Burung-burung pagi ini menyambutku dengan penuh riang. Mereka memberiku energi penuh semangat. Dan hari ini aku tidak kesiangan.
Ketika dalam perjalanan, Risma yang tak jauh berada dibelakangku dan ia langsung mengenaliku.
"Shanaaa...." teriak Risma sembari setengah berlari menujuku. Aku hanya menoleh.
"Tungguin..." akupun menunggunya.
"Shana, Shana! Kamu tau kak Yofa?" ucap Risma ketika baru saja tiba dihadapanku.
"Oh, Kakak senior kita di Pramuka?" jawabku sembari melanjutkan perjalanan menuju sekolah dan berjalan menyeimbangi langkah Risma.
"Iya. Kamu tau gak? Sejak kemarin, Kak Yofa chatt aku terus" ujar Risma to the point.
"Lalu?" kataku penasaran.
"Ya, dia bilang kalo dia suka sama aku"
"Terus Risma suka sama dia?"
"Ya, eggak tau. Aku sih masih risih"
Dan meskipun pada permulaannya Risma risih terhadap kak Yofa, tetapi Risma berbeda denganku. Risma masih mau menghargai perasaan kak Yofa dengan melayaninya. Dan entah apa yang membuat risih Risma berubah menjadi suka terhadap kak Yofa hanya dalam waktu satu bulan. Dan akhirnya Risma dengan kak Yofa resmi berpacaran. Berbeda denganku dan Aji yang sekarang dia entah dimana.
Meskipun Risma selalu menceritakan tentang hubungannya dengan kak Yofa dilengkapi dengan ungkapan perasaan yang Risma rasakan terhadap kak Yofa, tetap saja aku tidak mengerti apa itu pacaran? Dan apa yang dilakukan orang yang sedang pacaran? Dan bagaimana rasanya pacaran?
Entahlah, aku tak ingin berfikir berat tentang hal yang tidak penting bagiku. Toh, aku sudah bahagia. Untuk apa aku terlalu menyelami dunia yang asing bagiku. Cukup dengan memberiku makanan yang mengandung cokelatpun aku sudah sangat bahagia.
**
Itu tak jauh berbeda dengan Laila, teman sekelasku yang sedang jatuh cinta sama seperti Risma.
Di kelasku kini diisi oleh pelajaran Ekonomi sebagai pelajaran lintas minat di kelas IPA yang sangat membosankan di tambah dengan guru yang menyampaikannya 'enggak banget'. Pelajarannya apa, yang di terangkannya apa.
"Duh, boring banget sih nih pelajaran!" gerutuku pada diriku sendiri.
"Kamu kenapa, Shana?" perhatian Laila beralih kepadaku.
"Kamu ngerasa bosan gak sih sama pelajaran ini? Udah pelajarannya susah, yang ngajarinnya juga gak asik. Rasanya pengen cepet-cepet keluar dari neraka ini!" gerutuku.
"Iya. Aku juga gitu, Shan. Lihat anak-anak yang lainnya. Mereka juga kayaknya pada boring. Apalagi si Sani tuh. Dia udah ada di alam mimpi, hehe" ucap Laila.
"Haha... Iya. Tuh si Nandang juga udah ngorok!" celotehku yang diiringi tawa pelan.
Saat aku dan Laila tertawa sambil berbisik-bisik, Pak Akmal yang sedang menerangkanpun menyahut kami,
"Itu yang di belakang kenapa ngobrol?"
Dengan serempak, anak-anak yang lainnya menengok ke arahku dan Laila. Aku dan Laila yang terkejutpun hanya bisa tersenyum.
"Katanya anak IPA, tapi kok di kelasnya ketika guru sedang menerangkan malah ngobrol?" umpat Pak Akmal. Dan semua siswa di kelasku menjadi semakin hening dan tentunya semakin membosankan.
"Memangnya apa hubungannya ngobrol di kelas dengan anak IPA?" bathinku berbisik.
"Laila, anter gue ke wc yuk!" pintaku pada Laila sebagai modus belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Cokelat [REVISI]
Teen FictionSaya tau..... Dalam kebisuan, ada keinginan untuk Mengungkapkan. Dalam matamu, terdapat Isyarat hati yang Tersembunyi. . . . Dan satu yang harus kamu tau. Manik-manik dalam kehidupan remaja Saya adalah... KAMU