Tok tok tok
Zahra mendongakkan kepalanya, ia lalu menoleh lemah ke arah pintu kamar nya.
Gadis itu hanya diam tak banyak melakukan kegiatan apapun. Setelah selesai membersihkan rumah yang sangat besar ini, Zahra memilih untuk berdiam diri di kamar. Gadis itu duduk di samping kasur, menghadap ke arah balkon kamar yang ia buka lebar.
"Nyonya, boleh saya masuk."
Zahra menghela nafas panjang nya, gadis itu lalu berdiri dengan malas, lutut nya masih terasa lemas dan pinggang nya yang berdenyut nyeri.
Ceklek.
Pintu terbuka dengan lebar, Zahra menatap bingung ke arah seorang wanita parubaya yang berpakaian seperti pelayanan.
"Perkenalkan nama saya Maria nyonya, saya adalah pelayan pribadi nyonya sekaligus kepala pelayan di mansion ini." Ucap wanita itu sambil menunduk hormat ke arah Zahra.
Zahra hanya mengangguk lemah. "Salam kenal bi, saya Zahra." Ucap nya dengan pelan.
Maria lalu mendongakkan kepalanya dan menatap iba ke arah majikan nya itu. Pipi merah, mata sembab, dan darah kering di sudut bibir nya. Tapi memang itu lah resiko jika menikah dengan mafia yang memiliki emosi besar seperti Jordi.
"Hmm daripada nyonya diam di rumah, bagaimana jika ikut saya jalan-jalan sambil belanja ke supermarket. Nyonya mau?" Ucap Maria dengan lembut sambil menatap kasihan ke arah majikan nya ini.
Mata Zahra sontak langsung memancarkan aura bahagia. Gadis itu lalu mengangguk dengan senang. "Benarkah bi, kalau gitu tunggu Zahra siap-siap dulu ya." Maria mengangguk dengan pelan, wanita parubaya itu tersenyum hangat ketika melihat nyonya nya kembali merasakan bahagia.
Setidaknya Maria sudah berusaha untuk membuat Zahra melupakan masalah nya, walaupun hanya sedikit.
Zahra segera masuk ke dalam kamar nya, ia lalu memoles bedak dan pelembab di bibir nya. Kali ini Zahra terpaksa harus menggunakan bedak yang tebal, karena jika tidak orang-orang pasti akan melihat betapa merah pipi gadis itu. Setelah siap, ia mengambil tas kecil dan segera menemui Maria yang sedang menunggu nya.
"Ayo bi." Ucap Zahra dengan semangat, senyum manis milik gadis itu mampu membuat hati Maria terhenyuh sakit. Bagaimana bisa tuan nya menyia-nyiakan istri yang secantik Zahra, selembut Zahra.
"Hmm sebelum belanja, gimana kalau kita cari makan dulu nyonya. Saya rekomendasikan nih warung bubur ayam di depan komplek ini. Nyonya pasti belum sempat jalan-jalan di sekitar komplek kan." Ucap Maria sambil menenteng tas kecil nya.
Zahra menggeleng dengan lesu, namun gadis itu lalu tersenyum manis dan mengangguk dengan semangat. Rasanya ia tak pernah sebahagia ini jika di ajak jalan-jalan.
"Yaudah terserah bibi aja, Zahra ikut kok kemana aja bibi pergi." Ucap nya dengan semangat.
Kedua perempuan itu lalu melangkah ke arah gerbang mansion nya.
"Tunggu!"
Zahra lalu menoleh ke arah belakang. Ada dua bodyguard yang di gerbang nya. "Apa tuan mengizinkan nyonya untuk keluar mansion." Zahra lalu menggeleng, sedari tadi ia memikirkan kenapa mereka menyebut rumah besar ini dengan sebutan mansion. Bukankah bangunan megah yang ia tempati ini adalah rumah.
"Kalau tuan belum mengizinkan nyonya, kami tidak bisa membiarkan nyonya untuk keluar dari mansion."
Senyum bahagia gadis itu lalu luntur, ia menunduk sedih.
Maria lalu melotot ke arah orang-orang bertubuh besar itu. Ia lalu mendatangi mereka dan membisikkan sesuatu kepada mereka, lalu tak beberapa lama kemudian kedua orang itu mengizinkan Zahra untuk pergi jalan-jalan di sekitar Kompleks. Sontak gadis itu lalu tersenyum senang menarik Maria agar segera pergi jalan-jalan dan membeli kebutuhan di supermarket.
Zahra dan Maria lalu berjalan-jalan sambil membeli kebutuhan di supermarket, kedua wanita itu menghabiskan waktunya untuk menghilangkan rasa stres yang Zahra rasakan, tak terasa sudah lama waktu yang mereka pakai untuk berjalan-jalan. Maria lalu melihat ke arah jam tangannya dan membulatkan matanya dengan kaget, rupanya mereka sudah menghabiskan waktu selama 5 jam!
"Nyonya, sepertinya kita pulang saja. Saya takut nanti tuan pulang dan tak menemukan nyonya di mansion." Ucap Maria dengan khawatir. Wanita parubaya itu lalu mengangkat barang belanjaan nya.
Zahra lalu mengangguk dengan lesu, gadis itu lalu mengekori Maria yang sudah berjalan di depannya. Padahal dia belum puas untuk berjalan-jalan dan menghabiskan waktu di luar.
"Hmm Maria, kalau boleh tau mas itu kapan pulang kerja nya ya." Tanya Zahra sambil menatap kaki nya yang melangkah malas.
Maria lalu menoleh ke arah nyonya nya. "Tuan pulang jika dia mau, karena yang punya perusahaan itu juga dirinya. Jadi kalau tuan mau pulang pagi, siang atau pun malam itu terserah pada nya." Ucap Maria dengan tersenyum hangat ke arah Zahra.
Zahra lalu mengangguk dengan pelan. Ia lalu tersenyum senang dan menyamakan langkahnya dengan Mari, gadis itu lalu mengambil kantong belanjaan yang ada di tangan Maria. "Yaudah kita harus cepat-cepat pulang, nanti aku mau buatin mas makanan yang enak, ngomong-ngomong makanan favorit mas Jordi apa ya?" Tanya Zahra sambil menatap bingung ke arah Maria.
"Hmm karena tuan orang Sumatra barat, dia suka dengan rendang dan gulai asam pedas. Nyonya tau masakan itu, dulu saya di beri tahu oleh ibu tuan."
Zahra lalu mengangguk dengan senang. Tentu saja ia tahu masakan itu, paman nya juga pecinta rendang dan gulai asam pedas ikan patin.
"Tentu saja aku tahu Maria, kalau begitu kita singgah ke pasar tradisional dulu ya, aku mau membeli rempah-rempah nya dulu."
Maria hanya mengangguk dan menuruti perkataan nyonya nya, mereka berdua lalu segera mencari kendaraan umum seperti angkot dan segera pergi ke pasar tradisional.
Bahkan seorang supir sekaligus bodyguard yang di suruh untuk membawa dan mengawasi mereka malah menggeleng kan kepalanya dengan kesal, kenapa nyonya nya itu lebih memilih pergi dengan angkot di bandingkan dengan mobil mewah yang ia bawa khusus untuk membawa kemana saja Zahra pergi.
* * *
Brak.
Ruang tamu yang tadi nya rapi kini sudah berantakan dengan hancurnya barang-barang yang ada di sana. Meja kaca dengan ukiran kualitas terbaik itu hancur begitu saja ketika Jordi dengan mudah melemparkan vas dari batu permata dengan harga yang membuat orang-orang biasa membulatkan mata nya.
Laki-laki membabi buta, 2 orang bodyguard yang mengizinkan Zahra untuk pergi jalan-jalan tadi kini sudah terbaring lemah di rumah sakit usai setelah melakukan operasi karena mendapat tembakan dari Jordi.
Laki-laki berteriak dengan keras karena tak menemukan Zahra di mansion nya, ia mengamuk dan menyuruh 30 orang bodyguard untuk membawa pulang istri nya saat ini juga.
Sementara itu Zahra yang baru pulang, menyuruh Maria untuk membawa bahan-bahan yang mereka beli menuju ke dapur. Gadis itu melangkah kan kaki nya masuk ke dalam mansion dengan senyum yang bahagia. Ia tak sabar ingin membuatkan Jordi makanan kesukaannya.
Ceklek.
Deg.
Zahra terkejut karena melihat kondisi rumah yang sudah hancur berantakan. Gadis itu menutup mulut nya dan menatap ke arah sekelilingnya.
"Jadi, bagaimana jalan-jalan nya tadi sayang."
Zahra menoleh dengan cepat. Ia membulatkan matanya ketika melihat Jordi dengan keadaan yang sangat berantakan, tangan pria itu berlumuran darah dan tatapan mata yang sangat tajam hingga menembus ke dalam raga Zahra.
* * *
Wahyu retsyafani
09:54 wib.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...