Jika memang Allah menakdirkan diri ku untuk menjadi pelengkap kekurangan mu, maka aku akan menerima.
*
*
*Semua mata memandang cemas ke arah Zahra, ini sudah 10 menit semenjak luka Zahra kembali di jahit.
Zahra juga tidak apa-apa, hanya saja luka gadis itu kembali menganga lebar. Faris dan Nala hanya diam di sofa sambil menatap kosong ke arah sekitar nya. Paman Zahra, ia duduk di samping gadis itu sambil mengelus sayang kepala keponakannya.
Sementara itu, bibi duduk di samping kasur. Terdiam dan berusaha untuk mencerna cerita yang baru saja Zahra sampai kan. "Jadi, mereka menembak mu hanya karena ingin mengambil anak itu?" Tanya bibi dengan serius, setelah keheningan menimpa mereka akhirnya bibi membuka suara.
Zahra hanya mengangguk, ia lalu menatap takut ke arah bibi nya. Bagaimana jika wanita yang sedang duduk di samping nya ini tak percaya dengan cerita yang ia sampai kan.
Pletak.
"Aduh, maaf bi." Ringis Zahra sambil mengelus kening nya yang baru saja di jitak oleh sang bibi.
"Kamu sih! Udah tahu anak itu majikan nya pake di halang-halangi lagi! Untung mereka cuma nembak lengan kamu, gimana kalau mereka nembak jantung kamu!"
Zahra hanya menunduk sambil menggerutu. Namun, detik berikutnya ia tersenyum bahagia, setidaknya sang bibi sudah tidak marah lagi. Yah walaupun setelah ini Zahra akan menerima sederet kata-kata mutiara yang membuat hati nya terasa di cubit, perih.
"Yah kan mereka itu jahat, masa anak masih kecil udah main bius, kan Zahra kaget." Ucap Zahra sambil memanyunkan bibirnya.
"Asal kamu tahu aja, kakak sama Abang kamu pada khawatir cuma karena kamu! Dan sekarang kamu malah pulang dengan kondisi yang kayak gini!" Ucap bibi sambil menatap tajam ke arah Zahra yang sedang merajuk karena mendapat ceramah dari sang bibi.
"Yang bener, bukan nya mama tuh yang sampai nangis-nangis teriak di rumah 'Faris! Cari adek kamu sekarang! Ya Allah kemana anak gadis ku pergi!' bener kan Nala."
Nala lalu mengangguk cepat ketika mendengar penuturan dari Abang nya. Malahan gadis itu sedang tertawa keras bersama dengan Abang nya.
"Eh, mana ada! Jangan mengada-ada ya, dasar kalian!" Ucap bibi dengan cepat, ia lalu berdiri dan menjewer kedua telinga anak nya.
"Sekarang masih sakit hmm?"
Zahra lalu menoleh ke arah kanan nya yang sedang menatap cemas ke arah nya. "Nggak kok paman, Zahra udah baik-baik aja," ucap Zahra dengan pelan. Gadis itu lalu menatap sedih ke arah paman nya, laki-laki hebat yang telah menjadi sosok ayah bagi Zahra. "M-maaf, Zahra udah buat kalian khawatir. Zahra sekarang udah n-nakal ya sama kalian."
Paman lalu tersenyum manis, pria parubaya itu lalu mengelus lembut kepala Zahra. "Shh siapa bilang Zahra itu nakal." Ucap paman lalu menatap sayang ke arah keponakan nya.
Ceklek.
Semua mata lalu memandang ke arah pintu yang terbuka.
"Selamat malam semua nya."
Zahra lalu mengerutkan keningnya dengan bingung. "Bukannya dia itu laki-laki tadi?" Gumam Zahra dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...