Sesaat angin senja merasuki raga. Langit bekerja sama dengan mega jingga menyelimuti alam raya..
Begitu sejuknya angin di bumi ini. Namun sayangnya, hatiku tak sesejuk semesta senja ini.Dalam hidupku, aku belum pernah merasakan nestapa yang absurd seperti ini. Sungguh manusia yang bernama Rangga itu benar-benar mengganggu kelangsungan kehidupan remajaku. Dan bodohnya hati ini, mengapa ia masih menyimpan rasa kepada seseorang yang telah ada pemiliknya.
Ah, sudahlah. Semenjak aku mengenalnya, aku menjadi lebay seperti ini.
Aku fikir, apa yang Kak Rangga lakukan dengan pandangannya adalah JAHAT !!
Ya. Penjahat hati. Gelar itulah yang pantas untuknya. Maka dengan ini, aku menyatakan perang dengan Kak Rangga juga dengan Anis. Kulihat kak Rangga adalah lelaki aktivis, maka akupun bisa menjadi perempuan aktivis pula. Akan ku tunjukkan padanya bahkan pada dunia bahwa aku bukanlah perempuan yang lemah hanya karena cinta. Akan ku buktikan pula bahwa aku bisa menjadi perempuan yang lebih dari Anis itu. Inilah balas dendamku...***
"Lu, gue pengen nanya. Seriusan. Sekolah ini aneh ya?", ujarku suatu ketika pada Lulu.
"Aneh gimana Shan?""Ya aneh aja. Selama gue di sekolah ini ko gak ada anak cowok yang berantem ya?"
"Ahaha... Kamu mah ada-ada aja. Bukan sekolah yang aneh. Tapi kamu yang aneh, Shan"
"Eh, enggak. Gue serius ni nanya. Soalnya waktu gue tsanawiyah, hampir setiap harinya selalu ada aja keributan. Bukan hanya cowoknya aja yang suka berantem, ceweknya juga ada. Pas gue masuk aliyah,, jep.. Gue gak lihat lagi ada yang berantem disini. Gak seru ah..", ceritaku dengan memasang wajah yang sungguh-sungguh.
"Hehe... Yaa.. Mungkin anak-anak disini sudah pada dewasalah, Shan. Yang masih berantem ke gitu kan anak kecil. Ini tuh aliyah, Shan. Bukan tsanawiyah"
Ketika aku sedang asyiknya bercerita dengan Lulu, seseorang menyelang pembicaraan kami.
Laila datang dengan wajah seriusnya. Dia bilang bahwa semua kelas 10 IPA akan di pecah lagi. Penyebabnya adalah kelas 10 IPA 3, kelasku. Ini ada kaitannya dengan gelar kelas unggulan. Aku tak tau siapa yang punya ide seperti ini.
Sebagian temanku ada yang setuju untuk dipecah dan ada pula yang tidak setuju untuk dipecah. Antara dipecah atau tidaknya, kepala sekolah sudah memberi mandat kepada kelasku. Keputusan ada dipihak kelas 10 IPA 3.
Bahkan kelasku dikumpulkan dalam satu ruangan untuk memvoting suara mana yang lebih banyak antara dipecah atau tidak. Pak Anwarlah yang mengurus ini.Alasan temanku yang tak ingin dipecah adalah karena mereka sudah betah di kelas. Mereka sudah menemukan partnernya. Dan alasan temanku yang ingin dipecah tidak lain karena mereka tak sanggup berada di kelas unggulan yang dituntut untuk menjaga nama baik kelas unggulan dengan berprestasi lebih dari kelas lain.
Sementara aku? Aku tak tau apa mauku. Karena dipecah ataupun tidak keduanya sama saja bagiku. Bukan hal yang sulit bagiku mencari teman. Itulah diriku.***
"Shana, kamu dipilih buat ikutan tari semaphore dari pramuka buat demo di PERMATA nanti. Kamu mau yaa? Kak Rahma udah tunjuk kamu", Ujar Salsa padaku saat anak-anak pramuka sedang berkumpul.Aku tak bisa menolak. Bahkan ini kesempatanku untuk mulai balas dendam terhadap kak Rangga. Aku bisa lebih dari dia...
Mulai saat itu, aku dan teman-teman seorganisasi mengambil waktu libur kami untuk berlatih disekolah karena acara PERMATA atau perkemahan masa tamu akan diselenggarakan sembilan hari yang akan datang.***
Cahaya mentari pagi mulai nampak diantara celah-celah dedaunan dan pohon yang rindang. Mungkin sang mentari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya kepada bumi. Burung-burungpun mulai bernyanyi riang meloncat diatas genting saling berkejaran bersama kawan-kawannya. Sungguh sejuknya alam raya pagi.
Tepat pukul delapan, Hanida menjemputku bersama sepeda motornya untuk pergi ke sekolah bersama. Tujuan kami ke sekolah tidak lain adalah untuk berlatih demo.
.
"Shan, tuuhh", Risma seperti menunjukan seseorang padaku. Dia seperti memberi isyarat agar aku melihat seseorang yang ia tunjukkan.
Tapi aku sama sekali tak mengerti.
Tak lama setelah itu, Risma menyebrang dan mengahmpiriku."Ish,, kamu mah gak peka. Aku ngasih tau ada kak Rangga disini", celoteh Risma.
"Mana ? Mana? Dimana?", sahutku dengan rasa penasaran.
"Telat!! Dari tadi dia. Sekarang udah pergi"
"Kemana?"
"Entah.. Mungkin pulang dia"
Sungguh tak sadar. Seharian kak Rangga ada di sekolah. Beberapa kali teman-temanku memberi tauku tentang keberadaan kak Rangga. Tapi aku sama sekali tak melihatnya. Bahkan hanya punggungnyapun aku tak melihatnya.
Yang kulihat kak Rangga dari kejauhan, ternyata itu kak Bastian, temannya kak Rangga.
Dimana kak Rangga?
Biasanya kak Rangga selalu bersama dengan kak Bastian.***
"Shan, kak Rangga tuh capten basket,ya?",ujar Diar teman seorganisasiku di ekstra pramuka.
"Oo. Benarkah?", kataku tak percaya.
"Kayaknya. Soalnya dia itu ke yang aktif banget di ekstra basketnya...."
Dan begitulah. Sekali lagi, semesta sepertinya sengaja menyuguhkan berita-berita tentang makhluk yang bernama Rangga Rafiqi tanpa aku mau...
~~•••~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Cokelat [REVISI]
Teen FictionSaya tau..... Dalam kebisuan, ada keinginan untuk Mengungkapkan. Dalam matamu, terdapat Isyarat hati yang Tersembunyi. . . . Dan satu yang harus kamu tau. Manik-manik dalam kehidupan remaja Saya adalah... KAMU