chapter 18

56.4K 3.6K 52
                                        

🐰🐰🐰

Setelah kembali dari rumah sakit, Ramdan selalu memperhatikan Ira yang terlihat berbeda menurutnya. Ira semakin pendiam, dia hanya melakukan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu bagi Riha.

Dan semua perubahan itu membuat Ramdan terluka. Sangat terluka. Ia merasa kehilangan sosok hangat yang dulu selalu menampilkan senyuman tulus dan larangan-larangan kecemasan yang selalu di berikannya pada Riha ataupun dirinya ketika berada diruang kerja hingga larut.

Tak jarang Ramdan selalu memancing Ira untuk berbicara mengenai hal-hal kecil yang sekiranya menarik perhatian istrinya, namun semua tak sesuai harapan. Ira memang selalu menanggapi, namun hanya seperlunya.

"Sayang, aku pergi dulu ya. Aku janji tidak akan pulang larut. Pertemuan ini hanya membahas tentang hal-hal yang tidak begitu penting"

Ramdan mengucapkannya sambil berjalan menuju pintu keluar. Ia ada pertemuan dengan rekannya, padahal tadi pagi ia sudah merencanakan akan mengajak Ira makan malam diluar. Ramdan mengambil kesempatan ini mumpung Riha menginap dirumah orangtuanya.

Ira mengambil tangan Ramdan untuk dicium dalam diam. Wajah cantik itu tetap tersenyum, namun senyum yang berbeda. Senyum itu hanya formalitas belaka. Dan Ramdan bisa merasakannya.

🌹🌹🌹

Setelah kepergian Ramdan, Ira kembali kekamarnya. Ia lelah, ingin merebahkan diri sejenak. Ia berjalan ke kamar mandi dan mencuci kakinya lalu menaiki kasur dan tidur siang dengan nyenyak.

Tiba-tiba Ira menangis mengingat percakapannya kemarin dengan dokter yang menannganinya. Sakit, hatinya sangat sakit ketika ia tahu ada malaikat kecil di rahimnya setelah ia kehilangannya. Ibu macam apa dirinya ini ya Allah.

Tubuhnya semakin meringkuk di atas kasur. Dan ada satu hal lagi yang semakin membuatnya sakit. Suaminya mengetahui hal yang sebenarnya, namun ia tidak memberitahukan pada Ira. Apakah setidak penting itu kehadiran bayi mereka? Apakah Ramdan tidak mengharapkan anak darinya? Sehingga semua seolah berlalu begitu saja?.

Ia memang wanita bodoh, seharusnya ia memeriksakan diri seperti yang ibu mertuanya perintahkan. Agar semua tidak seperti ini.

Beberapa hari ini, terasa begitu menyakitkan melihat Ramdan. Belum kata-kata kasarnya hilang dari ingatan di tambah perlakuan Ramdan yang seperti ini membuat Ira menahan diri untuk meluapkan berbagai emosinya dengan memilih diam.

♤♡♤

Sebenarnya ia kepikiran tentang Riha, sejak kemarin ia dirumah mertuanya dan tidak menelpon. Tapi Ira merasa tenang karena sejak dulu memang Riha sudah terbiasa bersama kakek dan neneknya sebelum dirinya hadir dikeluarga ini.

Sebagai ibu pengganti, yang tak diinginkan oleh suaminya. Dia tidak dipilih oleh Ramdan, tapi oleh orangtua Ramdan. Berkali-kalipun Ramdan meminta maaf, Ira tidak bisa menyangkal kata-kata Ramdan masih mempengaruhinya hingga kini.

Tidak, Ia tidak sakit hati. Ia hanya mulai belajar membentengi diri dari rasa yang berlebihan hingga bisa membuatnya jatuh dalam  jurang kesedihan yang larut.

Semenjak kejadian hari itu, Ira tau Ramdan berubah semakin peduli dan lebih dekat dengannya. Entah apa alasannya, menyesalkah atau rasa bersalah akan ucapannya Ira tidak tahu.

Yang pasti Ira akan tetap berusaha memberi batasan antara dirinya dan Ramdan. Hingga jika suatu saat Ramdan menemukan Wanita yang lebih baik dan dicintainya, Ira tidak akan jatuh terlalu dalam.

Drrrttt

Drrttt

Drrttt

Ira menoleh ke atas nakas, dan dia terkejut melihat handphone Ramdan yang tertinggal.
Ira melirik layar handphone yang menyala dengan nama yang tertera sebagai pemanggil disana.

Ira terpaku, hatinya sesak. Meski baru saja dia berimajinasi bahwa ia bersikap seperti ini agar tidak jatuh terlalu dalam jika Ramdan bersama yang lain, tapi  nyatanya air matanya menetes.

Dia tidak sepenuhnya berburuk sangka. Kejadian yang terjadi sebelum-sebelumnya hingga hari ini yang berkaitan dengan wanita yang tertera sebagai pemanggil tersebut selalu membuat hati Ira resah.

Wanita yang saat itu berada satu ranjang dengan Ramdan saat di padang. Wanita yang begitu berani menunjukkan kemesraannya dengan suami orang lain di hadapan istrinya. Wanita macam apa dia.

❤❤❤

Ramdan menyelesaikan pertemuannya dengan rekan kerjanya tepat waktu. Ketika keluar dari gedung ia baru menyadari sesuatu. Ia merogoh saku celananya mencari sesuatu untuk menghubungi isterinya yang ternyata memang tidak dibawanya. Tak apa, lagi pula ia juga akan menuju pulang bukan.

Ia Mengambil kunci mobilnya dan membuka kunci mobil jarak jauh. Ketika sudah menemukan posisi mobil ia berjalan untuk memasukinya namun ada seseorang yang mengjalangi jalannya dengan menarik tangannya.

"Reva?" Kening Ramdan mengernyit melihat wanita ini ada disini. Heran, bahkan ia sangat heran bagaimana bisa ia berada disini.

Hatinya mulai terganggu dengan kehadiran Reva. Semenjak kepergian isterinya ia tidak lagi bertemu dengan wanita ini kecuali ketika ia berada di Padang waktu itu dan hari ini tentunya.

Bahkan ketika di Padang waktu itu dia tidak menanggapi Reva. Ia memang tidak mengusirnya dari apartemen. Namun sudah jelas bahwa apa yang ia lakukan dengan mengacuhkan Reva menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan kehadiran wanita itu.

Ia hanya berusaha menjaga segala yang ada dalam dirinya. Menjaga keseimbangan hidupnya saat ini bersama anak dan isterinya.

'Aku tidak boleh goyah. Sekarang aku memiliki tanggung jawab yang lain selain putriku, yaitu isteriku. Ingat itu Ramdan, jangan sampai menyakiti wanita sebaik Ira' teguhnya dalam hati.

🌺🌺🌺

Maaf banget buat readers ku yang selalu menunggu...maaf banget yah baru bisa update. Kayaknya mulai sekarang aku cuma bisa up sedikit2 aja tapi aku usahain sering ya. Karena untuk nulis ini bener2 curi2 waktu antara kuliah, ngerjain tugas kuliah, belum lagi hal-hal lain sebagai anak rantau🤣

Mohon dimaklumi🙏

Wassalamualaikum

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang