[19—Birthday]
s n b.
"Wah, Itik sensitif itu ternyata mudah sekali memasang topeng." Sacha berucap dari kejauhan tatkala pandangan matanya tak lepas dari sosok Jimin yang tengah tersenyum lebar berjalan melewati beberapa wartawan yang terus memotretnya.
Jin yang duduk di kursi penumpang belakang mendengar ucapan Sacha dan menimpali, "Itulah yang biasanya kami lakukan. Berakting seolah semuanya baik-baik saja."
"Bukannya itu disebut pembohong?"
"Memang," ucap Jin. "Tapi itu agar menjaga privasi kita serta tidak mengundang kecurigaan publik."
"Jadi apapun yang sedang terjadi, kalian hanya harus tetap tersenyum atau bertingkah semuanya normal dihadapan publik?"
Jin mengangguk sekali disusul Sacha yang menengok kebelakang sambil berdecak ringan. "Itu berat, man."
"Tidak," balas Jin langsung. "Agensi kita tidak menyuruh untuk bersikap berlebihan seperti terus memasang senyuman dan ekspresi menyenangkan setelah itu mendadak semuanya lenyap. Tidak, bukan seperti itu. Jika tidak bisa tersenyum, jadilah diri sendiri namun jangan terlalu mencolok."
"Aku tidak mengerti," balas Sacha langsung tanpa perlu mendengar lagi ucapan Jin dan langsung berbalik badan menghadap kedepan.
Rasanya Jin ingin membenturkan kepala pada jendela mobil sekeras mungkin. Sia-sia dirinya berbicara serius tapi Sacha menanggapinya seolah tidak tertarik
Tak lama pintu mobil kembali dibuka dari luar menampakkan sosok Jimin. Jin terpaksa bergeser ke kursi sebelah yang kosong dan membiarkan Jimin duduk disampingnya hingga mobil pun melaju membawa Bangtan ke tempat syuting selanjutnya. Tentu saja dalam suasana hening sebabJimin masih enggan membuka mulut sebab Sacha harus terlihat olehnya di satu mobil yang sama.
s n b.
Ponsel itu terus berdering diatas meja kerja ruangan Sejin. Sudah 10 panggilan masuk tak dijawab oleh pemiliknya. Sudah hampir 2 hari setelah selesainya masa promosi Bangtan di acara televisi, Sacha disibukkan oleh rapat dan beberapa persiapan untuk perjalanan tur konser dunia Bangtan. Bahkan Sacha tak pernah lagi bertemu dengan para member baik di apartemen maupun di kantor agensi. Selain karena Sacha yang super sibuk, member Bangtan pun ikut mempersiapkan diri latihan.
Sacha selalu berangkat pagi ke kantor agensi dan pulang larut, sehingga ketika kembali member Bangtan sudah terlelap. Memang bagus selama 2 hari tak ada pengacau dan penyulut emosi para member, semuanya aman dan damai. Namun kasihan juga melihat Sacha yang kewalahan seorang diri bahkan hampir melewatkan jam makan.
"Yes, Father?" Sacha akhirnya menerima panggilan masuk dari sang ayah. Setelah menjepit ponselnya diantara telinga dan bahu, kedua tangannya sibuk menyusun berbagai berkas untuk materi rapat bersama para tim manajer. Untuk pertama kalinya ia yang akan memimpin rapat.
"Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?" tanya Sejin diseberang sana. Meski hampir satu bulan lamanya tidak mendengar kabar sang ayah, tapi Sacha yakin Sejin baik-baik saja. Namun untuk kali ini dirasa tidak, suara Sejin terdengar aneh. "Kau tidak membuat masalah 'kan?"
Sejak diberitahu mengenai tingkah Sacha saat di Amerika oleh Manajer Hyunsoo. Sejin jadi lebih sering mengirim pesan ancaman, bila anak gadisnya itu membuat masalah terlebih membuat malu dirinya dan Bang Shi Hyuk. Sejin tidak akan pernah menganggap Sacha sebagai anaknya lagi. Jahat memang, namun Sacha tak peduli. Toh, dari dulu Sejin tak pernah menganggap Sacha sebagai anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...