"Apa pun yang paman minta, Zahra akan melakukan nya," ucap gadis itu dengan lembut. Ia lalu menggenggam tangan paman dengan hati yang berteriak sakit. "Zahra menerima laki-laki yang paman pilih kan, walaupun dia seorang mafia."
"Ya Allah! Apa yang aku lakukan ini benar! Mafia! Dia seorang mafia!"
Zahra memejamkan mata nya dengan rapat, gadis itu lalu mengelap nafas panjang nya, ini sudah 2 hari semenjak percakapan singkat nya dengan sang paman.
Kini ia sadar kenapa laki-laki itu kembali datang dan melihat keadaan Zahra.
Ceklek.
Pintu terbuka dan tampaklah garis yang sedang melangkah masuk ke dalam.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya dengan bingung saat melihat adik nya yang diam tampak seperti sedang melamun. "Zahra." Panggil nya.
Namun gadis itu tak menyahut sama sekali, Faris lalu menatap heran ke arah adik nya. "Zahra!" Panggil nya sambil menepuk pelan pundak Zahra.
"Eh! Abang, ada apa?"
Faris lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak baik melamun sendirian, apalagi di rumah sakit, nanti di temenin sama hantu Lo."
Zahra lalu tertawa geli ke arah abang nya. "Apaan sih bang, ada-ada aja." Ucap Zahra sambil menatap geli ke arah Abang nya.
Faris lalu ikut tertawa karena ucapan konyol nya.
"Jadi sekarang adik Abang mau nikah nih." Ucap Faris dengan nada lirih.
Laki-laki itu lalu duduk di samping bangkar, memandang penuh sayang ke arah Zahra.
"Oh itu. Paman udah ceritain ya." Ucap Zahra sambil menunduk.
Faris hanya mengangguk. Detik berikutnya laki-laki itu lalu mengelus lembut kepala Zahra. "Kalau udah menikah nanti selalu ikuti apa kata suami, jangan jadi istri yang durhaka ok." Pesan Faris sambil menatap sedih ke arah adik nya.
"Gadis sepolos kau akan menikah dengan monster bertopeng manusia."
Zahra lalu mengangguk dengan patuh, gadis itu hanya bisa tersenyum dengan paksa.
"Zahra mau pulang gak, kata dokter hari ini udah boleh pulang Lo." Ucap Faris lalu berdiri.
Zahra lalu mengangguk dengan semangat. Gadis itu lalu ikut berdiri.
Mereka lalu segera bersiap-siap untuk pulang.
20 menit perjalanan telah mereka tempuh, akhirnya kedua nya sampai di rumah dengan selamat. Zahra segera turun dari mobil dengan mulut yang menganga lebar.
"Ada apa ini!" Ucap Zahra dengan takjub.
Halaman rumah nya yang tadi tapi karena selalu di rawat langsung oleh sang bibi kita di sulap menjadi sebuah tenda yang besar.
"Dua hari lagi kamu menikah sayang, dan ini pesta pernikahan mu." Ucap Faris lalu menarik tangan Zahra untuk masuk ke dalam rumah.
"Secepat itu kah?"
"Assalamualaikum semuanya! Kami pulang." Teriak Faris.
Semua mata lalu memandang ke arah Zahra. Di dalam rumah sangat berantakan dengan berbagai hiasan.
"Ya ampun ini teh anak gadis nya. Geulis pisan jeng!" Teriak salah satu ibu-ibu yang sedang duduk bersama bibi nya di lantai sambil mengupas bawang dan menyiapkan rempah-rempah.
"Nala! Zahra udah pulang tuh! Suruh dia masuk ke kamar, jangan biarin adik kamu keluar kamar, suruh istirahat ya!" Teriak bibi.
Zahra lalu menggeleng dengan cepat, ia lalu berjalan ke arah bibi nya. Memeluk erat wanita yang sudah menggantikan posisi ibu di dalam hidup nya.
"Bibi!" Lirih Zahra.
Gadis itu menangis dengan kencang sambil memeluk erat bibi nya.
Semua orang lalu terdiam sambil menatap haru ke arah Zahra.
"Heh kamu ngapain sih, sana masuk kamar, istirahat. Masa calon pengantin main ke sini, pamali Lo!" Ucap bibi dengan tegas.
"Bibi!" Teriak Zahra dengan kencang. Gadis itu menangis dengan kencang dan memeluk erat tubuh bibi nya.
"Besok Zahra menikah! Zahra jahat kan, bibi sudah susah-susah mengasuh Zahra dan sekarang Zahra seenak nya malah meninggalkan bibi!" Teriak gadis itu lalu meraung dengan kencang.
Semua orang lalu terdiam, mereka menatap sedih ke arah Zahra.
"Nala, bawa Zahra ke kamar. Mama mau masak nih!" Teriak wanita itu dengan suara yang bergetar. Ia sedih! Tapi ia tak boleh memperlihatkan nya di hadapan Zahra! Zahra tak boleh tahu bahwa ia juga bisa menjadi lemah!
Nala lalu datang, ia lalu menarik paksa tubuh Zahra. "Shh sekarang adek kakak istirahat ya, kan kamu baru sembuh. Besok udah harus menikah." Ucap Nala lalu mencium pipi Zahra dengan lembut.
Blam.
Pintu kamar Zahra tertutup dengan pelan.
Sementara itu di lantai bawah, bibi menangis dengan tertahan, ibu-ibu yang ada di sana berusaha untuk menguatkan nya. Mereka paham, tak mudah untuk melepaskan anak gadis kita untuk pria lain. Dan sekarang, bibi malah menangis dengan berderai air mata setelah Zahra benar-benar hilang dari pandangannya.
"Sudah jeng, kamu tahu perasaan ajeng kaya gimana, saya dulu juga punya anak gadis, dan rasanya sangat sakit ketika melihat dia di bawa oleh suami nya. Tapi kita juga gak bisa melawan takdir, anak juga akan dewasa, menjadi seorang gadis yang cantik lalu segera di pinang oleh laki-laki yang bertanggungjawab kepada nya."
Bibi hanya mengangguk dengan pelan, ia tetap menangis sambil menutup erat mulut nya agar tak mengeluarkan suara tangisan.
"Nak Nala, sana bawa mama nya ke kamar. Suruh istirahat saja, nanti kalau udah baikan baru sambung lagi kerjanya." Ucap ibu RT.
Nala hanya mengangguk dengan paham. Ia lalu segera membawa sang mama menuju ke kamar nya.
Tes.
"Kakak gak bisa ngebayangin nasib kamu Zahra. Kamu memang udah 22 tahun, tapi sifat kamu masih polos kayak anak kecil. Tapi kakak dengar papa bilang bahwa calon kamu itu seorang mafia! Ya Allah, bagaimana nasib adik ku nanti!"
* * *
Wahyu retsyafani
16:00 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...