🕊🕊🕊
"Bagaimana keadaan menantu saya dok?"
Raut wajah khawatir yang tidak dapat disembunyian Mama Ramdan. Meski kini dalam pelukannya Riha masih setia membuka mata. Seharusnya ia terlihat lebih tenang dihadapan cucunya, namun tidak bisa. Sungguh tidak bisa.
"Mamanya Riha nek"
Kembali menangis sesegukan sembari menunjuk pintu dimana para dokter membawa mamanya masuk, bahkan mama Ramdan tidak ada niatan mengehentikan tangis cucunya, ia juga sedang kalut saat ini.
"Tenang bu, menantu anda sudah lebih baik. Hanya membutuhkan perawatan beberapa hari dan akan pulih. Saran saya, tolong dijaga fisik dan perasaannya. Saya yakin sebagai wanita yang sudah pernah melahirkan, ibu sudah pengalaman" Nasehat dokter itu dengan senyuman menenangkan.
"Maksud dokter?"
"Wanita hamil tidak boleh terlalu tertekan, baik fisik maupun perasaannya bu, jadi sebaiknya diperhatikan"
"Menantu saya sedang hamil? Benarkah?"
Dokter itupun mengangguk, mengetahui bahwa ternyata sang mertua ini belum tahu kalau menantunya sedang mengandung.
"Selamat ya bu"
"I..iya, terimakasih banyak dok. Saya akan menjaga menantu saya dengan baik"
"Sama-sama"
Kemudian dokter berlalu meninggalkan wanita paruh baya itu dengan segenap kelegaan. Menantunya baik-baik saja dan ya Allah, sungguh kebahagiaan ia akan mendapatkan cucu lagi.
Tak lama, mama Ramdan memandang Riha dengan bahagia, kemudian menciumi seluruh wajah Riha.
"Riha seneng gak?"
"Riha sedih nek, mama lagi sakit"
Astaga, ia lupa cucunya sepertinya belum bisa mencerna ucapan dokter, apalagi di saat kalut seperti ini.
"Riha mau punya adek, seneng gak?"
"Hah? Beneran Riha mau punya adek? Tapi kok mama jadi sakit? Kalo punya adek bikin mama sakit, Riha gak mau punya adek"
"Enggak sayang, mama kelelahan makanya sakit, bukan karna mau punya adek jadi sakit"
"Yeayy, Riha mau punya adik"
Dengan semangat 45 ia menghapus sisa-sisa air mata di pipinya.
"Ayo nek, liat mama. Riha mau peluk mama, mau bilang makasih karna udah mau kasih Riha adik"
"Iya sayang, kita temui mama ya"
Dengan segera mereka menuju ruang rawat Ira. Wanita paruh baya itu tak sabar menemui menantu yang sedang mengandung cucunya.
Riha sedih melihat mamanya yang terlihat lemah di atas ranjang rumah sakit, dengan segera ia ingin di turunkan dari gendongan neneknya.
Langkah mungilnya menuju mamanya. Wajah mamanya terlihat pucat, dan matanya terlihat sayu.
"Mama, maafin Riha ya, pasti sakit ya ma ya?"
Riha berdiri sambil menunduk di samping ranjang Ira, membuat Ira terharu melihat putrinya begitu menghawatirkannya.
"Tidak sayang, mama baik-baik saja. Riha tidak bersalah, jadi jangan bersedih ya"
"Bagaimana keadaanmu nak? Bagaimana bisa ini terjadi? Riha bilang tadi yang mengantarmu adalah Jena, tetangga samping yang anaknya sering bermain dengan Riha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IBU UNTUK ANAKKU [END]
General FictionTak pernah merasakan kasih dan belaian seorang ibu sejak hari pertama melihat dunia membuat Riha merindu. Sosok kecil dan manis itu jatuh hati pada seorang wanita cantik dan menginginkannya untuk menjadi ibunya, memberikan kasih sayang dan belaian c...