Aku tidak akan menjadi sempurna untuk orang lain, itu tidak penting bagiku. Aku akan menjadi sempurna bagi diriku sendiri.
🌺🌺🌺
Besok Ramdan akan pergi ke Padang. Setelah meminta izin pada putri tercintanya dan juga istrinya ia merasa lega untuk pergi.
"Kakak jam berapa take off-nya?" Tanyanya pada suaminya yang duduk diranjang menatapnya yang sedang mem-packing pakaian.
"Jam 11.35. Kaka harus udah check-in 90 menit sebelum keberangkatan"
"Nanti siapa yang antar ke bandara?" Tanya Ira yang sudah selesai menata pakaian suaminya, ia berjalan kearah Ramdan.
"Mungkin minta supir mama buat anter, jaga diri dan juga Riha ya. Kakak usahakan pulang secepat mungkin" Ucap Ramdan sambil mengelus kepala Ira.
"Riha sudah tidur?" Tanya Ramdan pada Ira yang kini duduk bersandar dibahunya dengan manja.
"Sudah, setelah mengulang hafalannya dia langsung tidur"
Ramdan menarik pinggang Ira lebih erat hingga mereka tak lagi berjarak. "Bolehkah aku minta jatah malam ini?" Ucap Ramdan sambil menyatukan dahi mereka dan pertanyaan itu sukses membuat Ira merona malu.
🌺🌺🌺
Ramdan sudah ada di dalam pesawat menuju padang. Ia agak sedikit was-was meninggalkan anak dan isterinya selama kurang lebih seminggu lamanya. Karena jujur ini adalah perjalanan bisnisnya yang paling lama. Biasanya ia hanya melakukan perjalanan bisnis paling lama selama ini lima hari.
Tapi Ramdan mencoba sesantai mungkin menghadapi ini. Meskipun hatinya merasa kurang enak karena ini pertama kalinya ia harus pergi jauh dan lama.
Setelah landing, ia langsung menaiki mobil jemputan yang memang sudah ayahnya siapkan. Ia langsung di bawa ke apartemen tempatnya akan tinggal selama seminggu lebih atau bisa kurang.
"Bapak ini putranya pak Ahmad ya?"
Tanya pak supir yang mencoba berbasa-basi dan Ramdan menanggapinya dengan senyuman.
"Iya pak"
"Tumban bapak menyuruh mas anaknya, biasanya selalu datang sendiri. Bapak pernah cerita katanya putranya sangat sibuk dengan bisnisnya sendiri"
"Iya, papa ada urusan lain yang juga penting untuk di selesaikan pak. Jadi saya diminta untuk mewakili mengurus proyek"
"Oh begitu, pantesan. Biasanya beliau selalu kemari ditemani ibu"
Kali ini Ramdan hanya menanggapi dengan senyuman.
Tak lama mereka sampai di apartemen. Ramdan mengucapkan rasa terimakasih pada supir yang telah diutus papanya untuk menjemputnya lalu ia naik menuju lantai 11 dimana kamarnya berada.
Membuka apartemen dengan kartu yang ia dapatkan dari resepsionis lalu melepas pakaian formalnya. Ia segera membersihkan tubuhnya kemudian beristirahat. Besok ia harus memantau proyek dimana itu tidak membutuhkan tenaga yang sedikit.
***
Ira sibuk menenangkan Riha yang tiba-tiba menangis tidak menemukan Ramdan dirumah beberapa hari ini.
Memang dasar bocah, bukankah ayahnya sudah izin akan pergi, sekarang malah ia lupa dan menangis ingin ayahnya.Ira heran, namun memang mungkin karena Riha masih kecil dan labil. Beberapa hari yang lalu ia meng-iyakan kepergian Ramdan karena di iming-imingi oleh-oleh yang banyak. Tapi sekarang setelah tidak bertemu beberapa, hari ia menjadi rewel.
Dan untungnya Ira di beri tahu oleh Ibu mertuanya yang sudah menduga bahwa Riha akan begini. Jadi ia sudah mengantisipasi apa yang harus dilakukan.
Namun, selama menghadapi Riha yang begitu rewel kondisi Ira pun menjadi tidak baik. Ia sering mengalami pusing dan mual dan itu membuat Riha yang begitu perasa terhadap orang yang disayanginya selalu menanyakan hal yang sama berkali-kali.
"Mama sakit ya? Apa Riha nakal jadi mama sakit?"
Dan setelah menanyakannya, Riha malah akan kembali menangis karena mungkin ia merasa bersalah telah membuat Mamanya seperti itu.
Akhirnya sore ini Ira memutuskan untuk menginap di rumah mertuanya. Ia takut tidak mampu mengurus Riha sendirian dan membuat anak itu terabaikan karena kondisinya yang semakin lemah.
"Nak, mama panggil dokter ya buat periksa kamu? Mama takut kamu kenapa-napa lagi gara-gara kecapean ngurus Riha yang rewel"
Mama mertuanya sudah menanyakan itu berkali kali, namun Ira tetap menolak. Ia merasa mungkin ini hanya karena maag nya yang kambuh, karena beberapa hari ini ia lebih mementingkan ketenangan Riha dan melupakan jadwal makannya sendiri. Maklum baru kali ini Ira mengurus anak seorang diri, ditambah anaknya Rewel.
Akhirnya mertuanya bisa apa? Tidak mungkin memaksa Ira untuk diperiksa, sedangkan yang sakit saja tidak mau.
Sekarang Riha sudah melupakan kerewelannya yang menjadi beberapa hari belakangan. Mungkin karena dirumah neneknya ia memiliki banyak teman bermain daripada dirumah barunya. Ira juga sudah agak membaik setelah beristitahat cukup seharian kemarin.
Sebenarnya ia ingin kembali mengajak Riha pulang tapi ia takut. Melihat Riha yang begitu senang disini bermain dengan banyak temannya, sedangkan dirumah baru mereka. Riha belum memiliki teman bermain. Takutnya ia kembali rewel.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBU UNTUK ANAKKU [END]
General FictionTak pernah merasakan kasih dan belaian seorang ibu sejak hari pertama melihat dunia membuat Riha merindu. Sosok kecil dan manis itu jatuh hati pada seorang wanita cantik dan menginginkannya untuk menjadi ibunya, memberikan kasih sayang dan belaian c...