2 jam untuk lepas landas. Jadi mereka tidak perlu mengejar jadwal penerbangan, hanya cukup menunggu dengan santai.
"Wah ... ini pertama kalinya aku tidak menemukan banyak orang saat di bandara." Hoseok berjalan memasuki area bandara dengan menenteng tas jinjingnya yang besar.
Namjoon yang berjalan berdampingan menimpali, "Seperti perjalanan pribadi."
"Benar," balas Hoseok tersenyum lebar seperti baru menemukan sebuah kebahagiaan.
Disaat Namjoon dan Hoseok berjalan berdampingan dengan tenang didepan sana, di belakang mereka ada Jungkook, Jin dan Taehyung yang sedang beradu mulut mempermasalahkan soal siapa yang harus duduk didekat jendela pesawat. Masing-masing memperebutkan kursi istemewa itu dengan alasan beraneka ragam.
Jungkook yang ingin merekam awan saat pesawat terbang, Jin yang memang nyaman duduk didekat jendela dan Taehyung yang ingin memastikan rasa penasaran tentang apakah awan itu berasal dari permen kapas yang terbang atau bukan. Sementara di belakang mereka Yoongi mendengar perdebatan itu semua, mendengus bosan. Terlebih Jin yang masih tidak tahu umur selalu ikut campur mengenai hal yang tidak masuk akal.
"Hyung, apa tak malu dengan umurmu?" tanya Yoongi dan dibalas dengan delikan mata dari Jin.
Disisi lain Jimin berjalan seorang diri. Dia sedikit terlambat dan terpaksa pergi menggunakan mobil staff. Lalu usai menemukan yang lain, dia langsung berlari mencoba menyusul ke depan. Sementara Sacha yang berjalan dengan lunglai sudah melemparkan tatapan laser pada punggung Jimin ketika melewatinya.
Semangat Sacha untuk pergi tiba-tiba hancur seketika bagai petir menyambar. Dia harus bertengkar dulu dengan Jung Hemi. Tak habis pikir olehnya, bagaimana Jung Hemi bisa berubah secepat kilat? Dia bahkan membela Jimin. Sungguh tak bisa dipercaya.
"Guys, selama menunggu jangan ada yang berkeliaran dan tetap bersama rombongan, mengerti?"
Intruksi Manajer Hyunsoo ketika member Bangtan sedang berbaris melakukan pengecekan barang bawaan dan dibalas oleh member Bangtan dengan serentak. Lalu giliran Sacha setelah semua member Bangtan selesai. Dia satu-satunya manusia yang terlihat paling santai diantara rombongannya. Sebab hanya Sacha yang membawa tas selempang kecil berisi berkas-berkas penting dan ponsel. Dia bahkan hanya memakai celana pendek dan sweater seolah akan pergi ke kebun binatang dibanding ke luar negeri.
Setelah melewati segala macam pengecekan, mereka pun menunggu pengumuman status keberangkatan. Sacha memilih bersandar pada dinding dan menyalakan musik melalui earphone. Suasana hatinya sudah hancur membuat dia malas untuk berkata-kata atau sekedar mengomentari percakapan Jin dengan member lain, seperti;
"Aku beli minuman dan mendapat satu lagi minuman gratis." Jin mengeluarkan minuman kopi instan dalam botol untuk dipamerkan ke member lain.
Hoseok berseru dengan mata membulat sempurna. "Wah...!"
"Untukku satu, Hyung." Jungkook segera merampas salah satu botol.
Sementara Namjoon merasa penasaran. "Bagaimana kau bisa mendapatkan harga gratis?"
"Kau tak akan mempercayai ini," balas Jin mengambil jeda. "Penjaga tokonya bilang wajahku tampan jadi dia memberikanku harga gratis."
"Ey, serius?" Ekspresi Namjoon dibuat-buat terkejut sebab dia sudah tidak aneh lagi dengan jawaban itu. Jin selalu saja membanggakan wajahnya yang tampan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...