"Aku hidup bersama hatiku dan aku berkembang bersama pikiranku.
Segala masalah memiliki 2 sisi baik hitam atau putihnya, baik sisi kanan ataupun kirinya. Semua Hanya tergantung bagaimana manusia memaknai dan mengatasinya"🐇🐇🐇
"Semua masalah sudah Ramdan telusuri, dan akar masalahnya sudah Ramdan selesaikan. Selama disana lebih dari seminggu Ramdan berusaha fokus untuk menyelesaikan semuanya, dan Alhamdulillah bisa selesai."
Setelah kembali dari bandara Ramdan dijemput oleh supir pribadi papanya dan ia pun langsung menuju kediaman papanya untuk melaporkan hasil pengamatannya selama disana dan melaporkan bahwa permasalahan yang selama ini terjadi pada proyek sudah diselesaikan.
Ramdan sengaja tidak menuju rumahnya karena ia ingin semua diselesaikan sekarang sehingga ketika ia pulang nanti ia bisa tenang dan tidak lagi mengurusi pekerjaan. Ia begitu merindukan anak dan isterinya yang sudah berhari-hari tidak ia hubungi setelah hari dimana ia mencoba menghubungi Ira namun tidak ada jawaban. Ramdan berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan cepat agar bisa pulang dengan cepat pula.
"Apa sesibuk itu kamu sampai tidak ingat anak dan isteri, Ramdan?"
Tanya ayahnya lebih pada nada menyindir. Membuat Ramdan mengernyit heran dengan nada sinis ayahnya.
"Ramdan hanya berusaha fokus pa, Ramdan ingin semua cepat selesai dan kembali pulang. Itu saja"
"Apa kamu tidak pernah menghubungi isterimu dirumah? Tidakkah kamu berfikir kalau Riha mungkin sangat merindukan ayahnya dan isteri kamu itu tidak berani menghubungi kamu karena takut mengganggu kamu yang dirasanya sangat sibuk."
Ucapan papanya semakin membuat Ramdan heran, kenapa papanya berucap dengan nada sinis seperti ini. Bukan ia tidak mau menghubungi Ira. Ia juga beberapa kali menghubunginya namun bertepatan Ira yang tidak mengangkat entah karena sibuk atau memang tidak tahu. Dan Ira pun tidak pernah menelponnya balik. Mungkin seperti yang dikatakan ayahnya, takut mengganggunya.
Baiklah, mungkin caranya salah dengan tidak menghubungi isterinya belakangan ini. Tapi bukan berarti ia tidak peduli. Memang Apalagi yang Ramdan pikirkan disana kalau bukan anak dan isterinya di rumah setiap malam menjelang tidur.
"Pa, mungkin Ramdan salah dengan tidak menghubungi Ira belakangan. Tapi bukan berarti Ramdan tidak peduli. Papa tau, hanya mereka yang Ramdan fikirkan setiap malam saat Ramdan dalam kesendirian. Ramdan pamit pulang dulu"
Lalu ia menyalami tangan ayahnya yang sedang duduk dikursi dan menuju dapur mencari ibunya yang sedang membuatkan susu jahe kesukaannya sejak dulu.
"Ma, Ramdan pulang dulu. Sudah rindu rumah"
"Tapi sayang, susu jahenya"
"Mama bungkus aja, nanti Ramdan minum dijalan" ucapnya sambil mengecup pipi mamanya yang sudah tidak muda lagi. Namun keanggunan membuatnya selalu cantik dimata orang lain.
"Baiklah, tunggu mama bungkuskan"
🐇🐇🐇
Ramdan tersenyum senang ketika akhirnya ia menginjakkan Kaki dirumahnya, tempatnya untuk kembali pulang.
Baru beberapa langkah ingin memasuki rumah, Ramdan mendengar suara tangisan yang tak lain berasal dari putri tercintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBU UNTUK ANAKKU [END]
Algemene fictieTak pernah merasakan kasih dan belaian seorang ibu sejak hari pertama melihat dunia membuat Riha merindu. Sosok kecil dan manis itu jatuh hati pada seorang wanita cantik dan menginginkannya untuk menjadi ibunya, memberikan kasih sayang dan belaian c...