PART 19

44.9K 1.9K 13
                                    

Tubuh nya bergetar hebat, Zahra terdiam di kasur sambil menatap nanar ke arah kamar nya yang hancur berantakan.

Mata gadis itu memandang kosong, nafas nya terdengar pelan. Penampilan nya sudah rapi, tentu saja ia sudah mandi dan melakukan ibadah nya dari subuh tadi.

Fakta yang ia dapat kan adalah, suami nya tak ada di samping nya ketika gadis itu bangun. Lagi-lagi gadis itu meyakinkan hati nya agar selalu pasrah dalam menerima suratan takdir nya. Ia gadis biasa, dan Jordi menikahi nya karena sebuah tujuan. Hingga tanpa mereka sadari bahwa pernikahan yang sedang di jalani nya itu hanya sebagai perantara untuk menuntaskan tujuan yang sejak lama Jordi susun.

Hati nya lagi-lagi terasa seperti di cubit, harga dirinya tak di anggap, ia di pandang remeh oleh suami nya sendiri. Di mana letak harga Zahra di mata Jordi. Apa yang terjadi selama ini, kenapa harus ia! Bahkan Zahra tak pernah mengenal Jordi di masa lalu, bertemu saja bisa di hitung dengan jari, lalu laki-laki itu dengan angkuh nya mengikat Zahra di dalam hubungan yang sangat Allah ridhoi.

Tok tok.

Pandangan gadis itu lalu menoleh ke arah pintu kamar nya, seseorang tengah mengetuk. Tapi apakah Zahra masih sanggup untuk berdiri hanya sekedar untuk membuka benda persegi panjang itu. Rasanya sekarang ini Zahra lebih memilih untuk mengurangi diri dan tak menemui siapapun saat ini. Ia butuh waktu untuk sendiri.

Tapi ketukan pintu itu tak berhenti, malahan Maria semakin bertanya-tanya mengapa Zahra tak membukakan pintu nya.

"Masuk saja Maria!" Ucap gadis itu dengan nada lesu nya.

Zahra lalu menyandarkan kepalanya dan menatap ke arah langit-langit kamar. Mata gadis itu menerawang cukup jauh hingga membuat pikiran nya berkhayal-khayal tentang dunia kematian.

Segitu besar kah pengaruh yang jordi berikan kepada nya?

Ceklek.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan Maria yang sedang membawa nampan berisi makanan yang Zahra tebak pasti untuk nya.

Maria memandang kaget ke arah kamar Zahra, batin wanita parubaya itu bertanya-tanya kenapa kamar majikan nya bisa seberantakkan ini. Apa telah terjadi peperangan beberapa menit yang lalu, atau apakah tuan nya kembali mengamuk dan menjadikan istri nya sebagai samsak yang ia pukul dengan sekuat tenaga.

Tapi wanita parubaya itu cukup waras untuk tidak terlalu ikut campur di dalam kehidupan rumah tangga majikan nya. Setiap orang punya masalah nya masing-masing, dan Maria yakin bahwa permasalahan yang sedang melanda rumah tangga majikan nya akan segera sirna.

"Nyonya melewati sarapan pagi, tuan menyuruh anda untuk makan saat ini."

Zahra hanya mengangguk pelan gadis itu lalu melangkahkan kaki nya keluar dari kamar dan duduk di sofa yang terletak di balkon. "Bawa ke sini saja bi." Wanita parubaya itu mengangguk dengan paham, ia lalu membawa nampan tersebut dan meletakkan nya di depan Zahra.

Wanita parubaya itu lalu segera undur diri dan membiarkan majikan nya makan dengan tenang.

Zahra lalu menadahkan tangan nya, gadis itu lalu meminum air putih terlebih dahulu, baru ia mulai menyuapkan sesuap nasi ke dalam mulut nya.

"Aww!"

Tangan kecil milik Zahra lalu meraba-raba sekitar sudut bibir nya. Gadis itu lalu tersenyum kecut ketika merasakan luka yang menganga di sana.

"Maaf jika anda lancang nyonya, tapi anda mendapatkan telfon dari nona yang bernama Iren."

Wajah Zahra yang tadi masam layak nya jeruk kecut lalu sedikit menerbutkan senyum tipis nya, gadis itu lalu mengulurkan tangannya dan meminta telfon yang Maria pegang. Wanita parubaya itu lalu memberikan telfon nya kepada Zahra.

"Hallo assalamualaikum Iren."

"Waalaikumsalam Zahra! Hari ini kamu kok gak datang, kamu sakit lagi ya?"

Gadis itu lalu terdiam sejenak, apa yang harus ia katakan kepada Iren. Rasanya Zahra tak enak jika ia harus berbohong lagi kepada sahabatnya.

"K-kaki ku sakit Iren, dan yah kurasa aku belum sembuh total dari sakit kemarin."

Terkutuk lah mulut mungil yang sudah mulai terbiasa untuk berbohong itu.

Sementara gadis yang sedang menyantap makanan nya lalu membulatkan matanya dengan khawatir.

"Kau sakit lagi! Bukan nya aku sudah bilang kalau tidak sanggup jangan di paksa untuk kuliah!"

Zahra lalu menjauh kan telfon itu dari telinga nya.

"Kalau begitu pulang dari kuliah aku mau jenguk kamu, bisa gak kamu kirimkan alamat nya?"

Binar bahagia terpancar dari mata Zahra, gadis itu lalu terbyun bahagia dan merasa sangat bersemangat dalam menjamu sahabat nya nanti.

"Kamu serius mau kesini, nanti aku kirim alamat nya!" teriak Zahra dengan semangat. Gadis itu lalu menatap senang ke arah Maria.

"Yaudah nanti aku jenguk kamu kok, sekalian mau tau juga rumah baru kamu."

Ini benar-benar ajaib! Pikir Maria.

Wanita parubaya itu mengucapkan rasa terimakasih kepada seseorang yang membuat nyonya nya kembali ceria.

Telfon berakhir, Zahra lalu mengembalikan telfon itu kepada Maria. Gadis itu lalu berdiri dan menatap senang ke arah Maria.

"Apa bibi mau membantu ku memasak? Teman ku akan datang berkunjung nanti." ucap Zahra dengan senang, gadis itu menatap penuh harap ke arah Maria.

Detik berikutnya Maria menganggukkan kepalanya, Zahra tersenyum senang. "Baiklah, kita mulai masak nya." ucap Zahra dengan semangat.

Kedua wanita itu lalu melangkah menuju ke arah dapur.

Beberapa koki yang sedang memasak di dapur lalu menatap bingung ke arah nyonya mereka. Untuk apa Zahra turun ke dapur.

"Baiklah semua nya, hari ini nyonya akan memasak untuk menyambut kedatangan teman nya yang akan bertamu nanti, mohon bantuannya." ucap Maria dengan nada yang berwibawa.

Koki-koki yang ada di sana lalu mengangguk dengan patuh, mereka lalu berdiri berjejer dan terdiam menunggu perintah dari Zahra.

"Bagaimana hari ini kita membuat rendang dan gulai asam pedas ikan patin, kalian tahu menu itu apa?"

Semua koki itu pun mengangguk, Zahra lalu tersenyum puas.

"Baiklah, bagaimana jika kita mulai saja?"

Semua nya lalu mengangguk dengan paham.

* * *

Wahyu retsyafani
23:55 WIB.

MAFIA VS MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang