PART 25

45.3K 1.9K 67
                                    

“Mau minum dulu, selagi Iren belum datang.”

Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Jordi. Laki-laki itu menyodorkan sebotol susu kepada nya, Zahra lalu menerima nya dan segera meminum habis susu tersebut. Sementara itu, tukang rias yang di sewa oleh Jordi hanya menggeleng kan kepala nya dengan pelan, ia tersenyum manis ketika melihat betapa gugup nya Zahra ketika menanti wisuda nya.

“Nyonya bisa berdiri dulu, saya mau memasang ini.” ucap sang penata rias sambil menunjukan kain selempang yang akan di kenakan oleh Zahra.

Zahra lalu berdiri, dia itu menatap gugup ke arah cermin. Hati Zahra berteriak senang saat melihat penampilan yang memakai kebaya longgar dan hijab yang panjang nya hanya menutup dada gadis itu.

Awal nya Zahra ingin memaki hijab yang lebih menutupi auratnya, biasanya dia selalu memakai hijab yang panjangnya menutupi paha nya, dan sekarang ketika ia di pasangkan hijab yang agak pendek menurut nya Zahra sempat protes, namun gadis itu harus menurut karena sang penata busana tak memiliki hijab yang di inginkan Zahra.

“Apa sudah siap?” tanya Jordi dengan bosan, laki-laki itu sudah menunggu Zahra dari 1 jam yang lalu. Tapi tampaknya kegiatan merias istri nya belum juga selesai.

Laki-laki itu lalu memasang jas nya, mulut laki-laki itu masih mengunyah cemilan yang ia ambil dari dapur, dan hal yang di lakukan nya sukses membuat para pelayan terkena serangan jantung.

Sejak pertama kali mansion ini di bangun, Jordi belum pernah menginjak kawasan dapur sama sekali, dan entah angin darimana laki-laki itu tiba-tiba datang ke dapur dan mengambil beberapa cemilan dan ice cream untuk di bawa ke kamar nya.

Entah kenapa, tapi rasanya Jordi ingin berdiam diri di kamar, duduk tenang dengan cemilan nya dan menatap ke arah Zahra yang sedang di rias. Tetapi, kegiatan memoles warna ke wajah Zahra itu sudah berlangsung dari jam tujuh pagi tadi, Jordi mengecek jam di ponselnya dan sekarang sudah pukul setengah sembilan.

“Sabar mas, bentar lagi siap kok. Mas duduk aja.” ucap Zahra dengan gemas, dia sudah menyuruh Jordi untuk menghilangkan rasa bosan nya seperti menonton ataupun bermain game di ponselnya, tapi laki-laki itu bersikeras ingin melihat Zahra sampai selesai di dandan. Jawaban laki-laki itu hanya satu, ia ingin melihat bagaimana cara para perias dalam memoleskan banyak jenis make up itu ke wajah seseorang.

Tok tok.

Dengan malas Jordi bangkit dari sofa yang ada di kamar nya lalu berjalan menuju ke arah pintu kamarnya.

“Ada apa.” ucap nya dengan datar sambil menatap Maria dengan tajam.

“Nona Iren dan tuan Faris sudah menunggu di bawah tuan.”

Jordi lalu mengangguk singkat, laki-laki itu lalu menutup pintu nya. “Sudah ya Zahra, Iren dan Faris udah nunggu di bawah.” rengek laki-laki itu sambil menatap memelas ke arah istri nya.

“Wah tepat waktu sekali tuan, nyonya Zahra sudah siap.”

Mata laki-laki itu memancar kan binar kebahagiaan, akhirnya kegiatan melukis di wajah Zahra itu akhirnya selesai. “Yasudah kau boleh keluar, nanti aku akan mengirim bonus untuk mu.” ucap Jordi lalu mengibaskan tangannya untuk menyuruh penata rias itu keluar.

Blam.

Pintu kamar tertutup. Jordi berjalan ke arah rak-rak yang ada di kamar nya. Laki-laki itu mengambil sebotol pewangi ruangan dan menyemprotkan nya ke setiap sudut ruangan.

Zahra lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, wanita itu lalu berdiri sambil mengangkat kebaya nya. “Mas ngapain?” tanya Zahra dengan heran.

“Nyemprot pewangi ruangan lah.” jawab nya lalu kembali fokus dalam kegiatan menyemprot nya.

“Tapi kok banyak kayak gitu, gak bagus Lo buat pernafasan.” ucap lalu mengambil botol pewangi ruangan itu dari tangan Jordi.

“Soal nya parfum wanita tadi bau banget, ngengat lagi!”

Zahra lalu menutup mulutnya dengan tangan, dia lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Yaudah deh, kita turun yuk. Kasihan Iren nunggu kelamaan.” ucap Zahra dengan lembut.

Jordi mematung di tempatnya, selalu saja! Setiap Zahra berbuat hal yang lembut kepada nya jantung laki-laki itu pasti akan berdetak dengan kencang.

“Nah udah datang nih. Kalau gitu kita pergi yuk! Kasihan sama keluarga kita yang udah nunggu di sana.”

Zahra mengangguk pelan, ia lalu mempercepat langkah nya dan meninggalkan suami nya yang masih berjalan pelan di tangga.

Iren dan Zahra sudah keluar dari rumah, sementara itu Faris dan Jordi masih berada di dalam rumah.

“Well, bagaimana kabar mu kawan? Atau aku masih bisa memanggil mu kak Al?”

Rahang Jordi mengeras, mata elang laki-laki itu menatap tajam ke arah Faris. “What do you want?” desis Jordi lalu membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Faris.

“Aku cuma mau kau memperlakukan adik ku dengan baik, jangan kau kira aku diam selama ini berarti tak tahu dengan apa yang kau lakukan dengan Zahra Jordi. Ingat, mafia terhebat bukan hanya kau! Atau apa aku masih perlu mengingatkan kepada mu jika warisan yang di sembunyikan oleh papa Zahra masih belum di temukan. Dan itu berarti kita masih sama-sama seri.”

“Kau!” bentak Jordi, laki-laki itu lalu melayangkan kepalan tangan nya ke arah wajah Faris. Namun laki-laki itu menahan nya dan menatap remeh ke arah Jordi.

“Tahan emosi mu boy, setidak nya sampai kau mendapatkan apa yang kau inginkan dari Zahra. Dan saat itu tiba kita akan melihat dengan seksama, siapa yang di tunjuk langsung oleh Mr. Farhan untuk menjadi pengganti nya.” ucap Faris dengan nada rendah nya, laki-laki itu lalu melepaskan tangan Jordi dan melangkah maju dan meninggalkan laki-laki yang sedang bertarung dengan emosi nya.

“Kau tak perlu khawatir, aku tidak terlalu gila akan kekuasaan. Aku hanya ingin memberi tahu mu bahwa apa yang kau lihat di depan belum tentu benar ada nya, percayalah kau akan menyesal jika tidak berhenti memperlakukan adik ku seperti binatang.”

Blam.

Otak Jordi memanas, urat-urat di sekitar kepala nya menonjol dan tampak seperti ingin keluar, wajah nya memerah tanda ia sedang menyimpan amarah nya.

“Aku tak akan pernah menyesal, jangan kau pikir bahwa aku akan termakan dengan omongan mu!”

* * *

Jadi, kapan ayah akan menimang cucu dari mu Jordi.”

Uhuk uhuk.

Zahra langsung panik ketika melihat suami nya yang sedang tersedak. Wanita itu lalu memberikan minum untuk nya dan mengusap lembut punggung tegap milik Jordi.

“Ada apa hmm, wajar bukan jika ayah menanyakan hal itu, lagipula Zahra sudah lulus kuliah, sekarang tidak ada lagi bukan yang perlu di tunda.” Aisyah ikut menimpali ucapam suami nya. Wanita parubaya itu lalu menatap lembut ke arah Jordi.

Zahra lalu langsung menunduk malu, pipinya memerah dan jantung nya berdetak kencang. Ia juga berharap jika nanti akan mengandung, tapi gadis itu langsung menggeleng kan kepala nya. Tidak mungkin Jordi sudi mempunyai anak dari nya.

“Sabar dulu ayah, mungkin kami belum di beri kepercayaan untuk mengasuh anak. Jadi kita hanya perlu menunggu.” pria parubaya itu hanya mengangguk, Furqan lalu kembali fokus ke arah makanan nya.

Meja yang sudah di pesan khusus oleh Aisyah itu di isi oleh mereka berempat untuk merayakan atas kelulusan Zahra.

“Hmm kebetulan kami sudah selesai makan. Apa kalian sudah mau pulang ayah.” ucap Jordi sambil mengenakan jas nya.

“Ah kebetulan ayah juga sudah kenyang, baiklah kalau begitu mari kita pulang. Kasihan Zahra, pasti dia sedikit kelelahan.” ucap nya sambil mengelus lembut kepala menantu nya itu.

* * *

Wahyu retsyafani
16:30 WIB.

MAFIA VS MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang