24. Menjauh

34 2 1
                                    

Sabtu cerah ini adalah hari pertama untuk siswa baru mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di adakan.

Sejak kemarin, aku belajar untuk tidak peduli terhadap kak Rangga juga terhadap pandangannya. Setiap kali ia memandangku, aku selalu mengalihkan. Jika dekat, aku selalu menjauh. Kurasa itu adalah cara mujarab agar tidak terlalu banyak meyimpan harap.
Karena menurutku, terlalu banyak memikirkan manusia yang belum pasti hanya membuatku lelah.
Aku pernah membaca satu artikel yang membahas tentang cinta. Faktanya, terlalu memikirkan cinta membuat IQ kita menurun 10%. Itu artinya, cinta adalah pembodohan. Dan kurasa itu benar adanya. Maka ku putuskan untuk tidak terlalu memikirkan Tuan Cokelat itu.

Kini, aku hanya akan fokus pada cita-citaku, fokus pada belajar dan fokus pada prestasi. Aku tak ingin menjadi perempuan yang terkena pembodohan cinta. Berbelok pada pangkalan cinta banyak membawa perubahan dari diriku.
Tapi tak apa. Mungkin, Tuhan mau aku berubah. Yang ku tau, aku akan menikmati hidup saja. Nikmati lalu syukuri. Syukuri kemudian Tafakuri. Itu yang dapat aku cerna dari Taqdir-Nya kali ini.

Ternyata, mungkin bukan aku saja yang menjauh. Kak Ranggapun melakukan hal yang sama. Ini terbukti ketika aku dan teman-teman seorganisasiku hendak melewati anak-anak Paskibra. Kak Rangga melihatku yang sedang berjalan paling depan kemudian ia keluar dari barisannya dan segera bersembunyi.
Melihat tingkahnya membuatku semakin geram dan muak padanya.

***

"Nah, langsung aja ya. Kakak kumpulin kalian disini tuh kakak akan menyampaikan perihal kapanitiaan di acara PERMATA nanti. Adapun struktur keanggotaannya ada di note book Pramuka. Nanti di bacain sama kak Rahma ya. Terus satu lagi. Besok hari Ahad kalian ke sininya pagi ya.. karena akan ada rapat antara OSIS dan Pramuka. Sekalian ngaliwet hehe..."

Terang kak Wildan si pradana putra didepan sana ketika kami mengadakan rapat di organisasi pramuka.

Setelah rapat selesai, entah dari mana asalnya, note book pramuka ada disampingku. Rasa penasaran mengundangku untuk meraih buku besar itu dan membaca nama-nama panitia PERMATA yang tertulis diatas lembaran-lembaran sana. Ada harapan yang terbesit dalam rasaku yang tak lain adalah Tuan Cokelat.
Panitia dalam kegiatan ini adalah kolaborasi antara anak-anak pramuka dengan anak-anak OSIS.

Aku tau betul kak Rangga adalah OSIS. Kuharap ia juga terlibat dalam acara ini. Karena tidak semua OSIS terjun menjadi panitia di kegiatan Permata nanti.

Mataku menyapu seluruh tulisan-tulisan dalam setiap lembaran. Namun nihil. Nama Rangga Rafiqi tak tertulis disana.
Aku menyerah. Dan aku pasrah. Biarlah semua mengalir apa adanya. Lagi pula, tanpa kak Rangga juga aku masih bisa bernafas.

°°°

Hari Ahad kusambut hangat penuh dengan semangat. Karena Deadline yang kemarin dibicarakan oleh anak pramuka jatuh hari ini.

Setibanya di sekolah, kami berlatih sebentar setelah itu kami beristirahat.
Mataku menyapu ke seluruh penjuru di parkiran sana. Bola mataku terhenti saat melihat sebuah sepeda motor yang tak asing bagiku.

Aku terkejut.

Kak Rangga ada disini? Untuk apa? Bukankah dia tidak terlibat dalam kegiatan ini?

Aku dan Diar berjalan memasuki ruang pak Fatih tepatnya ruang pos satpam di sekolah ini yang kebetulan ruangan itu kini sedang kosong. Di meja ruangan ini berjejerlah helm-helm yang ku kira ini semua adalah milik anak-anak OSIS atau anak-anak pramuka. Mataku terbelalak tak percaya saat kulihat ada satu helm berwarna abu tua mengkilap yang ku kira itu adalah milik makhluk yang selalu bergelantungan dalam fikirku.

Berarti benar. Kak Rangga ada di sini. Tapi sejak tadi aku tak melihatnya. Seketika, egoku menyeruak menjalar dari kepala hingga terjun ke seluruh tubuhku mencoba untuk menepiskan semua hal yang menyangkut tentang makhluk itu. Tak kan kubiarkan hatiku terus bernoda oleh sebab manusia yang pada kenyataannya tidak saling mengenal.

"Yuk, Shan.", ajak Diar.

" Kemana?"

"Kamu ini. Kan mau rapat sama anak-anak OSIS di rumah Bu Kana."

"O gitu? Gue kira disini.. hehe.."

***

Assalamu'alaikum pembaca yang budiman...
Terimakasih sudah mampir di cerita saya sejauh ini.
Part kali ini emang pendek sih. Tapi bakalan ada kejutan di part selanjutnya yang mungkin gak kalian sangka dari tokoh Rangga.
Yang penasaran terimakasih dan pantau terus ceritanya.
Budayakan membaca hingga akhir ya.
.
Dan satu lagi, saya minta tolong pembaca buat komen atau kritik di cerita ini dong...😁
Apapun yang ingin kalian sampaikan boleh ko. Author siap menampung hehe...

Oke. Segitu aja sih dari Author. Sekali lagi terimakasih sudah ikut berpartisipasi di cerita saya. Sampai ketemu di part selanjutnyaaaa.....

Tuan Cokelat [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang