"Kalau seluruh dunia memanggilnya Si Gadis Aneh.
Maka biarkan aku memanggilnya Si Gadis Hujan."-Sebastian Rasyafaldi-
☔☔☔
Sejak saat pertama kali melihatnya.
Mendengar nyanyiannya dibawah rinai hujan.
Aku bisa merasakan lukanya.
Aku bisa merasakan dukanya.Sejak saat melihat tatapan ketakutannya.
Aku tahu dia memiliki banyak masalah.
Sejak saat mendengar nada bergetar dari suaranya.
Aku tahu dia takut kepada seluruh dunia.Seluruh dunia yang menghakiminya.
Seluruh dunia yang meninggalkannya.
Seluruh dunia yang menyakitinya.
Seluruh dunia yang enggan membantunya.Dia bermain dibawah hujan.
Tertawa sesuka hatinya.
Menari sebisanya.
Bernyanyi dengan indahnya.Dia bermain dibawah hujan.
Tanpa sebuah pengaman.
Payung ataupun jas hujan tidak dia kenakan.
Dia bermain dengan bebasnya.☔☔☔
Bandung, 10 Juni 2018.
"Hey sini, jangan main hujan. Nanti lo sakit" teriak Sebastian kepada gadis yang sedang menari dibawah hujan.
Gadis itu menoleh ke arahnya lalu tersenyum manis. Mungkin tidak mendengar dengan jelas teriakan Sebastian.
Gadis itu menghampiri Sebastian yang sedang berteduh di pelataran cafe di pinggir jalan sekitar kota Bandung.
"Ya, kenapa?" tanyanya dengan suara lembut yang mampu menyihir orang-orang sekitar terutama Sebastian.
"Lo jangan main hujan. Nanti sakit. Sini neduh bareng gue" jawab Sebastian setelah sadar dari kekagumannya dengan nada khawatir.
Bibir gadis itu terangkat tersenyum kearah Sebastian. Bibirnya yang mulai pucat memutih menunjukkan bahwa dia sudah lama bermain hujan. Akan tetapi dia enggan menurut dengan kata-kata Sebastian. Sepertinya dia memang sangat menyukai hujan hingga hanya tersenyum saat ada seseorang yang memperhatikannya.
"Malah senyum. Lo manusia, kan?" tanya Sebastian lagi dan gadis itu tertawa riang. Tawa yang sangat jarang sekali gadis itu tunjukkan kepada siapa pun. Tawa yang akan sangat Sebastian kagumi setelahnya.
"Merinding gue," seru Sebastian spontan dan bergidik ngeri. Sebastian melihat bulu-bulu halus di tangannya yang sudah berdiri. Entah karena udara Bandung yang dingin atau Sebastian benar-benar takut kalau gadis di hadapannya bukanlah manusia.
"Aku manusia, bukan hantu atau sejenisnya" kekeh gadis itu. "Terima kasih, tapi aku ngga mau berteduh. Aku suka hujan" lanjut gadis itu masih enggan berteduh di pelataran sebuah cafe bersama Sebastian dan beberapa orang yang juga tengah berteduh.
"Tapi kalau keseringan main hujan lo bisa sakit, kena demam atau flu." Sebastian masih berusaha meyakinkan.
Sebastian hanya tidak tega melihat gadis itu bermain hujan apalagi hujan sudah mengguyur kota Bandung sekitar 3 jam lalu. Yang Sebastian yakin bahwa gadis dihadapannya ini juga sudah bermain hujan selama itu. Terlihat dari buku-buku jarinya yang memutih dan bibirnya yang sudah pucat pasi.
"Sakit yah?" tanyanya lalu tertawa kencang membuat beberapa orang yang tengah berteduh dipelataran cafe tersebut meliriknya dengan tatapan aneh.
"Aku sudah sering merasakan sakit yang lebih dari ini. Jadi kalau hanya sekadar terserang demam atau flu, aku tidak masalah" jelasnya lagi mulai mendekat kearah Sebastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Hujan
Teen FictionAmazed cover by @Coocacolla Ini kisah tentang dia. Gadis manis pendiam yang ternyata menyukai hujan. Gadis manis penuh misteri yang ternyata sangat ceria saat berhadapan dengan anak-anak kecil. Gadis manis pemalu yang ternyata menyimpan banyak luk...