PART 11

43.3K 2.1K 46
                                    

Zahra hanya diam mematung, gadis itu duduk sambil menatap bingung ke arah dua orang yang sedang menatap intens ke arah nya.

"Jadi keputusan teteh gimana? Kalau menurut saya, mbak ini teh tetap cantik walaupun cuma di dandan natural."

Nala lalu menggeleng dengan keras, wanita itu lalu menatap tajam ke arah tukang rias yang sejak tadi sibuk berdebat dengan nya.

"Gak gak! Aku mau hari ini semua mata cuma tertuju ke arah Zahra, jadi dia harus terlihat memukau mbak!" Ucap Nala dengan menggebu-gebu, gadis itu bahkan sampai mengguncang pelan bahu sang penata rias.

"Berarti teteh minta saya dandanin mbak nya dengan sedikit menor kan." Ucap sang penata rias dengan gemas.

Ceklek.

"Loh, kok belum siap dandan nya, sebentar lagi acara nya mau mulai Lo."

Tiga orang yang sedang berada di dalam kamar itu lalu menoleh ke arah pintu. "Nah kebetulan mama datang, jadi kita kasih aja keputusan nya sama mama." Ucap Nala pada akhir nya. Gadis itu lalu menarik tangan ibu nya untuk duduk di samping Zahra. "Sekarang mama mau Zahra make up nya elegan dan sedikit menor atau natural aja."

Wanita parubaya itu lalu menggeleng kan kepalanya dengan pelan. "Cuma karena itu kalian pusing." Ucap bibi lalu duduk menghadap ke arah Zahra.

"Kalau begitu mama mau nya Zahra make up natural aja, biar sama kayak mama nya dulu waktu mau menikah." Ucap bibi lalu mengusap lembut pipi keponakan nya.

"Dulu, waktu mama kamu menikah bibi yang merias nya, dan dia minta make up yang natural aja. Dan kalau boleh jujur, bibi mau lihat kamu make up natural, biar sama kayak mama kamu dulu."

Zahra menundukkan kepalanya, bahu gadis itu sudah bergetar. Bibi hanya diam, ia tak mau menangis di depan Zahra. "Huh kalau begitu bibi mau ke bawah dulu, masih banyak yang harus di siapkan, soal nya pernikahan kali ini agar ribet, kamu sih menikah sama orang Minang, jadi nya kan bertubrukan sama adat Sunda kita." Ucap bibi lalu berdiri.

Sebelum benar-benar meninggalkan Zahra, wanita parubaya itu lalu mengecup lembut kening Zahra, ia lalu membisikkan sesuatu ke telinga Zahra.

"Jadi istri yang penurut, sekarang tanggungjawab bibi udah lepas sama Zahra." Bisik wanita parubaya itu.

Zahra hanya mengangguk dengan pelan, ia sudah menangis sejak tadi, namun bibi tak mau merespon nya, ia harus kuat, tak boleh terlihat lemah di depan Zahra.

"Terimakasih bibi! Terimakasih!"

* * *

"Rombongan Pengantin prianya datang!"

Deg.

Jantung Zahra berdetak dengan kencang, seumur hidupnya baru kali ini Zahra sangat gugup ketika menghadapi situasi tertentu. Keringat dingin sudah mengalir dari kening nya.

"Ya Allah Zahra! Bernafas dek!" Teriak Nala dengan gemas sambil tersenyum geli menatap adik nya yang tampak sangat gugup.

"Kakak!" Rengek Zahra lalu memelas ke arah Nala.

"Semuanya akan baik-baik saja." ucap Nala sambil memeluk Zahra.

"Baiklah mari kita mulai saja." Ucap penghulu itu, lalu ia segera berdiri dan melangkah ke arah meja ijab Kabul. Pria parubaya yang berprofesi sebagai penghulu itu lalu mengulurkan tangan nya.

Jordi lalu menatap gugup ke arah penghulu di depan nya ini.

Hell no! Kemana saja Jordi yang sangat kejam, yang ada kini hanyalah Jordi yang bertingkah seperti orang kebingungan. "Ya Allah Jordi, jabat tangan bapak penghulu nya." Gemas Aisyah lalu menjulurkan tangan kanan anak nya ke tangan bapak penghulu.

Semua orang yang ada di ruangan itu lalu malah tertawa dengan geli.

"Baca doa dulu nak, ini maklum kok nama juga gugup. Halau bisikan setan di telinga mu." Ucap pak penghulu itu dengan senyuman hangat nya.

Jordi hanya mengangguk dengan patuh, laki-laki itu lalu berdoa dengan apa saja yang ia ingat.

"Sudah lebih baik, nah kita mulai sekarang." Ucap pak penghulu itu lalu menjulurkan tangannya.

"Bismillahirrahmanirrahim!" Ucap pak penghulu itu dengan suara yang lantang.

"Wahai Jordi Al-Furqon bin Al-Furqon Ali saya nikah kan engkau dengan Zahra Al-Kahfi binti Muhammad Farhan Al-Kahfi dengan maskawin 5 gram berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Deg.

Jantung Zahra berdetak lebih kencang, rasa nya sekarang ruh dan raga nya telah terpisah. Zahra hanya menunduk dalam sambil menggenggam tangan nya sendiri dengan kuat.

"Saya terima nikahnya Zahra Al-Kahfi binti Muhammad Farhan Al-Kahfi dengan maskawin 5 gram berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Ucap Jordi dengan lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Ucap penghulu. "Sah!" Ucap seluruh orang yang berada di ruangan.

"A-apa ini! Perasaan apa ini!" Teriak Jordi sambil membatin.

Laki-laki itu lalu menunduk dalam, jantung nya berdebar kencang, tanpa ia sadari satu tetes air mata telah jatuh dari mata nya.

"Baiklah, suruh pengantin perempuan nya turun." titah penghulu.

Zahra yang dipanggil pun segera turun dari lantai dua, kebahagiaan yang tak bisa tertahankan dari dirinya karena sekarang ia telah menjadi seorang istri.

Sementara itu Jordi diam mematung memandang lekat ke arah perempuan yang sedang turun dari tangga dengan gaun indah yang melekat indah di tubuh nya. Darah Jordi berdesir ketika menatap intens ke arah perempuan yang baru saja ia nikahi.

"Apa yang kau lakukan pada hati ku Zahra!"

Setelah Zahra sampai di tempat ijab Kabul itu berlangsung, gadis itu lalu duduk tepat di samping Jordi. Dengan tubuh yang bergetar gugup, Zahra mencuri-curi pandang ke arah Jordi.

"T-tampan, astaghfirullah aladzim Zahra! Kamu ngapain sih, eh tapi kan tuan Jordi udah jadi suami aku."

"Baiklah, sekarang baca kan doa kepada istri mu, cium kening nya dan pasang kan cincin di jari manis nya."

Jordi hanya mengangguk dengan patuh, ia lalu membacakan doa yang baru beberapa jam lalu ia hapalkan, laki-laki itu lalu memasangkan cincin terlebih dahulu ke tangan Zahra, dan gadis itu melakukan hal sebaliknya.

"Sekarang cium tangan suamimu dan ciumlah kening istrimu." ucap penghulu.

Cup.

Zahra pun menyalami Jordi, sungguh hatinya berdebar hebat, karena baru kali ini ia menyentuh laki-laki lain selain ayah, paman dan Faris.

Sekarang giliran Jordi yang mengecup kening Zahra, namun sesudah mengecupnya, Jordi mambisikkan sesuatu kepada Zahra.

"Alhamdulillah!" Ucap semua orang yang ada di dalam ruangan.

Jordi lalu menatap lekat ke arah istri nya. "Kau membuat jantung ku berdetak kencang, sihir apa yang kau pakai Zahra." Ucap Jordi dengan spontan.

Sontak semua orang yang berada di dalam ruangan itu lalu tertawa terbahak-bahak sambil menatap geli ke arah pasutri baru itu.

Sementara itu Zahra hanya menunduk dalam, gadis itu sudah sangat malu, pipi nya memerah dengan lekat. "Ya Allah! Malunya!"

* * *

Wahyu retsyafani
23:18 WIB.

MAFIA VS MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang