PART 9

41.2K 2K 7
                                    

Saat adzan subuh berkumandang, tubuh Zahra tersentak kaget lalu segera bangun.

Dengan nyawa yang masih belum terkumpul semua nya, Zahra menatap ke arah jam di dinding kamar nya.

"Astaghfirullah aladzim!" Teriak Zahra dengan kencang.

Gadis itu lalu segera lari ke arah kamar mandi nya, dengan perasaan bersalah Zahra mengambil air wudhu nya. Gadis itu segera melaksanakan ibadah nya kepada sang ilahi. Sedikit penyesalan yang di rasakan oleh Zahra karena dia bangun kesiangan, solat tahajud ia tinggalkan dan sekarang pasti bibi nya sudah bangun lalu kecewa menatap rumah yang belum Zahra bersihkan.

Zahra menghela nafas lelah nya, gadis itu lalu segera membenahi peralatan solat nya.

Tok tok.

Pintu kamar Zahra di ketuk oleh seseorang, gadis itu lalu mengambil jilbab instan nya dan memakai nya. Zahra lalu segera membuka pintu.

"Assalamualaikum."

Zahra memandang bingung ke arah wanita yang seumuran dengan bibi nya itu. Jika di lihat-lihat wanita itu bukan tetangga nya, karena Zahra belum pernah melihat nya di sekitar kompleks. "W-waalaikumsalam, maaf ibu siapa ya?" Tanya Zahra dengan sopan.

"Duh lucu nya calon menantu ku, tapi gak papa kok kalau kamu gak kenal sama bunda, soal nya bunda sayang subuh-subuh udah ketemu saja kamu," ucap nya dengan heboh. Wanita itu lalu memegang pipi Zahra dan mencubit lembut di sana. "Kenalin, nama bunda Aisyah sayang. Calon mertua kamu."

Zahra melebarkan mata nya. Ia sedikit kaget dengan pengakuan wanita parubaya yang berada di depan nya.

"Apa! Berarti Tante ibu nya bapak Jordi!" Kaget Zahra dengan tiba-tiba, gadis itu menatap lekat ke arah wanita parubaya di depan nya.

"Hahaha apa kamu bilang, bapak?" Tawa wanita parubaya, ia lalu memegang perutnya sambil tertawa dengan puas. "Ya Allah sayang, setau bunda kalian jarak nya cuma 6 tahun. Setua itu kah Jordi di mata kamu?"

"Hehehe maaf tanye, soal nya Zahra juga gak tau banyak tentang dia." Ucap Zahra sambil menunduk malu.

"Ya Allah Zahra! Lancang banget sih ngatain anak orang di depan ibu nya!"

"Udah gak papa kok, lagian Jordi itu orang nya selalu serius maka nya udah kelihatan tua," ucap wanita itu sambil tersenyum manis. Zahra sedikit takjub karena kecantikan wanita di depan nya ini masih terpancar walaupun umur sudah tua. "Mulai hari ini panggil bunda saja! Awas kalau manggil Tante lagi!"

Zahra lalu mengangguk paham.

"Hmm bagus, oh iya bunda jadi lupa, kamu siap-siap sana, bunda mau ngajak kamu belanja di pasar tradisional, kamu mau kan?"

"Wah Mau bunda, yaudah Zahra siap-siap ya bunda." ucap nya kegirangan seperti seorang anak yang diajak bundanya pergi jalan jalan. "Yaudah, bunda tunggu dibawah ya."

Zahra lalu mengangguk dengan semangat, gadis itu lalu menutup pintu kamar nya, dia bersiap-siap.

Setelah selesai bersiap-siap, Zahra dan Aisyah pun segera pergi menuju ke pasar tradisional.

"Jadi, apa alasan Zahra menerima pernikahan ini nak."

Zahra hanya menatap bingung ke arah Aisyah. Dia lalu menunduk dan sedang memikirkan sesuatu.

"Paman adalah ayah bagi Zahra, dan apapun pilihan paman pasti yang terbaik untuk Zahra," ucap nya lalu menjeda kalimat nya. "Paman yang memilihkan calon suami untuk Zahra, itu artinya tuan Jordi adalah pilihan terbaik paman yang dia berikan untuk Zahra."

Aisyah lalu menatap berbinar ke arah calon menantu nya. "Terus seandainya jika nanti Jordi jauh dari kata baik gimana?" Tanya Aisyah dengan penasaran.

Zahra lalu menghela nafas panjang nya. "Baik dan tidak nya manusia itu tergantung dengan dirinya sendiri, manusia lahir ke muka bumi dalam keadaan suci dan baik. Jika dia jahat itu berarti iman nya tidak kuat dalam melawan bisikan setan. Lagipula Zahra juga tidak terlalu baik, jika nanti tuan Jordi jahat pasti Zahra baik-baikin kok, secara Zahra yakin tuan Jordi itu orang yang baik juga."

Aisyah tersenyum puas ketika mendengar jawaban dari Zahra.

Dengan sayang, Aisyah lalu merangkul lengan Zahra. "Hmm sekarang kita makan dulu yuk, bunda udah lapar nih." Ucap Aisyah lalu menarik tangan Zahra menuju ke arah salah satu rumah makan Padang.

* * *

"Kamu ngapain sih dek, dari tadi melamun aja. Udah sana bantu mama masak di belakang." Ucap Faris dengan gemas ketika melihat adik nya Nala sedang melamun sambil menatap ke arah foto keluarga mereka.

"Bang kok tante Aisyah aneh ya, kemana-mana kalau mau bawa calon menantu itu pasti ke mall, spa, dan tempat yang mewah deh, secara kan dia orang kaya! Masa adek kita malah di ajak jalan-jalan ke pasar tradisional." ucap Nala tak terima lalu menatap heran ke arah abangnya.

Faris lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, laki-laki itu lalu mengangguk dan ikut duduk di samping adik nya. "Lah benar juga! Adek kita kan bidadari VVIP, masa di ajak ke pasar tradisional." Ucap Faris sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kalian percuma udah sarjana tapi masih bodoh! Tujuan Bu Aisyah membawa Zahra ke pasar tradisional itu karena dia mau liat, apakah calon menantunya itu orang jijikan atau enggak, dan mama yakin dia gak akan menemukan kesalahan sedikitpun terhadap Zahra, karena Zahra memang calon menantu idaman." Jelas bibi dengan bangga, wanita parubaya itu sayang dari arah dapur sambil membawa centongan nasi.

"Nah bener juga! Mama kok pinter sih! Dek tepuk tangan!" Ucap Faris lalu menepuk tangan nya dengan bangga.

Bibi lalu mendongkak kan kepalanya dengan bangga. Namun detik selanjutnya ia tersadar akan sesuatu.

"Nala! Kedapur sekarang juga! Enak aja kamu duduk di sini, sedang kan mama lagi sibuk di dapur!" Teriak wanita parubaya.

* * *

"Bunda."

Aisyah yang sedang meminum es teh nya lalu menoleh ke arah Zahra. "Apa sayang?" Tanya Aisyah lalu menatap lembut ke arah Zahra.

Zahra lalu terdiam selama beberapa detik, gadis itu menatap tangan nya dan terlihat sangat gugup.

"M-menurut bunda kenapa tuan Jordi mau menjadikan Zahra sebagai istri nya," ucap gadis itu lalu menjeda kalimatnya. "Bunda tahu bukan, Zahra hanya gadis yang biasa, anak yatim-piatu, dan tak terlalu berada."

Aisyah lalu tersenyum manis sambil menatap ke arah menantu nya itu.

"Bunda rasa sifat Jordi itu menurun dari ayah nya dulu." Ucap Aisyah lalu menatap hangat ke arah Zahra.

"Dulu istri nya ayah Jordi juga yatim-piatu, dirawat oleh nenek nya, miskin, tak punya harta yang banyak, pendidikan nya cuma sampai SMA dan tinggal di desa lagi. Tapi tetap saja, ayah nya Jordi lebih memilih gadis yang sederhana di banding harus sederajat dengan dia."

Zahra lalu mendongkak kan kepala nya. "Dulu bunda juga sama kayak kamu, cuma yang membedakan kita hanya masalah ekonomi. Dulu sebelum menikah dengan ayah nya Jordi, bunda cuma anak orang miskin, sekolah saja itu karena bunda yang bertekad kuat, setidak nya bunda tamat SMA! Jadi mulai sekarang Zahra gak usah merasa rendah ok."

Ada sedikit kelegaan yang di rasa oleh Zahra. Gadis itu lalu mengangguk dengan semangat. "Mulai sekarang cukup menarik istri yang penurut, Solehah dan menjadi pondasi kokoh untuk rumahtangga kalian nanti nya."

"Terimakasih bunda! Terimakasih." Ucap Zahra dengan terbaru, gadis itu lalu menunduk dan menangis pelan.

Aisyah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah calon menantu nya. "Shh menangislah, bunda paham kok yang kamu rasakan."

* * *

Wahyu retsyafani
14:48 WIB.

MAFIA VS MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang