"Assalamu'alaikum..""Wa'alaikumussalam warohmatulloh. Ayo masuk!"
Satu persatu anak Pramuka meyembulkan kepalanya dari balik pintu. Bu Kana sangat antusias menyambut para tamunya yang tak lain adalah anak didiknya di sekolah. Ku perhatikan lekat-lekat wajah-wajah orang yang muncul dari pintu masuk itu.
Aku terperanjat ketika melihat gadis yang ku dengar namanya adalah Shana itu. Segera aku bangkit dari tempat dudukku dan mencari sesuatu yang membuat aku terlihat sibuk.Telah lama sudah gadis itu bermain-main dengan pandangannya. Dia selalu menemukan keberadaanku. Di tambah lagi dengan dukungan keadaan yang kerap kali mempertemukan kami dalam berbagai kesempatan yang membuat aku semakin bingung untuk menafsirkan tingkah gadis itu yang selalu labil.
Hari ini dia memandangku dengan senyumnya walau hanya sekilas. Besoknya, dia menghindariku dengan wajah dongkol apabila kami berpapasan.
Sebenarnya aku tau maksudnya apa. Namun, yang membuat aku ragu adalah sikapnya yang selalu berubah-ubah.
"Rangga ! Sini."
Beruntunglah Bu Kana memanggilku yang mungkin pemikiranku tak lagi tertuju pada gadis yang berhasil membuatku gugup dan salah tingkah.
"Iya, Bu?"
"Ini proposal buat lomba LKBB kenapa anggarannya belum dibenerin?"
"Udah, Bu dibenerin sama Basit. Cuma belum di print out ulang."
"Tapi yang udah di benerin sesuai sama yang ibu katakan? Soalnya gini, nih lihat......."
Meski sesibuk apapun, aku masih sempat meliriknya. Dan benar saja, gadis itu masih berdiri dengan wajah yang terlihat kaget melihatku. Aku tak mengerti apa yang sedang dia fikirkan.
***
"Gini aja, sambil nunggu liwetnya mateng, anggota Semaphore Dance latihan dulu yuk di sekolah. Nanti kalo udah mateng kita kesini. Deket ini. Hehe..", celoteh seorang perempuan dari anak Pramuka yang seangkatan denganku tapi aku tak mengenalnya.
"Enak aja, lo. Pas bagian makan aja kesini", timpal seorang lelaki hitam pendek yang ku tebak adalah adik kelasku.
"Ya terus gimana lagi? Yang bantuin udah terlalu banyak. Kalo kita ikut bantu juga nanti malah tambah ribet. Lo tau kan mulut cewek kayak gimana? Haha..", Ujar gadis yang bernama Shana itu.
Aku yang sedang bermain game Mobile Legend pun teralih perhatiannya kepada gadis itu. Aku hanya meliriknya beberapa detik lalu melanjutkan aktifitasku kembali.
"Argh..."
Jagoanku dihabisi oleh lawan. Aku belum sempat menghindar. Sialan!!
Saat aku mengangkat kepalaku, sekumpulan anak Pramuka itu sudah tidak ada. Begitupun dengan gadis itu.
"Udah pergi, Ga", gumam Fajri tiba-tiba padaku.
"Apanya ?"
Bukannya menjawab, Fajri malah tertawa. Aku sebenarnya tau siapa yang Fajri maksud. Tapi aku pura-pura tidak tau.
***
Setelah kurang lebih dua jam, akhirnya memasakpun telah usai.
"Anak laki-laki, tolong bawain liwet sama lauknya dong, yaa?", pinta Alya dengan wajah memelas.
"Siap boss!"
Aku, Irhas, Fajri dan beberapa anak laki-laki Pramuka yang merangkap sebagai Osispun masing-masing membawa beberapa wadah berisi nasi dengan lauk-pauknya. Rencananya, kami akan menyantap makanan ini bareng-bareng di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Cokelat [REVISI]
Teen FictionSaya tau..... Dalam kebisuan, ada keinginan untuk Mengungkapkan. Dalam matamu, terdapat Isyarat hati yang Tersembunyi. . . . Dan satu yang harus kamu tau. Manik-manik dalam kehidupan remaja Saya adalah... KAMU