14. Membagi hati

28 3 1
                                    

"Berubah. Semuanya berubah. Saya tidak suka dengan perubahan ini. Perubahan ini terlalu asing bagi saya"

~Shana Aqiba~ 

***

Empat puluh hari sudah aku mengagumi pria dari kelas 11 IPS itu. Semakin hari, aku semakin berubah. Kata mereka, kata-kataku lebih sopan, senyum yang ada diwajahku tak pernah alpa. Dan kini, aku terlihat lebih rapi dari biasanya. Bahkan aku sudah mulai mengenakan ciput dikepalaku untuk menutupi rambut dibagian puncuk kepalaku. Kerudungku sedikit panjang. Dan aku sudah mulai mengenakan pelembab wajah dan parfum seperti perempuan lainnya. Istilahnya, mereka bilang aku kini terlihat lebih keren.

Aku tak tau bisikan apa yang membuatku seperti ini. Aku menjadi lebih semangat dalam belajar. Sehingga jika ada tugas ataupun presentasi di kelas, aku langsung sigap dan siap tampil. Akupun menjadi aktivis di sekolahku. Di Pramuka, aku yang selalu ditunjuk oleh kakak kelas untuk jadi koordinator atau ketua dalam setiap acara. Satu pekan yang lalu, aku terpilih untuk mengikuti perkemahan tingkat penegak se-kota Tasikmalaya yang diadakan oleh TNI.

Keadaan ini membuat aku semakin mencintai diriku sendiri. Aku semakin mencintai hidupku, duniaku.
Dan benar kata salah satu pujangga cinta bahwa cinta bisa mengubah karakter seseorang yang merasakannya. Dan seseorang akan mengikuti segala sesuatu yang dicintainya. Kini, aku sepenuhnya percaya. Selama perubahan itu adalah perubahan yang baik.

***

"Shana!! Sini, Shan! Cepetan!!"

Dari luar, Risma dan Lulu memanggilku.

"Iya bentar. Ini sedikit lagi" teriakku dari dalam kelas.

Saat itu, aku sedang mengerjakan tugas yang diperintahkan guru mata pelajaran jam sekarang. Risma, Lulu dan beberapa temanku sedang nongkrong diluar kelas seperti biasanya.

"Cepet, Shan! Ini penting!"

Akupun meninggalkan kelas dan memenuhi permintaan mereka.

"Apa?"

"Sok, Lu!" bisik Risma.

"Enggak ah, Risma aja"

Kulihat Risma, Lulu dan Anisa sedang saling memberi kode. Tapi aku tidak mengerti apa maksud mereka.

"Maaf ya, Shan. Tadinya kita gak mau kasih tau kamu. Tapi harus bagaimana lagi? Kamu pasti bakalan tau. Daripada sakitnya nanti, mending kita kasih taunya sekarang"

"Apa sih? Aku gak ngerti, Lu"

Mendengar kata sakit membuat aku tidak enak perasaan. Sepertinya ada yang tidak beres disini.

"Tapi bingung ngomongnya gimana. Kamu gak papa ya?" ujar Risma.

"Ayo ngomong! Aku penasaran. Tentang apa sih?"

"Kak Cokelat, Shan. Kak Cokelat, emmh-"

"Udah punya pacar. Iya 'kan" serobotku tanpa mendengarkan kata-kata Lulu sampai akhir.

Lulu, Risma dan Anisa saling memberi kode melalui kontak mata sebelum akhirnya mereka mengangguk pelan.

"Iya, Shan. Maaf ya. Aku juga terkejut" sahut Risma dengan hati-hati.
Dan,

Tuan Cokelat [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang