[46—A Day With Sacha]
s n b.
Park Jimin : Ayo besok kita bersepeda berkeliling sungai Han!
Satu buah pesan itu berhasil mengeluarkan helaan napas panjang dari mulut Sacha. Pesan yang belum sempat terbuka semalaman akibat terlalu lelah mengusir Jimin pulang. Usai menghabiskan banyak makanan yang pemuda itu buat sehingga membuat Sacha kekenyangan dan tidur dengan perut membesar.
Nampaknya pagi hari mendapati Sacha yang segar bugar kini mendengus lesu. Dia tidak mau bertemu Jimin. Sudah cukup tadi malam. Meski ajakan pemuda itu terdengar menarik. Bersepeda. Ah... Kapan terakhir kali Sacha mengayuh sepedanya? Hari ketika dirinya tak sengaja menabrak Jimin dan Taehyung sampai masuk ke dalam kolam ikan? Benar, sejak saat itu Sacha tidak berani menggunakan benda tersebut. Entah karena rasa bersalah atau trauma sebab setelah itu ayahnya sukses mendiami Sacha selama seminggu. Hingga berakhir Hoshi yang mengantar jemput menuju sekolah.
Terkadang hal-hal menyebalkan itu mendadak menjadi kenangan yang menyenangkan bagi Sacha bila diingat kembali. Buktinya senyuman tipis sempat menghiasi wajahnya sebelum memudar kala menemukan Sejin barusaja menutup telepon di ruang tengah.
"Sejak kapan Ayah kembali?"
Tak mengubris pertanyaan Sacha, Sejin malah fokus pada perlatan makan yang menumpuk di wastafel. "Semalam kau memasak?"
Butuh beberapa detik bagi Sacha untuk mencerna sebelum mendesah pelan. Dia lupa mencuci piring-piring kotornya. Jimin sempat menjadikan itu sebagai alasan namun Sacha terus menyeretnya keluar. "Ah... Bukan, tapi Jimin semalam datang lalu memasak tanpa diminta."
"Untuk apa Jimin kemari?"
Sacha berdigik, tak mau berpikir lebih dalam mengenai hal itu. Tidak terlalu penting baginya. "Tiba-tiba saja dia datang tanpa di undang. Ayah harus tahu, akhir-akhir ini dia itu aneh."
Sejin mengerutkan kening. "Aneh?"
"Iya aneh," Sacha menegaskan sambil mengangguk, "Dia menjadi orang baik padaku. Membuat merinding saja."
"Jimin memang anak yang baik, Sacha."
Sacha berdecak. "Ck, dia itu menyebalkan."
"Bukannya itu kau?"
"Father," panggil Sacha serius menandakan bahwa dia sedang tidak ingin bercanda.
"Baiklah, sebaiknya cepat mandi. Ada yang harus Ayah bicarakan."
Kening Sacha bertaut, penasaran. "Apa? Katakan saja sekarang."
"Tidak, Sacha. Kau itu seorang gadis, sudah hampir menjelang siang dan kau harus mandi."
"Aku menyerah. Kali ini tidak akan berdebat dengan Ayah sebab aku pun memiliki rencana hari ini."
Sacha berbalik badan masuk kembali ke kamarnya dengan kepala dipenuhi rasa penasaran. Apa yang akan dibicarakan oleh ayahnya? Jika tidak mengingat ajakan Jimin untuk bersepeda pasti Sacha sudah memaksa ayahnya bicara tanpa harus memenuhi syarat untuk mandi terlebih dahulu.
Butuh waktu sekitar 20 menit bagi Sacha mempersiapkan diri untuk pergi menuju ruang tengah. Menagih cerita ayahnya sekalian meminjam mobil yang sudah Sejin tukar kembali menjadi sedan putih dan bukan lagi mobil jeep hitam. Sacha sangat menyayangkan itu.
Saat di ruang tengah, Sejin sudah berganti baju dengan pakaian santai ditemani bersama secangkir kopi sementara sosoknya sibuk memainkan ponsel. Barangkali memeriksa beberapa email masuk mengenai pekerjaannya. Hingga Sacha memanggil dan mengalihkan fokusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...