PART 29

44.8K 1.9K 53
                                    

Drrttt drrttt.

Nala yang sedang membaca laporan berisi data pasien nya lalu mengalihkan perhatiannya, gadis itu lalu mengangkat panggilan telfon nya.

"Assalamualaikum Zahra, ada apa dek? Tumben nelfon kakak."

"Waalaikumsalam Kak, hmm Zahra nelfon cuma mau tau bibi sekarang di mana. Bibi di rumah kan?"

Nala mengerutkan keningnya dengan bingung, tidak biasa nya Zahra menanyakan keberadaan mama nya, biasanya jika wanita itu ingin menemui mama nya maka Zahra langsung datang ke rumah, dan bukannya menanyakan hal itu terlebih dahulu.

"Iya dek, mama di rumah kok, memang nya ada apa hmm. Zahra rindu ya?" ucap Nala dengan lembut.

"Hehehe iya nih kak, udah lama Zahra gak main ke rumah, kalau gitu Zahra tutup dulu telfon nya ya."

"Iya, kakak juga kebetulan lagi mau ngecek pasien nih, jaga kesehatan di sana ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam kak."

Tut Tut.

Sambungan terputus, di seberang sana Zahra menghela nafas panjang nya. Lagi-lagi gadis itu berbohong untuk kepentingan nya.

"Pak, jalan kan mobil nya ke alamat jl mawar, komplek yudiono."

"Baik nyonya."

Mobil mewah itu lalu melaju dengan kencang, Zahra yang merasa takut karena memang dia sendiri yang menyuruh supir pribadinya untuk melaju kan mobil nya dengan kecepatan tinggi.

Beberapa menit kemudian, benda mengkilau itu berhenti di depan sebuah rumah mewah, Zahra segera turun dari mobil nya. Wanita itu menyuruh supir dan beberapa bodyguard yang menjaga nya untuk menunggu di dalam mobil saja.

Ting tong!

Gadis itu menekan bel rumah milik bibi dan paman nya, dengan sabar Zahra menunggu seseorang untuk membukakan pintu.

Ceklek.

"Assalamualaikum bibi!"

Bugh.

Tubuh wanita parubaya itu terhuyung kebelakang saat Zahra memeluk nya dengan tiba-tiba, tapi dia juga tidak bisa berbohong kalau dirinya merasa bahagia Zahra datang ke rumah nya.

"Waalaikumsalam, ayok masuk dulu." ucap nya dengan nada pelan.

Zahra dan bibi lalu masuk ke dalam rumah, kedua wanita itu lalu duduk di sofa.

"Zahra tunggu di sini dulu ya, bibi mau buat in Zahra minuman dulu."

Grap.

Tubuh bibi tertahan, wanita parubaya itu lalu menatap bingung ke arah Zahra. "Ada apa sayang, Zahra butuh sesuatu?"

Zahra menunduk, wanita itu masih diam.

"Ceritakan semua hal yang terjadi di masa lalu!"

Deg.

Jantung bibi berdetak dengan cepat, wanita parubaya itu menelan kasar air ludahnya.

* * *

"Terima kasih sudah menemani Zahra bibi, kalau begitu kami mau pergi ke suatu tempat dulu."

Jordi lalu menggenggam tangan istri nya dengan lembut, laki-laki itu dengan sopan berpamitan kepada bibi.

"Ya udah, kalian hati-hati di jalan ya. Sekali-kali main ke sini lagi ya." ucap wanita parubaya itu dengan senyuman tipis nya.

Jordi mengangguk dengan paham, laki-laki itu lalu membawa istrinya masuk ke dalam mobil.

Ceklek.

Pintu rumah milik bibi terbuka dengan lebar, wanita parubaya itu masuk ke dalam nya dengan langkah yang sangat lemah, nafas nya memburu dengan cepat.

"Hanifa! Kau tidak apa-apa sayang."

Paman berjalan dengan kencang ke arah istrinya yang sudah terduduk di lantai rumah mereka.

"Bagaimana ini mas, Zahra sudah mengetahui kebenaran nya!" ucapnya sambil memeluk erat tubuh sang suami.

"Sudah lah, Zahra sudah dewasa. Di pasti bisa menentukan mana yang baik dan buruk untuk nya. Dan masalah cip itu, biarkan mereka menyelesaikan nya dengan cara nya sendiri."

Sementara itu, di sebuah pemakaman Jordi menarik tangan istrinya dengan lembut, senyum laki-laki itu tak luntur dari bibirnya.

"Sebenarnya kita mau ziarah ke makam siapa sih mas?"

Jordi hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, laki-laki itu tetap tutup mulut.

Langkah kedua nya lalu terhenti di sebuah makam. "Perkenalkan, ini Nurul kembaran ku dulu."

Deg.

Zahra memalingkan wajahnya dengan cepat ke arah sebuah makam yang tampak sudah lama itu, wanita itu menatap Jordi dengan serius seolah meyakinkan bahwa dirinya tak berbohong kepada Zahra.

Tapi Jordi menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Dia meninggal saat kami masih berumur 16 Tahun." ungkap Jordi dengan nada suara yang lirih.

Laki-laki itu menundukkan kepalanya dengan dalam, Zahra dapat menangkap aura kesedihan yang Jordi keluarkan.

"Apa kau tidak mau mendengar kisah nya saat sebelum meninggal dulu." ucap Jordi dengan nada pelan.

Zahra mengangguk dengan pelan, wanita itu akan mendengarkan semua curhatan yang akan Jordi sampaikan. Itu lah gunanya istri bukan, sebagai tempat curahan seorang suami.

"Nurul adalah adik kembar ku, aku dan dia memiliki sifat yang sangat bertolak belakang, jika aku pemarah maka Nurul orang nya sangat lembut, dia cantik, Solehah sama seperti kau."

Bluss...

Pipi Zahra memerah malu saat Jordi memuji nya dan menyamakan nya dengan Nurul.

"Kau dan Nurul hampir sama, dalam sifat. Kalian berdua sangat lembut, pemaaf, sabar, dan solehah." ucap Jordi lalu menatap intens ke arah mata Zahra. "Tapi salah nya kalian berdua sama-sama bodoh dan mudah masuk ke dalam jebakan musuh."

Kening Zahra mengerut dengan bingung. Wanita itu lalu menatap aneh ke arah Jordi.

"Aku tahu tujuan mu pergi ke rumah bibi, coba ku tebak. Pasti kau sudah mendapat cip itu bukan."

Deg.

Jantung Zahra berdetak kencang. Wanita itu lalu berdiri dan memundurkan langkahnya.

Ternyata prediksi benar, selama ini ia hanya di jadikan alat oleh suami nya sendiri.

"Sampai mati pun aku tak akan memberikan nya pada mu!" desis wanita itu dengan geram.

Dengan berat hati, Zahra berlari meninggalkan area pemakaman dan meninggalkan Jordi yang berteriak memanggil nama nya.

Dor.

Tubuh Zahra ambruk ke tanah, betis wanita itu tertembak dan mengeluarkan darah.

* * *

Wahyu retsyafani
18:32 WIB.


MAFIA VS MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang