Chapter 20

56.6K 3.6K 74
                                    

Hahaiiiiii.....assalamualaikum guys...
Maap banget yah cuma sedikit up chap sebelumnya.

Buat merebus rasa bersalahku 🤭, aku up lgi. Dan ini juga terinspirasi dari komen kalian yg bikin aku....unchhhh bgt...😂😂😂

🐒🐒🐒

"assalamualaikum"

Ramdan pulang dengan wajah kusut. Terlihat sekali keletihan di wajah maskulinnya. Dia memasuki rumah dan merasa heran karena rumah terlihat sangat sepi.

Ia berjalan memasuki kamarnya memastikan apakah isterinya sudah tidur atau belum.

Namun yang didapatinya adalah kehampaan. Kamarnya kosong, jantungnya mulai berdetak tidak normal. 'Baiklah berfikir positif'

"Sayang?"

Panggilannya yang hanya mendapati jawaban hampa tanpa suara.

Ia berjalan cepat menuju dapur, mungkin Ira sedang membuatkan kopi untuknya.

Tidak ada. Lalu dimana?, ia baru ingat ini sudah pukul 22.43. ya Allah.

Saat ia pergi ira di rumah sendirian, karena putrinya berada di rumah kedua orangtuanya. Tapi jika Ira pergi kenapa tidak mengunci pintu utama.

Pikiran-pikiran buruk mulai merasuki benak Ramdan. Ia mengambil telepon rumah dan menghubungi papanya.

"Ada apa nak, menelpon malam-malam begini?"

"Pa, apa Ira menginap di sana?"

"Hah? Tidak, bukankah tadi Ira di rumah saat kami mengantar Riha. Apa kamu baru pulang Ramdan?"

"Emm...iya pa, tadi ada sedikit urusan"

"Baiklah, sedikit urusan ya?. Papa hanya berpesan, jangan sampai sedikit urusanmu itu membuat banyak urusan kacau"

Mendengar ucapan papanya, tubuh Ramdan menegang. Apakah papanya sudah tahu? Tapi bagaimana mungkin?

"Tidak pa, Ramdan sudah selesaikan semuanya. Jadi Riha sudah di rumah pa? Tapi kenapa..."

Ramdan tidak melanjutkan ucapannya karena teringat sesuatu.

"Baiklah pa, Ramdan tutup telponnya. Papa istirahat ya, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Dengan segera ia berlari menuju kamar Riha, setelah pintu terbuka seluruh kekhawatiran hilang melihat Ira yang tertidur di karpet berbulu dengan tubuh Riha yang berada di atas tubuhnya. Berbagai mainan anak perempuan berserak di sekeliling mereka. Terlihat sekali Ira begitu menjaga putrinya.

Bagaimana mungkin dulu ia berani mengatakan sesuatu yang sangat jauh dari kenyataan ini. Mengatakan sesuatu yang membuat segalanya berubah. Mengubah kepercayaan Ira terhadap dirinya.

Hatinya ngilu. Bagaimana caranya mengembalikan kepercayaan yang hancur itu? Tolong beritahu Ramdan bagaimana cara menyatukan kaca yang pecah menjadi utuh seperti semula.

Karena ia sendiri yakin, tidak ada jawaban dari pertanyaan itu. Maka ia akan membangun kepercayaan itu dari awal lagi.

Mengembalikan Ira nya seperti dulu lagi, Ia sungguh menginginkan Ira kembali. Ia rindu.

Entah sejak kapan matanya berkaca-kaca, ia tidak ingin gagal untuk kedua kalinya. Ia ingin manjadikan Ira yang terakhir dalam hidupnya. Tidak ada wanita lain lagi.

Ia berjalan mendekat pada dua perempuan yang berarti dalam hidupnya itu. Mengambil Riha kedalam gendongannya dan menidurkannya di atas kasur berseprai stroberi khas anak-anak. Lalu Ramdan mengecup puncak kepala putrinya dengan penuh sayang dan rindu.

Lalu ia menggendong Ira dengan sehati-hati mungkin karena ia tahu isterinya itu meskipun tertidur, ia sangat peka terhadap suara dan gerakan sekecil apapun.

Dan benar saja. Baru Ramdan mulai mengangkatnya Ira membuka mata. Ia terkejut melihat Ramdan yang begitu dekat dengannya.

"Kaka udah pulang?"

Tanyanya Sambil berusaha menurunkan tubuhnya dari gendongan Ramdan.

"Biarkan seperti ini, kumohon"

Ramdan mengatakan dengan begitu lembut sambil menatap mata Ira. Membuat Ira yang awalnya kekeh ingin di lepaskan menjadi terdiam.

Ramdan jalan menuju kamar mereka, ia merebahkan isterinya di kasur dan duduk di tepi ranjang menghadap Ira.

Dengan wajah tertunduk ia mengucapkan sesuatu yang membuat Ira terpaku diam.

"Aku mohon maafkan aku, apapun yang terjadi kumohon tetaplah di sisiku Ira. Aku membutuhkanmu, begitupun Riha. Percayalah, apapun kata-kata buruk yang pernah terucap dari bibir ini tidak benar-benar keluar dari hati"

Ia mengambil tangan Ira untuk di kecupnya.
Dengan mata yang menatap sendu, ia kembali berucap.

"Terimakasih, atas semua kasih sayang dan pengorbananmu untuk kami. Dan akupun sama, aku akan melakukan apapun agar kau tetap di sisiku dan Riha"

Sungguh, mandengar semua yang di ucapkan Ramdan, Ira menjadi sangat emosional. Ia bangun dari posisi rebahan lalu duduk dan memeluk Ramdan dengan spontan.

Perbuatan Ramdan mampu negurangi sedikit amarah yang selama beberapa hari ini dipendamnya. Ira adalah wanita yang mudah iba pada siapapun. Hingga ketika melihat orang lain dalam keadaan terpuruk seperti ini, ia tidak mampu untuk menjauh dan marah. Apalagi ini suaminya sendiri.

Entah kenapa, ia melihat banyak beban, ketakutan dan kegelisahan di mata itu. Ramdan terlihat...Rapuh. apa yang sebenarnya terjadi, Ramdan tidak akan seperti ini kalau tidak ada masalah yang berarti.

'Apa yang terjadi Ya Allah...'

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang