32. Berubah✔️

6 1 0
                                    

"Shan, ada kak Rangga didepan kelas 11 IPA 4", ucap Lulu ketika aku sedang berada didepan toilet putri.

"Mana?"

"Itu, diatas. Yang lagi berdua sama Sintya. Tadi dia lihatin kamu, Shan"

"Apa? Kak Rangga sama Sintya? Mana, sih?"

"Tuh, Shan", dengan ragu, Lulu menunjuk kak Rangga diatas sana.

Benar. Kak Rangga tengah berdua bersama Sintya-siswi dari kelas 11 IPA 4-. Kulihat, dia tak melihatku, dia hanya menunduk dalam. Lebih tepatnya menyembunyikan wajah.

Ini untuk yang kesekian kalinya kak Rangga menemui Sintya. Dia terlihat sangat dekat dengan Sintya akhir-akhir ini. Banyak gosip beredar di sekolah ini bahwa mereka dekat karena Sintyanya yang mulai duluan. Dan kak Cokelat juga yang sama-sama nyebelin. Kak Rangga mau aja 'melayani' Sintya.

Setelah mendengar buah bibir dari orang-orang, aku menjadi semakin kesal terhadap kak Cokelat itu. Setiap kali kak Rangga tersenyum membalas sapaan Sintya dihadapanku, serasa ada yang mengoyak perasaanku.
Perih. Aku menyimpulkannya begitu.

Bila bersilangan jalanpun, kak Rangga kini tak melihatku.
Benarkah yang ku takutkan itu? Harapan palsu?

Benarkah yang disinggung oleh Papah jika aku mencintai sendiri? Bertepuk sebelah tangan? Benarkah yang dikatakan oleh Papah jika aku gagal dalam cinta?

Tapi apa artinya dulu ia tersenyum padaku dan seringkali memberiku isyarat? Apa ia hanya mempermainkanku?

Jika benar begitu, maka aku benci cinta. Aku benci lelaki.

Berubah. Tuan Cokelatku berubah.

*

"Shan, kemarin aku nonton di bioskop bareng adik aku. Aku lihat, disana juga ada kak Rangga sama Helma-Siswi kelas 11 IPS 2- juga nonton. Film yang sama pula. Aku juga gak nyangka, Shan. Terus aku juga kebetulan bersilangan jalan sama kak Rangga, terus kak Rangga ngelirik aku. Kayaknya dia tau kalo aku temen deket kamu. Maaf aku terpaksa cerita sama kamu", cerita Lulu padaku.

Cesshh...
Mendengar berita itu, serasa ada belati yang menusuk hulu hatiku. Sakit kali ini membuahkan lemas diragaku. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan menata hati walau sesungguhnya perlu waktu lebih lama untuk menata hati seperti semula. Aku menghela nafas kasar.

"Gapapa, Lu. Aku juga denger mereka sedang dekat, Lu. Emm, tenang aja. Lagian sudah biasa, kok. Terbiasa patah hati, haha..."

Tawaku itu, menyakitkan.

"Shan, menurut aku, mereka gak pacaran. Menurut aku, kak Rangga itu sebatas menghargai Helma. Kata orang-orang juga Helmanya yang ngedeketin kak Rangga"

Sudah cukup. Aku tak ingin lagi mendengarnya. Semakin lama aku membicarakannya, semakin menguras tenagaku. Aku semakin lemas.

"Oya, Lu. Emang Lulu kemarin nonton film apa?", aku mengalihkan pembicaraan.

Memang wajar banyak gadis yang mendekatinya. Semuanya kak Rangga layani. Tapi anehnya, aku tak pernah mendengar kak Rangga punya 'pacar'. Karena gadis yang dekat dengannya hanya sebatas dekat. Tanpa status.

"Shan, ini tuh bukti kalo kak Rangga itu playboy. Dia hanya mempermainkan cewek", ujar Risma.

"Enggak!..", aku mengelak dengan tegas.

"Eh, maksudku, emm... Jangan berburuk sangka dulu", timpaku.

Meskipun aku benci dan kesal terhadap kak Rangga, aku tetap tidak setuju jika kak Rangga dikatai seperti itu. Aku yakin dia tak bermaksud mempermainkan perempuan. Entah apa alasannya, aku tidak akan diam jika teman-temanku mengatai kak Rangga yang tidak-tidak.

**

Kali ini, aku benar-benar menjauh dari kak Rangga. Aku ingin beristirahat dari lelahnya patah hati. Dan benar, seharusnya aku bisa mengendalikan pandangan. Semua ini berawal dari pandangan. Jika saja saat itu aku mengacuhkan pandangan kak Rangga, mungkin aku tidak akan merasa seperih ini.

Sesegera aku bersujud kepada Tuhan Yang Maha Mengendalikan Hati. Allah, Pemilik segala hati. Kulantunkan ayat-ayatnya dengan hati yang rapuh.

'Katakanlah kepada wanita yang beriman:" Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung'" [QS. An-Nur:31]

Deg...

Ayat itu menampar bathinku. Ayat yang telah diturunkan beribu-ribu tahun yang lalu itu baru aku rasakan akibat dari pelanggaran syariat. Islam, aku memeluk agama itu sedari lahir namun aku masih bodoh tentang syariat islam.

Astaghfirullahal 'adzim... Allahummaghfirlii...

Tangisku semakin menjadi-jadi. Harusnya ilmu syariat islam yang lebih dulu bersemayam dalam diriku. Bukan ilmu-ilmu dunia dan kehidupan yang bebas yang lebih dulu hinggap. Aku menyesali perbuatan bodohku tentang manusia bernama Rangga Rafiqi itu.

Kurasa, ini bukan cinta. Papahku pernah berkata, "Aturan cinta itu adalah saling mengisi kekosongan satu sama lain, saling menyayangi, saling menasehati, dan saling melengkapi. Yang bertepuk sebelah tangan itu bukan cinta. Tapi itu hanya ambisi untuk memiliki. Setan mempergunakan kata cinta untuk menyesatkan manusia. Karena cinta itu timbul karena adanya rasa. Dan rasa itu ada dalam hati. Sementara hati sifatnya lemah, samar, lembut. Jika kita lengah, maka setanlah yang akan mengendalikan nafsu untuk menjerumuskan manusia."

Wahai Allah, izinkan aku untuk memperbaiki diriku dari kebodohan.


***

Tuan Cokelat [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang