chapter 10

70.3K 4.6K 31
                                    

Hari ini Ira akan pulang ke rumah Ramdan. Ya, sekarang tempatnya pulang adalah rumah suaminya, bukan lagi kerumah orang tuanya. Mengingat hal itu membuat Ira merasa sedih.

Bagaimana tidak? Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya semenjak ia lahir, rumah yang menjadi tempatnya pulang dari segala arah dan tujuan.

Rumah yang telah menghangatkan hidupnya selama kurang lebih 20 tahun kini harus ia tinggalkan.

"Apa kamu sudah selesai?"

Ternyata Ramdan sudah berdiri dihadapan Ira yang sedang duduk termenung tanpa menyadari kehadirannya.

"Sudah kak, apa kita akan berangkat sekarang?"

Pertanyaan Ira dijawab dengan anggukan oleh Ramdan.

Mereka berjalan keluar dari hotel yang semalam mereka tempati. Menuju mobil yang telah terparkir di basemant hotel lengkap dengan supir yang telah menunggu mereka.

"Kita mau pulang kerumah mana den?"

Tanya pak supir pada Ramdan.

"Kerumah saya pak, setelah mengantar saya tolong bapak jemput Riha ya, nanti saya kabari mama untuk menyiapkan keperluan Riha. Mulai sekarang saya akan tinggal dirumah saya lagi"

Ramdan hanya ingin membuat Ira nyaman. Bukan berarti dengan tinggal di rumah keluarganya akan membuat Ira tidak nyaman.

Namun Ramdan pernah mendengar bahwa orang yang sudah berkeluarga akan lebih baik tinggal terpisah dari orang tua Karena itu akan membuat keluarga kita lebih leluasa.

kecuali jika orangtua sang suami menginginkan anaknya tinggal bersamanya Maka istri harus mengikuti kemauan suami.

Ramdan hanya ingin menyamankan keluarga kecilnya. Bagaimanapun ia adalah kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab lahir dan batin.

"Den Ramdan udah pindahin barang-barang yang dirumah Ibu den?"  Tanya pak Supri dengan sopan

"Baru sebagian pak, lagian barang-barang saya kan masih banyak yang dirumah sana. Mungkin nanti yang banyak pindahan barang istri saya"

Mengingat wanita selalu memiliki kebutuhan dan barang yang lebih dari seorang pria.

Jadi mungkin Ramdan akan menyuruh beberapa asistennya untuk membantu mengambil barang-barang yang ada dirumah Ira.

"Kak, tapi Ira belum bawa pakaian sama sekali kesana. Gimana kalo  mampir kerumah Ira sebentar?"

Sebenarnya sejak tadi ia ingin mengutarakannya, masak iya Ramdan tidak terfikir kalau Ira sama sekali tidak memiliki pakaian disana.

Ramdan menatap Ira dengan senyum yang mengembang dibibirnya.

"Aku sudah menyiapkan pakaian dan perlengkapan penting yang akan kamu butuhkan disana, jadi jangan khawatir. Besok aku akan menyuruh beberapa asisten untuk mengambil barang-barang yang ada di rumahmu"

mendengar itu Ira hanya mengangguk. Ia berfikir, apa iya Ramdan sudah menyiapkan keperluannya? Tapi kapan? Hah mungkin ia menyuruh orang lain untuk membelikannya.

🕊🕊🕊

Setelah sampai, mereka memasuki rumah yang telah lama tidak ditempati ini, namun tentu tempat ini masih bersih dan terawat.

Karena Ramdan memiliki asisten rumah tangga yang akan pulang pergi untuk membersihkan rumah ini dua hari sekali.

Kenapa Ramdan dan Riha tidak tinggal disini? Karena ibu Ramdan lah yang meminta putranya untuk tinggal bersama setelah kepergian mendiang istrinya.

Ibunya  bilang kasihan Riha yang terlalu sering ditinggal dan hanya ditemani oleh baby sitter nya. Awalnya Ramdan bersikukuh bahwa ia dan Riha tidak masalah tinggal berdua.

Namun akhirnya dia tetap mengalah pada ibunya, toh demi kebaikan Riha juga.

Ketika memasuki ruang keluarga yang pertama Ira lihat adalah pajangan dinding beruapa foto pernikahan.

Ya, pernikahan siapa lagi kalo bukan Ramdan dan mendiang isterinya. Lagipula bukankah dulu ini memang rumah mereka, jadi wajar bukan jika ada banyak foto pernikahan mereka, Itulah fikirnya.

"Kamar kita diatas, hanya ada tiga kamar dirumah ini. Satu kamar tamu yang ada dibawah dekat tangga dan dua kamar di atas"

ucap Ramdan menjelaskan sembari berjalan menuju dapur untuk meletakkan belanjaan yang sempat ia pesan pada pak Supri untuk dibawakan sebelum menjemput mereka di hotel tadi.

"Sini kak, biar Ira aja yang beresin belanjaannya"

Ira mengambil kantong plastik yang Ramdan pegang untuk ditata di kulkas.

"Terimakasih sayang"

mendengar kata sayang keluar dari bibir suaminya yang sedang tersenyum semanis gulali itu membuat semburat merah muncul di wajah Ira yang putih bersih.

"Ishh kakak! sana istirahat, biar Ira aja yang beresin bagian dapur"

ucap Ira sambil memukul pelan bahu suaminya yang kekar itu. Kenapa ia jadi salting begini ya? Padahal hanya dipanggil 'sayang'.

"Kita baru dateng loh dek, masa kakak udah diusir aja sih, dapet kekerasan fisik lagi"

canda Ramdan membuat Ira makin salting saja. Ternyata suaminya ini memiliki jiwa humor juga toh.

"Kakak panggil kamu dek aja yah, tadi di panggil sayang langsung dapet pukulan. Kalo setiap hari kakak panggil sayang, apa setiap hari juga mendapat pukulan, hmm?"

Tanya Ramdan sambil menaik turunkan alisnya yang tebal itu. Ira akhirnya berdiri dan berkata

"Oke, panggil dek juga gak papa"

setelah itu ia mendorong Ramdan keluar dari area dapur, agar tidak membuatnya gugup karena harus berduaan. Jujur ia masih sedikit canggung. Apalagi tidak ada Riha diantara mereka.

🕊🕊🕊

Setelah selesai dengan urusan dapur, Ira naik untuk melihat bagaimana kamar yang akan ia tempati bersama suaminya itu.

Ira membuka pintu dan di suguhkan dengan pemandangan Ramdan yang sedang tertidur diatas kasur.

'Kak Ramdan pasti lelah semalam kurang tidur'

Ya, Ramdan begadang ketika berada dihotel tadi malam. Karena Ira mendengar HP Ramdan yang terus berbunyi menandakan panggilan masuk.

Ia membangunkan Ramdan yang sudah terlelap karena takut ada hal penting.

Namun ternyata setelah Ramdan mengangkat telponnya, ia malah membuka laptop dan tidak tidur sampai menjelang subuh, dan Ira yakin itu urusan pekerjaan.

Ia beranjak melepaskan sepatu yang digunakan oleh suaminya. Membenarkan letak kepala Ramdan yang terlihat kurang nyaman dengan hati-hati.

Namun ketika Ira akan beranjak, ia mendengar Ramdan bergumam sesuatu.

"Va, maaf"

Va? Siapa nama Va yang di panggil suaminya? Apakah...

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang