Di dalam sebuah gedung yang terletak di tepi kota, terdengar suara riuh di dalam nya.
Sorot lampu memancar keluar hingga membuat siapa saja yang melihat nya akan berpikir bahwa di sana sedang ada sebuah pesta.
"Hahahaha bawakan aku lima wanita!"
Tanpa ia meminta pun, wanita-wanita yang di sewa sebagai penghibur mereka mulai mengerumuni pria yang duduk angkuh di atas sofa kulit beruang milik nya.
Teriakan terdengar kencang di dalam gedung perkantoran yang di ubah menjadi tempat bersenang-senang.
"Lapor tuan, barang sudah di simpan."
Pria yang sedang bersenang-senang bersama banyak wanita tadi lalu mengalihkan perhatiannya ke arah seorang laki-laki yang datang dan memberi nya informasi tentang penyimpanan barang ilegal yang baru di beli nya beberapa hari yang lalu.
Pria itu tersenyum tipis, ia lalu berdiri dengan mendadak hingga membuat para wanita yang menemani nya berteriak kaget. "Tunggu sebentar sayang, aku ingin memeriksa sesuatu dulu ok." Para wanita itu lalu berteriak genit sambil mengangguk ke arah nya.
San Antonio Cassano, pengusaha sukses asal Spanyol yang berumur 35 tahun itu tersenyum puas ketika menatap ke arah tiga buah peti yang berisi senjata mematikan rancangan dari seorang mafia di negara timur sana. Ia lalu memeriksa senjata mematikan itu dan membidik nya telat ke arah kening salah satu anak buah nya.
"Hei, bisa kau mundur 10 meter dari ku."
Suara berat itu memenuhi ruangan kedap suara yang dirancang khusus untuk menyimpan alat-alat ilegal milik nya.
Laki-laki itu lalu meneguk ludahnya dengan kasar, apa dia akan menjadi objek untuk memeriksa kualitas senjata yang baru mereka impor dengan ilegal itu.
"Bagus, sekarang kau bisa menghindar ketika aku menembakkan peluru ini," ucap Antonio lalu tersenyum manis ke arah anak buah nya itu. "Tapi, hanya kepala mu saja."
Glek.
Kini bukan hanya laki-laki yang menjadi sasaran tembak Antonio, melainkan semua anak buah yang berada di ruangan itu meneguk kasar air liur nya.
Dor.
Satu tembakan melesat ke arah dinding, laki-laki itu menghindar dan memegang kepala nya yang masih utuh. Nafas nya memburu sambil menatap takut ke arah pemimpin nya.
"Wow, kau hebat bung! Selamat kau bisa menyingkir dari sana." Ucap Antonio lalu tersenyum sinis ke arah nya.
Laki-laki itu lalu memancarkan aura bahagia nya, ia selamat pikir nya. Dengan cepat ia lalu menyingkir dari hadapan Antonio, laki-laki itu berjalan kembali menuju ke posisi awal nya dalam mengawal ruangan yang sedang mereka masuki.
Dor.
Darah berceceran kemana-mana, kepala yang tadi nya masih utuh kini telah meledak dan tampak seperti bubur.
Tubuh laki-laki itu lalu terjatuh dengan keadaan kepala yang sudah hancur, semua orang yang berada di dalam ruangan itu lalu menatap tak percaya ke arah rekan nya yang sudah meregang nyawa.
"Wow, rancangan dari mafia itu memang hebat, tidak salah seluruh mafia di dunia ini selalu memuji nya, bahkan memberi nya gelas The Leader, Shit!" Gumam pria itu lalu meletakkan kembali senjata nya ke dalam peti.
"Baiklah, malam ini kalian bebas bersenang-senang, ambil sebanyak apapun yang kalian mau, karena malam ini aku sudah memesan 3 rumah bordil untuk mengirim anak-anak didik mereka."
Blam.
Pintu ruangan itu tertutup, pria itu berjalan kembali menuju ke arah pesta yang sempat ia tinggalkan, di belakang pria itu terdapat 6 orang bodyguard yang selalu mengikuti nya kemana pun ia melangkah.
"Well well, pesta yang meriah, kenapa kau tidak mengundang ku Mr Antonio."
Deg.
6 orang yang berada di belakang pria itu lalu maju dan melingkari bos nya, mereka memasang kuda-kuda untuk melindungi majikan nya.
"35 million dollar, nominal yang kecil untukku," ucap laki-laki yang sedang melangkah masuk ke dalam pesta yang mereka lakukan. Musik yang tadi terdengar keras kini telah mati dan hanya keheningan yang terjadi di sana. "Sayang nya, kepercayaan ku yang kau sia-sia kan."
Antonio menggeram marah, pria itu lalu maju dan menatap angkuh ke arah mafia yang baru saja ia tipu.
"Satu pulau pribadi, 5 jet pribadi, dan saham-saham mu yang berada di Asia, kurasa semua itu cukup untuk membayar penipuan yang kau lakukan," ucap nya dengan seringai tipis di bibir nya. "Atau kau mau kita menyelesaikan semau ini dengan senjata yang kau ambil dengan cuma-cuma dari ku."
"Shut you fucking mouth Furqan! Sampai kapan pun aku tak akan memberikan apapun untuk mu! Bunuh dia!" Teriak pria itu dengan amarah yang sudah meledak-ledak.
"Pilihan yang bagus, Mr Antonio." Gumam Jordi dengan senyuman manis nya.
* * *
Zahra terbangun dari tidurnya, gadis itu lalu mengerjapkan matanya dengan pelan. Ia memandang ke arah balkon kamar milik nya dan Jordi.
Ceklek.
Pandangan Zahra berlalih ke arah pintu kamar nya yang terbuka lebar.
"Nyonya sudah bangun. Kalau begitu sekarang waktu nya makan siang."
Zahra mengerutkan keningnya dengan bingung. Siang? Apa kah dia sudah tertidur selama itu. Dan apa dia tadi sudah solat subuh?
"Tuan memerintahkan saya untuk membiarkan nyonya istirahat, dan juga maaf kalau hari ini nyonya tidak melaksanakan ibadah."
Zahra lalu menunduk dalam, mata gadis itu tiba-tiba berkaca-kaca, Zahra hanya bisa mengucapkan istighfar berkali-kali, ia lalu mengangguk paham ke arah Maria. Wanita parubaya itu lalu menyiapkan sebuah meja kecil, ia lalu meletakkan nya di depan Zahra dan mulai menatap makan siang.
"Silahkan di makan nyonya, setelah itu jangan lupa minum obat nya." Ucap Maria lalu meletakkan beberapa obat di atas nakas.
Zahra hanya mengangguk, gadis itu lalu mulai membaca doa makan dan langsung menyantap makanan nya dengan pelan.
"Tadi tuan berpesan, kemungkinan dia akan pulang nanti malam. Kalau begitu permisi nyonya." Ucap Maria lalu segera undur diri dari kamar Zahra.
"Huh, rasanya akan sangat aneh jika aku menatap wajah mu mas. Rasanya aneh, aku tidak marah atau pun dendam kepada mu, tapi perlakukan mu itu, di luar banyangan ku." Gumam Zahra lalu menatap sendu ke arah makanan nya.
* * *
Wahyu retsyafani
13:41 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...