chapter 13

65.5K 4K 24
                                    

Itu yang di mulmed foto Ramdan & Ira,...gimana cocok gak? Anggep aja cocok...biasalah, dunia hayal memang begini...🤣
Kalo kalian g ak suka bisa cari cast sendiri deh, yang penting kalian bahagia...😘

Selamat membaca

🕊🕊🕊

Hari ini, Ramdan dan Ira akan pergi menghadiri undangan pernikahan salah satu rekan bisnis Ramdan.

Sebenarnya, Ramdan tidak begitu kenal dengan rekan bisnisnya ini, namun mau bagaimana lagi? Bukankah menghadiri undangan itu hukumnya wajib, apalagi yang mengundang adalah seorang muslim. Jadi demi menggugurkan kewajiban seorang muslim, disinilah sekarang Ramdan berada. Diantara banyaknya tamu undangan dengan pakaian mewah yang mereka kenakan dan para wanita sosialita dengan segala perhiasan dan pernak-perniknya mendampingi suami mereka.

"Kak, kita langsung kedepan aja ya salaman trus langsung pulang, soalnya Ira kurang nyaman di acara ini. Ira gak kenal satupun dari mereka"

Ira berucap sambil menatap sekelilingnya yang begitu ramai oleh para tamu undangan, dan lagi yang paling membuat Ira tidak nyaman adalah mereka, para wanita yang datang rata-rata adalah wanita sosialita yang seluruh barang yang dikenakannya ber-merk. Tak jarang mereka memandang Ira dengan tatapan mencemooh.

Tidak, bukan Ira malu pada pakaian yang ia kenakan. Untuk apa ia malu, toh pakaian inilah yang di perintah oleh Allah SWT, yaitu pakaian kehormatan.

Namun yang membuatnya tidak enak hati adalah, mereka terlihat mengejek suaminya yang sepertinya heran, kenapa bisa orang sesukses Ramdan memperistri wanita sepertinya. Mungkin itulah yang ada di fikiran mereka.

'Astagfirullah... bukannya hamba suudzan ya Allah, namun pandangan mereka terlihat jelas menatap dengan pandangan merendahkan.'

Hah, pikiran manusia memang aneh. apa yang salah terlihat seolah hal biasa, dan apa yang benar seolah menjadi sesuatu yang salah dan memalukan.

"Jika kamu tidak nyaman karena pandangan mereka padamu, cukup pandang aku saja" ucap Ramdan sambil mengalihkan wajah Ira mengarah padanya.

Ia tau, Ira pasti merasa tidak nyaman dengan keadaan seprti ini. Ini bukan tempatnya, Ira lebih cocok bergabung dengan para wanita muslimah yang suka menghadiri majelis ilmu di bandingkan menghadiri undangan yang malah terlihat seperti ajang pamer kekayaan seperti ini.

Istrinya adalah wanita dengan segala kesederhanaannya. Yang membuat Ramdan merasa nyaman dan adem hanya dengan memandangnya.

"Bahkan meskipun aku tidak memandang mereka, aura disini tetap terasa tidak menyenangkan"

Sambil menundukkan kepalanya ia menjawab dengan pelan. Sungguh, ini pertama kalinya Ira menghadiri acara seperti ini tanpa ayah atau ibunya bersamanya. Dan mungkin ia harus terbiasa dengan itu.

"Baiklah, kita akan memberikan selamat lalu setelah itu kita langsung pulang. Lagi pula aku juga tidak kenal dengan pemilik pesta"

Ramdan menarik tangan Ira ke arah plaminan. Lalu mereka memberikan ucapan selamat serta doa agar keluarga baru ini diberi keberkahan dalam rumah tangganya.

Lalu mereka pamit dan langsung menuju rumah ibu Ramdan untuk menjemput Riha.

🕊🕊🕊

"Papaaa..." sambil berlari, Riha merentangkan tangannya meminta digendong.

"Kok cepet banget kondangannya nak?"
Tanya ibu Ramdan yang keluar dari dapur membawa segelas teh untuk ayahnya yang sedang berada di sofa ruang keluarga.

"Gak papa ma, cuma Ramdan gak begitu kenal sama pengantinnya. Jadi sekedar datang saja, yang penting memenuhi undangan" jawabnya sambil berjalan menuju sofa samping ayahnya.

"Ramdan, besok papa seharusnya pergi ke padang untuk memantau proyek besar yang sedang dikerjakan, kamu pasti tau proyek apa itu. Tapi sepertinya papa tidak bisa, ada hal penting yang harus papa selidiki di perusahaan pusat. Kalau papa minta tolong kamu untuk menggantikan papa pergi gimana? Kamu bersedia gak?"

Tanya papa Ramdan yang memulai obrolan serius mereka. Ramdan sebenarnya agak terkejut pada permintaan papanya. Karena selama ini, papanya tidak pernah menyuruhnya untuk menggantikannya meski mendesak sekalipun. Bahkan lebih baik mengundur atau memajukan tanggal jika memang dirasa perlu. Karena papanya tau bahwa ia juga disibukkan dengan perusahaannya sendiri.

"Papa tau kamu juga sibuk, tapi proyek ini sangat berarti bagi papa. Dan papa tidak bisa mempercayakannya pada orang lain selain anak papa sendiri"

"Barapa lama pa?"

"Mungkin sekitar 1 minggu, bisa lebih atau kurang. kamu cukup memantau dan mendata hal-hal yang sekiranya perlu. Karena kemarin papa dengar ada kecurangan yang di lakukan oleh beberapa pihak yang perlu penanganan"

"Baiklah, inshaallah Ramdan bisa. Biar nanti kerjaan Ramdan di kantor Ramdan serahkan sama sekretaris dan asisten Ramdan"

"Terimakasih nak" ucap ayahnya sambil menepuk pundak Ramdan.

🕊🕊🕊

Mereka pulang pada pukul dua siang, setelah makan siang bersama. Bercanda dan bersantai bersama dengan cucunya, akhirnya Ramdan dan Ira pulang.

"Dek, kakak akan ke Padang untuk menggantikan papa mengawasi proyek besar" Ramdan menjeda ucapannya. Ia menatap Ira dan meniti bagaimana ekspresi nya saat ini.

"Memang kakak pergi berapa lama?" Ira bertanya dengan senyum lembutnya, yang bisa membuat Ramdan merasakan ketenangan saat memandangnya.

Selama beberapa minggu hidup bersama Ira, Ramdan bisa melihat beberapa sifat yang menambah nilai plus Ira sebagai isteri dimata Ramdan.

"Papa bilang sekitar seminggu, mungkin lebih atau kurang dari itu, maaf harus meninggalkan kamu dan Riha. Kakak titip Riha ya?"

Ramdan berucap sambil menangkup tangan Ira. Mereka berada di kamar, berdua dan saling memandang, saling Menyelami perasaan masing-masing.

"Riha adalah putriku juga, jadi kakak salah kalau mengatakan menitipkannya padaku. Karena itu adalah kewajibanku sekarang, menjaga dan menyayangi Riha"

"Terimakasih untuk kasih sayangmu pada Riha, aku beruntung mendapatkan wanita sebaik dirimu Ira"

Ucapan Ramdan membuat wajah Ira merona, dalam keadaan yang mendukung. Berdua dan saling memahami satu sama lain. Dimana mulai ada tali-tali tak kasat mata yang sudah mulai terjalin antara mereka. Tumbuhnya benih yang entah akan menjadi subur atau mengering didalam hati mereka.

🦋🦋🦋

Adzan magrib berkumandang, malam ini Ramdan ingin menunaikan sholat wajib di rumah. Bersama isteri dan anaknya.

Ia melihat Ira yang menggelar sajadah untuk mereka shalat. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang sangat ingin Ramdan lihat sepanjang hidupnya. Mendapat istri sholehah dan taat pada sang pencipta, membuatnya sangat bersyukur.

Dulu ketika ia hidup bersama bunda Riha, dia belum merasakan hal seperti ini. Dan dia sedang mengharapkan itu dari almarhumah istrinya. Sangat mengharapkannya, memperbaiki semuanya bersama almarhumah istrinya. Namun apa boleh buat, maut lebih dulu menjemputnya.

22.34
Jum'at 17 mei 19

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang