chapter 21

59K 3.6K 46
                                    


♤♡♤

Beberapa bulan berlalu, kini semua kembali membaik. Terutama hati mereka. Ira sudah bisa mendapatkan kembali senyumannya. Mulai menerima apa yang hilang dan pergi dari hidupnya dengan ikhlas.

Ramdan pun kini sedang belajar menjadi pria yang romantis dan lebih menunjukkan kasih sayangnya terhadap isterinya. Ia tidak ingin dianggap pria dingin dan kaku seperti anggapan almarhumah isterinya dulu.

Ia berusaha Memberikan waktu lebih pada keluarganya, ia ingin keluarganya memiliki hubungan yang kuat dan saling mempercayai. Hingga jika suatu saat ia membutuhkan kepercayaan Ira dalam hidupnya ketika ia dalam masalah, maka tidak begitu sulit untuk didapatkan.

Ya, ia sangat membutuhkan kepercayaan Ira dalam hubungan ini. Ramdan tau, seseorang kembali dalam hidupnya dan rasanya ia tau persis apa tujuannya mendekatinya kembali.

♤♡♤

Weekend ini Ramdan berniat mengajak Ira dan putrinya untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Entah itu dengan berjalan-jalan, atau shopping, atau ke taman bermain anak yang pasti ia ingin menghabiskannya bersama keluarga.

Dan di hari minggu ini mereka akan piknik di salah satu taman yang memang selalu ramai di akhir pekan. Taman yang sangat luas dengan nuansa hutan yang sejuk, taman ini di desain oleh pemerintah dengan nuansa yang sangat cocok untuk berpiknik. Pohon-pohon tinggi dan rindang serta berbagai macam hewan lucu yang berkeliaran di sekitar mereka seperti kelinci, kupu-kupu, kucing, tupai-tupai yang dengan gesitnya berlari dari satu pohon ke pohon lainnya dan banyak hewan menggemaskan lainnya.

Semua pemandangan itu membuat Riha girang sekali, ia berlari kesana kemari sehingga terlihat jilbab hitam yang menggantung di punggung mungil itu berkibaran indah. Ia berusaha menangkap kupu-kupu, ketika kegigihannya untuk menangkap kupu-kupu tidak berhasil ia berpindah haluan untuk mengangkap kelinci putih dengan warna mata pink kemerahan.

Sampai tanpa sadar ia terjatuh dan menangis karena merasakan kakinya yang terasa sakit. Ira dan Ramdan yang sedang asik menikmati bekal yang di siapkan oleh Ira menoleh mendengar tangisan Riha yang sudah dikerumuni tiga anak lainnya yang tadi menjadi teman Riha menangkap kupu-kupu dan kelinci.

Ramdan berlari mengahampiri putrinya yang terduduk memegangi kaki kanannya.

"Kenapa sayang?" Ramdan duduk di rerumputan dan membawa Riha ke pangkuannya. Dia melepaskan tangan Riha yang memegangi kakinya.

"Mana yang sakit hm?" Tanya Ramdan sembari mengusap air mata Riha.

"Di sini papa" tunjuknya pada bagian pergelangan kaki. Ramdan mengambil kesimpulan bahwa sepertinya kaki Riha terkilir.

"Sepertinya kaki Riha terkilir, bermainnya ditunda dulu ya sayang, temen-temen silahkan lanjutkan mainnya ya, karna kaki Riha sakit, jadi Riha tidak bisa ikutan"

ucap Ramdan pada teman-teman baru Riha yang sedari tadi hanya menonton. Ramdan meng-akhiri ucapannya dengan senyuman dan melambaikan tangan sambil berjalan. Sedangkan Riha hanya diam dalam gendongan Ramdan sambil menyandarkan kepalanya dibahu Ramdan dengan sisa-sisa air mata dipipinya. Lucu sekali.

"Kenapa ka? Apa Riha terluka?" Tanya Ira yang melihat Ramdan kembali dengan Riha yang hanya terdiam. Kebiasaan Riha sehabis menangis, pasti akan diam sambil cemberut dan hanya mau menjawab pertanyaan orang lain dengan anggukan atau gelengan.

"Dia terkilir sepertinya, kita akan segera membawanya ke tukang urut, aku takut akan membengkak kalau tidak segera di urut"

"Baiklah, kapan kita ke tempat urut?, apa sepulang dari sini saja biar lebih cepat?"

"Hm, baiklah. Aku akan menanyakan pada papa dimana tukang urut anak"

Ira menjawab dengan anggukan, ia membuaka bekal yang ia siapkan khusus untuk Riha.

"Sayang, makan dulu ya? Kan dari tadi belum makan, mama buatkan Riha salad dan juga ada burger kesukaan Riha loh? Mau ya?"

Riha menggeleng, namun beberapa saat kemudian ia mengangguk membuat Ira dan Ramdan tertawa kecil melihat kebiasaan putrinya yang menggemaskan itu.

Riha yang tidak suka sayur, membuat Ira harus mensiasati agar Riha tetap memakan sayur meski dengan cara halus, seperti membuat salad sayur yang di tutupi dengan banyak Irisan daging dan pernak-pernik lainnya yang disukai Riha.

"Wah, kelihatannya enak sekali. Papa juga mau dong ma, Riha sepertinya malas-malasan makannya. Mending buat papa, pasti sekali lahab habis" ucap Ramdan sambil memperhatikan wajah Riha yang ada di pangkuannya.

Riha yang mendengar ucapan papanya, melihat papanya dengan tatapan tajam kemudian mengambil kotak makan salad yang sudah dibuat Ira dan memeluknya sambil memakannya. Membuat Ramdan tidak sanggup menahan tawa.

Entahlah apa masalah Riha dengannya, tapi ia selalu pelit untuk berbagi pada Ramdan untuk persoalan makanan. Tapi tidak dengan teman-temannya. Ia selalu marah ketika Ramdan menyomot atau menggodanya soal makanan. Dan karna itu Ramdan selalu menjadikan itu senjata untuk menggoda Riha.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Mereka sudah sampai dirumah seseorang yang kata papanya ahli urut untuk semua kalangan. Riha semakin mengeratkan pelukannya pada Ira ketika mereka turun dari mobil.

Jangan kalian fikir mudah membawa anak ketukang urut. Ketika mereka memberi tahu Riha bahwa kakinya harus diurut agar tidak membengkak, Riha menangis dan memukul-mukul Ramdan membuat Ramdan yang sedang menyetir kualahan.

Akhirnya Ramdan harus mengeluarkan rayuan mautnya pada putrinya tercinta satu ini.

Namun meskipun sudah diiming-imingi, tetap saja Riha masih merasa takut, ia menggeleng menatap Ira memohon bantuan. Namun Ira hanya mengusap kepala putrinya menenangkan.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, masuk nak Ramdan" ucap ibu paruh baya yang mempersilahkan Ramdan dan Ira memasuki rumah sederhana namun terlihat nyaman itu.

Ramdan agak kaget ketika mendengar wanita paruhbaya tadi memanggil namanya.

"Silahkan duduk nak, si cantik siapa namanya?" Ucapnya sambil menoel dagu Riha dengan rasa gemas.

"Namanya Riha bi" ucap Ira dengan senyuman manisnya menggantikan Riha yang masih keukeh dengan keterdiamannya.

"Habis bermain toh? Kok bisa terkilir? Tadi kakeknya menelpon katanya cucunya terkilir, senangnya memiliki cucu semenggemaskan ini" ucap ibu paruh baya itu dengan senyum keibunnya

"Nak Ramdan juga dulu hobi sekali terkilir karena terlalu banyak tingkah, dan akhirnya dia akan menjerit ketika papanya membawa masuk kedalam rumah ini" tambahnya lagi sambil memandang Ramdan sengan senyum geli. Baiklah Ramdan tahu sekarang darimana ibu ini mengetahui namanya.

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang