chapter 8

67.3K 5.2K 46
                                    

"Sah!" Ucapan para saksi akad pernikahan antara Ramdan dan Ira telah terucap. Kini mereka telah menjadi pasangan halal yang dalam setiap perbuatan baik antara keduanya akan menjadi sebuah ibadah.

"Nak mendekatlah pada suamimu, dan ciumlah tangannya" ibunya yang selalu mendampingi Ira memberi arahan pada putrinya yang kini telah menyandang status istri. Yang kini telah lepas dari kepemilikan orang tuanya secara penuh.

Ira menuruti perintah ibunya. Ia mendekati Ramdan dan dengan agak ragu ia mengulurkan tangannya pada sang suami, ketika Ramdan menyambut uluran tangannya hatinya terasa berdesir. Ini pertama kalinya, ia mengulurkan tangan pada seorang pria. Lalu Ira membawa tangan Ramdan ke bibirnya, mencium tangan pria yang kini telah sah menjadi suaminya sebagai tanda kerendahan hati seorang istri terhadap suami.

"Kamu sangat cantik, istriku" ucap Ramdan ketika di dekat telinga Ira, ia lalu mencium pucuk kepala istrinya yang tertutupi oleh jilbab putihnya.

Ira merasa jantungnya bertalu-talu. Mendengar orang lain memanggilnya dengan kata  "istriku" membuat perasaannya membuncah bahagia. Ya, kini dia adalah seorang istri dengan berbagai kewajiban baru. Yang dulunya seorang anak dengan kewajibannya, telah berubah status menjadi istri dengan seluruh kewajibannya.

Lalu Ramdan memegang pucuk kepala Ira dan membacakannya do'a. Para hadirin melihat semua itu dengan penuh haru. Apalagi keluarga Ramdan yang begitu bahagia melihatnya menemukan wanita lagi sebagai pendampingnya.

"Papa...Riha juga mau di doakan seperti mama" putri kecilnya datang dan mengambil tangan Ramdan untuk di letakkan di ubun-ubun kepalanya.

"Ayo do'akan Riha juga papa" pintanya dengan suara manjanya membuat seluruh hadirin tersenyum gemas.

"Baiklah, semoga anak ayah yang sholihah ini menjadi anak yang taat pada Allah, Rasul, papa, dan mama. Menjadi pemberat amal bagi papa dan mama menuju surga, menjadi anak yang lemah lembut dan berhati mulia ya sayang. Papa sayang Riha, sangat" kemudia setelah mengucapkan itu Ramdan juga mencium pucuk kepala Riha dengan sayang.

"Riha juga sayaaaanggg sekali sama papa, dan sama mama juga. Yeaayy sekarang Riha punya mama" sambil melompat seperti anak kecil biasanya, ia menggandeng tangan Ira. Membuat Ira tersenyum malu-malu.

🕊🕊🕊

Setelah akad selesai, mereka menuju hotel tempat di adakannya resepsi. Mereka berada dikamar untuk mempersiapkan diri. Dengan canggung keduanya sama-sama duduk di atas kasur.

"Kamu tidak berganti pakaian?" Tanya Ramdan dengan suara beratnya, namun tetap terkesan lembut. Dan entah kenapa itu dapat membuat hati Ira berdesir.

"Emm...kamu duluan saja" mendengar Ira mengatakan itu Ramdan menoleh dengan mengangkat sebelah alisnya
"Kamu?" Tanyanya seolah heran dengan panggilan Ira padanya.

"Hah?" Ira mengangkat kepalanya dengan agak terkejut dan aneh.

"Ah...maaf, aku bingung harus memanggil dengan sebutan apa" Ira mengucapkannya sambil menunduk, membuat Ramdan tersenyum.

Ia berdiri dan mendekati istrinya yang masih menunduk malu, ia maklum. Lalu ia berjongkok di hadapan istrinya. Ia menyentuh tangan Ira dan menggenggamnya.

"Panggil aku dengan panggilan seorang istri kepada suaminya, bukan panggilan yang bisa kamu gunakan pada semua orang. Kurasa itu lebih romantis" ucapnya sambil tersenyum teduh.

"Seperti?" Tanya Ira yang sepertinya masih agak bingung ingin memanggil Ramdan dengan sebutan apa.

"Emmm.... honey mungkin, atau sayang atau baby atau...mphhh" Ira menutup mulut Ramdan dengan wajah memerah dengan panggilan-panggilan yang di utarakan suaminya.

"Baiklah, kakak. Aku akan memanggilmu dengan panggilan itu" ucapnya cepat membuat Ramdan mengangkat kedua alisnya.

"Kakak? Memangnya aku kakakmu?" Ramdan membuat Ira merasa serba salah sendiri dengan pertanyaan seperti itu.

Melihat wajahnira yang sangat kebingungan dan malu-malu Ramdan menyudahi ledekannya yang sengaja ia lakukan untuk mencairkan suasana. Melihat Ira sebelumnya yang terlihat begitu canggung dengannya.

"Baiklah, itu tidak buruk untukku" ucapnya akhirnnya dengan senyuman manis yang membuat Ira diabetes, eh terpesona maksudnya.

"Jangan terlalu canggung padaku, kita sudah menikah. Kini kamu milikku dan aku adalah milikmu. Maka kita harus memperlakukan satu sama lain sebagai kepemilikan kita" ucapan Ramdan yang seperti ini membuat Ira menatapnya dengan senyuman malu. Namun cukup membuatnya mengerti.

Ramdan benar, kinj mereka saling memiliki selamanya jadi ia akan mencoba biasa saja meskipun diawal pasti terasa agak sulit.

"Baiklah, bergantilah pakaian. Sebentar lagi yang bertugas me-make up mu akan datang"
Ira menganggukan kepala menuruti perintah suaminya.

🕊🕊🕊

"Selamat bro, akhirnya yang ditunggu datang" ucap Fandy, salah satu teman juga rekan kerja Ramdan dikantor.

"Yang ditunggu?" Ucap Ramdan bingung. Lalu ia melihat Fandy melirikkan matanya pada istrinya.
Dan dia faham apa yang di maksud temannya itu.

"Oh.." jawaban singkat, padat dan aneh. Membuat Fandy menganga tak percaya. Hanya oh? Baiklah ia maklum dengan sikap Ramdan yang memang irit bicara.

"Semoga samiwon" ucapnya menjabat tangan Ramdan ala lelaki.
"SAMAWA!" Ralat Ramdan dengan lebih mengeratkan jabatan tangannya.

"Ehh,.. i-iya itu maksud gue Ram. Lu lepasin gak sakit tau!" Ucap Fandy sambil melototkan matanya.

Dan adegan antar teman itu tak ayal membuat Ira tersenyum. Mereka lucu ketika saling berkomunikasi sebagai teman.

"Selamat ya, semoga betah sama pak bos satu ini. Jangan didengerin kalo dia ngomong. Di masukin ati aja" ucapnya pada Ira sambil tertawa. Lalu sebuah dorongan dari Ramdan ia dapatkan agar segera turun dari panggung plaminan.

"Ihh...lu jahat ya sama sahabat sendiri. Awas aja, gue korupsi"
Ucapannya tak ayal membuat Ramdan menggeleng pasrah.

🕊🕊🕊

Don't forget to vote and comment please....
Biar penulis semangat, cukup berikan motivasi dengan cara diatas yah...😍

21 sya'ban 1440 H
26 April 2019

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang