“Kalau boleh tau teman nyonya ada berapa orang? Kenapa nyonya menguat banyak makanan?”
Zahra yang sedang menatap para pelayan meletakkan makanan di atas meja itu hanya tersenyum sekilas. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Maria yang sejak tadi selalu bertanya dengan penasaran.
“Cuma satu orang.”
Maria menaikkan alis nya dengan bingung, pikiran wanita parubaya itu lalu berterbangan kemana-mana, apakah teman majikan nya ini sangat suka makan banyak. “Jangan terlalu serius bibi, sebaik nya kita selesai kan semua nya ini, sebentar lagi dia datang.” Ucap Zahra sambil menepuk pelan pundak Maria, ia lalu melangkah menuju ke arah meja makan dan mengecek masakan nya.
“Semua nya sudah siap nyonya.” Ucap salah seorang pelayan sambil menunduk ke arah nyonya nya.
Zahra menghela nafas dengan malasz sudah berulang kali ia menyuruh pelayan-pelayan itu untuk memanggil nama nya saja, tapi mereka masih saja keras kepala dan memanggil Zahra dengan sebutan nyonya.
Ting tong.
“Ah waktu yang tepat, kalau begitu aku kedepan dulu ok.”
Dengan langkah yang sedikit susah, Zahra lalu membuka kan pintu rumah nya. Senyum gadis itu terbit saat melihat sahabatnya yang sedang berdiri tegap menunggu Zahra datang sambil memegang sebuah kantong yang Zahra tak tahu isi nya.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam!”
Kedua nya lalu berpelukan dengan erat. “Yaudah yuk masuk.” Ucap Zahra lalu merangkul bahu Iren.
Kedua nya lalu melangkah kan kaki masuk ke dalam mansion Zahra.
“Kamu kok kirim pesan komplek perumahan, ini mah kompleks mansion orang kaya Zahra, gimana sih. Untung aja aku pinter, gimana kalau enggak pasti sekarang udah salah masuk kompleks.”
Zahra hanya bisa cengengesan, ia sendiri juga bingung dengan tempat yang ia tinggali, setelah ia bertanya-tanya kepada Maria gadis itu baru tahu jika ini kompleks mansion.
“Hehehe maaf ya, aku aja baru tahu kalau ini mansion. Dan juga sebenarnya perbedaan mansion sama rumah mewah apa sih, kan sama aja.”
Pletak.
“Aw salah aku apa lagi sih, mau mansion kek mau rumah biasa kek tetap aja sama, kan juga untuk tempat tinggal, makan dan tidur.”
Iren hanya memijit kening nya dengan pelan, ia harus sabar! Kadang sahabatnya ini bisa berubah menjadi sangat menyebalkan.
Hell no! Bagaimana bisa dia menyebutkan bahwa mansion mewah ini sama seperti perumahan biasa, jelas-jelas semua ini tampak sangat berbeda. Apa lagi mansion yang ditempati Zahra ini sangat mirip dengan castil yang ada di Amsterdam.
“Ok ok, kau menang. Jadi sekarang kita berhenti berdebat ok!”
Zahra lalu tersenyum senang, ia lalu berdiri dan menarik Iren agar gadis itu mengikuti nya. “Sebelum kita ngobrol-ngobrol, gimana kalau makan dulu. Tadi aku udah masak banyak, kita makan bersama dengan semua orang yang ada di mansion ini.” Ucap Zahra dengan senyum manis nya, ia tak lupa menekankan kata mansion kepada sahabat nya itu.
Iren lalu mengangguk dengan pelan, gadis itu hanya mengikuti langkah kaki Zahra yang sedang menuntun nya menuju ke arah ruang makan.
“Ini ruang makan nya di mana lagi! Jauh amat.”
Iren memandang takjub ke arah interior mansion Zahra, gadis itu bahkan sesekali membuka mulut nya karena takjub dengan beberapa benda yang menurut nya sangat menarik dan antik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA VS MUSLIMAH
Spiritual⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. (SUDAH TERBIT) beberapa part sudah di hapus. "Aku mengira bahwa kisah kita akan menjadi bahagia, aku mengira kau hanya menyimpan sedikit rasa bersalah karena telah memilih ku menjadi istri mu. Namun, kini panda...