Seorang pria tampak sedang duduk di balkon kamar nya. Asap rokok mengepul di udara.
Mata elang nya kini menatap biasa ke arah halaman rumah nya. Ia menatap malam hari dengan tenang, diri nya cukup menikmati kesendirian nya sebelum nanti ia akan menikah.
Mengingat tentang pernikahan, senyum licik muncul dari bibir nya yang jantan. Mata laki-laki itu lalu menatap ke arah rokok yang sudah ia padam kan. Dengan nafas yang tenang, ia lalu memejamkan mata nya sejenak.
"Hahahaha!"
Tawa menggelegar tiba-tiba mengisi keheningan malam. Laki-laki itu tampak aneh, tadi ia bertingkah dengan tenang dan sekarang malah tertawa dengan keras.
"Padahal dulu aku sangat mengagumi mu sayang, tapi tampak nya takdir sedang bermain-main dengan kita," gumam nya dengan nada pelan. "Kenapa harus kau yang menjadi musuh ku, dunia memang sempit. Kau anak dari musuh ayah ku."
Tok tok.
Lamunan pria itu buyar ketika mendengar suara ketukan pintu. Dengan gelalapan pria itu lalu melempar asbak rokok dan merapikan penampilan nya.
Ceklek.
"Loh, anak bunda belum tidur rupanya."
Senyum manis Jordi berikan untuk wanita tercinta nya.
"Bunda juga kok belum tidur." Ucap Jordi dengan lembut sambil menatap penuh cinta ke arah sang bunda. Cinta pertama setiap anak laki-laki yang ada di dunia.
"Bunda belum tidur karena tadi baru siap nyusun seserahan untuk calon istri kamu," ucap wanita parubaya itu lalu duduk di sofa yang berada di balkon kamar Jordi. "rasanya baru kemarin bunda gendong kamu, eh sekarang udah mau pergi aja."
Jordi hanya diam tak berkutik, pria itu dapat menangkap nada bicara sang bunda mulai berubah. "Bunda!" Desis Jordi dengan geram. Pria itu lalu duduk di samping bunda nya, memeluk erat wanita yang akan berumur lima puluh tahun itu. "Mau bagaimana pun, nanti Jordi pasti sering-sering main ke sini kok."
Wanita parubaya yang masih terlihat cantik itu lalu mengangguk dengan pelan. Ia lalu mengelus sayang kepala Jordi dengan lembut. "Bunda tahu sayang, hmm ngomong-ngomong kamu udah ngabarin Zahra gak kalau besok mau fitting baju pernikahan nya." Ucap wanita itu sambil mengalihkan suasana.
Jordi lalu menegakkan tubuhnya, tiba-tiba wajah yang tadi nya menunjukan raut yang bahagia berubah menjadi datar. "Udah kok Bun, persiapan nya juga udah selesai semua." Ucap Jordi seadaanya.
"Kau tahu sayang, bunda tahu semua tentang kamu."
Deg.
Jantung Jordi berdetak dengan kencang.
Dia bersumpah! Bahkan jika sedang bertarung dengan anjing gila saja Jordi tak pernah merasa berdebar seperti ini, namun ketika bunda nya berkata telak pas di ulu hati nya, Jordi merasa takut sekarang.
"Bunda hanya mau berpesan, jangan terlalu tergesa-gesa dalam bertindak, kadang apa yang terlihat di depan mata kita belum tentu benar ada nya," ucap wanita parubaya lalu berdiri dari duduk nya. "jadilah sosok imam yang baik bagi istri mu, jangan terlalu kasar atau bahkan sampai menyiksa nya. Karena bunda tahu bagaimana rasanya jika kesalahpahaman berada di dalam rumah tangga bisa mengakibatkan sesuatu yang menyakitkan."
Wanita itu lalu meninggalkan Jordi yang sedang termenung dengan segala pemikiran nya.
"Bunda lihat, Zahra itu gadis yang lembut. Bunda harap Jordi bisa melindungi Zahra, seperti ayah yang melindungi bunda." Ucap nya lalu keluar dari dalam kamar Jordi.
Blam.
Pintu kamar pria itu tertutup setelah bunda nya keluar.
"Arrgghh! Akan ku pastikan hidup mu tak akan tenang jalang!!!" Teriak Jordi dengan sekuat tenaga nya. Pria itu lalu mengamuk.
Ia segera melompat dari balkon nya menuju ke sebuah pohon besar yang tumbuh di samping kamar nya, dan segera menuju ke arah garasi dan mengambil mobil nya.
Dengan cepat pria itu lalu mengambil ponsel milik nya.
"Siapkan aku 50 orang sekarang juga!" Teriak nya. "Dan jangan lupa siapkan sniper ku, 10 menit lagi aku akan sampai!"
Mobil mewah milik nya itu lalu melaju dan memecah keheningan malam yang sunyi.
"Kau sudah membuatku gila Zahra! Kau akan menerima akibat nya! Cam kan itu!"
* * *
Sementara itu Zahra yang sedang duduk diam di dalam kamar nya hanya bisa menatap kosong ke arah sekitar nya. Ini semua terlalu cepat bagi nya. Zahra masih belum siap untuk menikah, namun apalah daya nasi sudah menjadi rengginang. Keputusan sudah bulat dan tak bisa di ganggu gugat.
Drrttt.
Zahra lalu menoleh ke arah nakas nya. Ponsel gadis itu berbunyi.
Dengan cepat Zahra menjawab panggilan orang yang tidak di kenal nya.
"Hallo ini siapa?" Tanya Zahra sopan.
"Besok, jam 2 siang aku jemput, fitting baju pernikahan."
Zahra mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa yang tengah berbicara dengan nya ini, tiba-tiba mengajak Zahra untuk pergi fitting baju pernikahan.
"Aku jordi, kau harus tepat waktu, aku tidak suka orang yang kurang disiplin."
Tut Tut.
Panggilan berakhir dengan Jordi yang memutuskan sebelah pihak.
Zahra lalu menatap kesal ke arah ponsel nya.
"Dasar egois! Sudah menikah dia yang paksa! Sekarang malah nyuruh-nyuruh untuk disiplin! Untung calon suami!" Gumam Zahra dengan geram.
Gadis itu lalu melempar asal ponsel nya ke atas kasur.
Dengan malas, zahra merebahkan dirinya diatas kasur sambil memandang langit-langit kamar nya.
"Ayah bunda, Zahra sebentar lagi mau menikah, doain Zahra ya." Gumam gadis itu lalu memejamkan matanya dan mengingat tentang masa lalu ketika kedua orang tua nya masih hidup.
Tes.
Satu tetes air mata jatuh dengan cepat dari mata gadis itu.
"Zahra rindu kalian."
* * *
Wahyu retsyafani
17:47 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...