Setelah kejuaraan diumumkan, ada sedikit masalah antara kelasku dengan kelas 10 IPA 4 masalah keadilan dalam penilaian. Tapi untung saja Kak Irhas selaku kakak tingkat dari jurusan IPA 3 melerai masalah ini dengan memotivasi dan menceramahi kami.
"Udah ya. Dapat piala segini juga kakak sudah bangga sama kalian. Pokoknya pesan dari kakak, jaga kekompakan kelasnya. Kita udah juara sebagai kelas terkompak. Nah, kalian buktikan kekompakan kalian bukan hanya dalam perlombaan saja, tapi selama kalian berada di sekolah ini pokonya jaga kekompakannya, tetap semangat. Kakak bangga sama kalian. Asli. Terimakasih juga sama semua usaha kalian untuk mendapatkan piala-piala ini. Oh iya satu lagi, kita bakalan ngaliwet buat ngerayain kejuaraan ini, setuju gak?""Setujuuu!!!! Asyiikkk!! Di rumah kak Irhas ngaliwetnyaaa..."
Ujar kami serempak."Wah, jangan dirumah saya atuh. Terlalu jauh. Yang deket aja. Tuh, di Laila. Rumahnya kan deket dari sini."
"Yaaa, setujuuu !!"
"Woi.. Ko jadi bawa-bawa nama Laila sih?"
Sahut Laila."Siapa suruh rumahnya deket, jadi kesebut kan?"
"Ahaha... Iya iya."
Saat itu, aku merasa bahwa aku memiliki keluarga kedua di sekolah setelah di rumah. Teman-teman sekelasku ku anggap sebagai keluargaku. Dan kami benar-benar menikmati kejuaraan ini.
Terimaksih, Tuhan. Engkau sungguh Maha Baik....***
Sekolah telah dibubarkan. Kami yang tak lagi berkepentingan disekolahpun beranjak meninggalkan lokasi sekolah. Sebelum keluar gerbang, aku dan Lulu yang sedang berjalan berjumpa dengan kak Irhas. Aku tersenyum dan menyapa kak Irhas.
"Tetap semangat, ya, de..."
"Iya, kak. Pasti. Kak Irhas makasih ya udah bela-belain membimbing kelas kami."
"Iya, enggak papa. Ini memang kewajiban kakak ko membimbing kalian. Oh ya. Mau langsung pulang?"
"Iya, kak."
Kamipun diam sejurus. Saat aku melihat kak Irhas lagi, aku teringat pada ide dari temanku agar aku mencari orang ketiga sebagai penengah antara aku dengan kak Rangga. Jika aku malu mengatakannya, maka si orang ketigalah yang menyampaikannya.
Kufikir, Kak Irhas adalah sahabat Kak Rangga. Kulihat, Kak Irhas dengan Kak Rangga begitu dekat. Akupun berbisik pada Lulu.
"Lu, atau kak Irhas yang jadi orang ketiganya, ya ?"
"Iya, sok. Coba aja. Dia kan teman dekatnya kak cokelat kan?"
"Iya. Do'ain ya, lu."
Akupun menarik nafas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanianku untuk berbicara kepada kak Irhas yang sedang berjalan disampingku.
"Emh, kak. Saya mau bicara sama Kak Irhas. Tapi saya malu."
"Oh, sok. Bicara aja. Gak papa ko. Gak usah malu-malu."
"Tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa"
"Iya janji. Tentang apa?"
Aku ragu harus mulai darimana aku bicara. Akupun menoleh dan tersenyum pada Lulu yang siap mendengarkan percakapanku dengan Kak Irhas.
"Kak Irhas sahabatnya Kak Rangga?"
"Hehe... Ya, gitu sih. Temen deket aja. Emanga kenapa gitu?"
Akupun tersenyum malu.
Tak lama setelah Kak Irhas menoleh padaku, akhirnya dia mengerti ditandai dengan tersenyum."Oh, ade suka sama Rangga?"
Ujar Kak Irhas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Cokelat [REVISI]
Teen FictionSaya tau..... Dalam kebisuan, ada keinginan untuk Mengungkapkan. Dalam matamu, terdapat Isyarat hati yang Tersembunyi. . . . Dan satu yang harus kamu tau. Manik-manik dalam kehidupan remaja Saya adalah... KAMU