chapter 11

67.2K 4.1K 17
                                    

"Va, maaf"

'Va? siapa Va? Apakah Va yang disebut itu nama mendiang isterinya kak Ramdan?'

Ira bermonolog dengan hatinya sendiri. Mendengar suaminya menyebut nama wanita lain tak urung hatinya merasakan sedikit tersentil perih.

'Apa-apaan kamu Ira, baru saja menjadi seorang isteri sudah cemburuan. Dan seolah tidak pantas sekali jika aku merasakan cemburu itu terutama untuk orang yang sudah tiada, dan bukankah kak Ramdan juga masih berhak mencintai mendiang isterinya'

Ketika Ira sedang sibuk menenangkan hatinya yang tengah dilanda rasa cemburu, ia mendengar ada seseorang yang menekan bel rumah. Bergegas ia turun karena tidak ingin membuat tamu yang datang menunggu.

Ketika Ira membuka pintu rumah ia melihat putri kecilnya berdiri dengan wajah lesunya sambil merentangkan tangan ke arah Ira tanda ingin digendong.

Ketika Ira membuka pintu rumah ia melihat putri kecilnya berdiri dengan wajah lesunya sambil merentangkan tangan ke arah Ira tanda ingin digendong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, ada apa dengan anak mama? Kenapa cemberut sayang hmm? Nanti cantiknya hilang loh" Tanya Ira mengambil Riha kedalam gendongannya.

"Kata ibu, non Riha dari kemaren udah pengen ketemu den Ramdan sama non Ira, dan kemaren ibu bilang kalo besok den Ramdan bakal jemput non Riha, tapi ternyata den Ramdan nyuruh saya yang jemput. Mungkin non Riha ngambek karena itu" jelas pak supri yang melihat kebingungan Ira.

"Benarkah begitu sayang?" Tanya Ira dengan mengelus kepala Riha yang tertutupi hijab biru.
Bukannya menjawab Riha malah menyenderkan kepalanya dibahu Ira dengan manja.

"Baiklah pak, terimakasih banyak sudah mengantar Riha. Bapak ingin minum dulu?"

"Tidak non, saya langsung pamit saja. Saya harus mengantar ibu pergi ke arisan. Oh iya non, tadi ibu berpesan katanya suruh sering-sering main ke rumah kalo ada waktu"

"Iya pak, salam untuk ibu ya" jawab Ira dengan senyum manisnya. Lalu pak Supri pamit karena harus mengantarkan majikannya pergi arisan.

"Assalamu'alaikum" salam pak Supri sebelum pergi. "Wa'alaikumsalam" jawab Ira bersamaan dengan Riha yang masih menyandarkan kepalanya di bahu Ira. Ira hanya tersenyum melihat kemanjaan Riha padanya. Ia juga merasa sangat senang, seolah mereka adalah ibu dan anak kandung yang saling menyayangi.

Ira maklum, di umur Riha sekarang memang waktunya ia bermanja ria dengan ibunya. Namun takdir tidaklah selalu seperti apa yang diharapkan.

Dan Ira sangat bersyukur ialah yang Allah pilih sebagai pengganti Almarhum ibu Riha untuk memberi kasih sayang yang seharusnya Riha dapatkan dari ibunya. Kini Riha telah menjadi puterinya, dan kini tanggung jawabnya-lah untuk memberikannya kasih sayang.

IBU UNTUK ANAKKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang