Chapter 4

71.4K 5.3K 19
                                    

🕊🕊🕊

Ingatlah!

seperti sebuah koin, manusia selalu memiliki dua sisi yaitu baik dan buruk.
Sebaik apapun seseorang, yakinlah bahwa pernah terlintas hal buruk dihati dan pikirannya. Sebaliknya,
Sejahat apapun seseorang, pasti pernah terlintas kebaikan di dalam hati dan pikirannya.

Pesanku, jangan terlalu memuja seseorang yang menurut anda baik, dan jangan terlalu membenci seseorang yang menurut anda jahat!
Karena mata bisa buta, telinga bisa tuli, dan hati bisa tertipu!

"Anonim"

🕊🕊🕊

Ramdan begitu terkejut saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir Riha. Ucapan yang ia keluarkan dari alam bawah sadarnya.

"Mama Ira... "

Berulang kali Riha memanggil Ira yang ramdan tak salah adalah guru ngaji Riha dengan sebutan mama?.

' Kenapa bukan mama Fisya ibu kandungnya?
Kenapa orang lain yang merupakan guru ngajinya yang disebut mama? '

Sebenarnya apa yang telah terjadi antara Ira dan Riha?. Seberapa dekat mereka sampai-sampai Riha memanggilnya dengan sebutan mama?

Itulah pertanyaan yang bersarang di benak Ramdan saat mendengar igauan Riha.

"Sayang, bangun ya. Papa minta maaf karna tidak pernah antar Riha ke sekolah dan ngaji. Papa janji, kalau Riha bangun papa akan usahakan antar Riha tiap hari. Maafkan papa Yang tak bisa membahagiakan Riha. Maafkan papa selalu kecewakan Riha."

Ramdan merasa teriris melihat putrinya sakit seperti ini. Baru beberapa jam di tinggal sakit, ia sudah rindu suara celotehan putrinya.

Namun ia bingung, apa yang harus ia lakukan. Riha terus saja mengigaukan nama Ira. Mamanya menyarankan membawa Ira kemari. Mungkin Riha rindu ibunya sehingga memimpikan Ira.

Itulah yang disarankan sang mama siang tadi sebelum pulang. Apa ia harus menjemput wanita itu untuk menemui putrinya? Apa ia akan datang dan menemani Riha?

Ia pasti memiliki hal lain yang harus dilakukannya. Bagaimana jika ia hanya mengganggu?

Tapi demi kesembuhan putrinya, ia akan lakukan.
Dan Ramdan pun mendatangi tempat ngaji Riha yang biasanya hanya di depan gerbang kini ia memasukinya.

Biasanya saat mengantar Riha mengaji di depan gerbang sudah ada penjaga yang akan menuntun Riha masuk, jadi ia tak perlu mengantar sampai dalam.

Namun kini, ia memasukinya. Mengucap salam di depan pintu rumah megah yang tampak teduh dan terlihat anggun dengan taman yang luas dan asri.

"Waalaikumsalam, siapa ya? silahkan masuk"

ucap wanita paruh baya yang sudah terlihat kerutan di sekitar matanya. Namun bekas kecantikan masa mudanya seperti berbekas kental di wajahnya.

"Ada perlu apa ya?" Tanya wanita paruh baya itu.

"Maaf sebelumnya jika mengganggu. Saya ingin menemui guru ngaji Farikha, apa ada? "

Tanya Ramdan sopan. Sang wanita tersenyum lalu berkata.

"Iya ada, oh iya Anda ini siapanya Riha? Dan Memang ada apa dengan Riha, kok tadi sore tidak mengaji? "

" saya papanya Riha tante. Riha di rumah sakit, suhu tubuhnya sangat tinggi. Dan ia terus memanggil nama Ira"

"Ya Allah, ternyata papanya Riha masih sangat muda. Oh,  sebentar saya panggilkan Ira ya? "

Wanita itu menaiki tangga dan memasuki sebuah kamar bercat biru.

Di depan pintunya bertuliskan "Khumaira Al-Fansyuri"
Ternyata namanya Khumaira. Pikir Ramdan.

"Nak, ada yang mencarimu. Ada hal penting yang terjadi, turunlah" ibunya memberi tahu dengan nada cemas.

"Ada apa ma? Sebentar Ira pakai jilbab dulu"

Lalu pintu itu terbuka dan terlihat sosok wanita muda mengenakan gamis berwarna merah polos dengan jahitan menyamping dan hijab syar'i yang menutupi sebagian tubuhnya.

Wajahnya terlihat berseri. Sungguh, Ramdan tak pernah bayangkan jika sosok yang selama ini menjadi guru  bijak dan diidolakan putrinya adalah wanita muda yang sangat keibuan.

"Saya Ira, ada perlu apa ya?  apa ada sesuatu yang terjadi? "

Ucap Ira setelah ikut duduk di samping ibunya yang menemani mereka.

Lalu ramdan menceritakan semuanya hingga membuat Ira terkejut. Ternyata inilah kenapa Riha tidak mengaji sore ini. Dan ia pun juga dibuat terkejut ternyata papa Ira masih sangat muda.

'Apa keluarga ini memang awet muda?'... Pikir Ira tak menyangka.

"Apa kita akan pergi hanya berdua saja?"

Tanya Ira sedikit gelisah, pasalnya ia tak pernah pergi berduaan dengan lelaki selain mahromnya.

"Mau bagaimana lagi, hanya ada kita"

"Mama, apa takkan ikut?", Tanya Ira pada ibunya

"Sayang mama ingin ikut, tapi sunggu ayahmu akan pulang dari Malaysia malam ini. Apa mama akan meninggalkannya? lagipula ini keadaan darurat, dan mama yakin pada kalian, bahwa kalian tidak akan berbuat macam-macam"

"Baiklah, Ira akan pergi" ucapnya akhirnya setelah ibunya mengatakan hal yang membuatnya memaklumi keadaan.

"Pergilah nak" ucap ibunya sambil tersenyum menenangkan.

Akhirnya mereka pergi ke rumah sakit berdua.
Namun Ira meminta untuk duduk di kursi belakang. Dan Ramdan menyetujuinya. Ia maklum.

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang