18. Pentas Seni

26 2 0
                                    


"Sesuai hukum alam. Kita tidak tau kepada siapa bahtera kan berlabuh. Sekalinya berlabuh,  bahtera mungkin kesulitan untuk keluar dari zona pelabuhan."

"Shanaa... HBD Shanaa..."

Hanida yang tiba-tiba muncul dari kelasnya segera berlari kepadaku yang sedang berada di ambang pintu kelasku bersama Risma.
Hanida memelukku erat sampai dadaku terasa pengap.

"Yah, Hanida !! Kamu ngehancurin rencanaku. Tadinya aku mau pura-pura gak ingat ulang tahun Shana. Tapi karena sudah kepalang gini ya udah aku ngucapinnya sekarang aja. Happy birth day Shana..."

Rismapun memelukku erat sama seperti Hanida memelukku.

"Iya makasih..."
Ujarku.

"Huh, si Shana udah tua...
Semoga menjadi anak yang sholehah, makin pinter, makin dewasa. Jangan kayak anak kecil lagi."

"Iya. Aamiin.."

Lalu Hanida dan Risma mencubitku berulang kali.

"Woi, yang ulang tahun itu harusnya disenengin. Bukan diisengin. Sakit tauu.."

"Asal pajak ultah dulu..."

Hari ini, adalah hari spesial bagiku. Semua teman-teman yang aku kenal dan yang tak aku kenal mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Tentu saja aku bahagia karena aku merasa dihargai oleh manusia. Bukankah semua manusia menginginkan pengakuan dan penghargaan?

Ada pula diantara mereka yang memberi hadiah ulang tahun padaku.

Terimakasih untuk kadonya...
Terimakasih pula atas doa dan pengucapannya...

***
Senin

Hari pertama pensi jatuh pada hari senin ini. Seusai sholat Zuhur, acara baru dimulai.
Untuk perlombaan hari ini adalah penampilan warta dan penampilan recycle. Untuk penampilan warta, Resilah yang menjadi pembawa acaranya. Warta di gelar di aula. Banyak penonton yang bersorak ramai selama pelombaan berlangsung. Sementara aku, Anisa, dan Dali mempersiapkan propeti untuk penampilan warta di belakang layar.

Aku terlalu sibuk dengan kegiatanku sehingga Kak Rangga yang berada didekatku aku tak sadar. Anisalah yang memberitauku.

Ah, kenapa harus diberitau, sih?
Aku menjadi grogi tau! Aku begitu malu. Untung saja penampilan warta dari kelas 10 IPA 3 telah usai. Aku berlari menuju ruangan tempat perlombaan recycle berlangsung.

Di sana, Nisa dan Tria yang tampil menjelaskan recycle yang dibuatnya berdiri dengan sangat percaya diri. Menerangkan kepada dewan juri dengan sangat jelas. Aku yakin kelasku yang akan menang.

***
Selasa

Ini adalah hari kedua pensi. Dan mata lomba yang ditampilkan adalah short film. Kami dikumpulkan di aula dan filmpun ditayangkan.

Adli, sang sutradara dari kelasku dengan penuh keberanian mempromosikan film yang digarapnya di muka publik.

Untuk baligho. Sejak hari pertama pensi, semua baligho telah dipasang didepan pagar kelas yang berada dilantai atas.

***

Rabu

Hari ketiga pensi ini, kami menampilkan teater diatas panggung.
Aku ditunjuk untuk memerankan seorang anak Sekolah Dasar yang berpenampilan tomboy. Aku bersama teman-temanku yang berperan sebagai anak SD dipoles make-up dengan tidak merata sehingga kami lebih mirip seperti badut.

Tuan Cokelat [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang