Bagian : Empat Belas

1.7K 156 16
                                    

Happy Reading😊

Pagi-pagi sekali Arya sudah sampai di Panti Asuhan Kasih bersama dengan Willy yang entah kenapa memaksa ikut untuk menjemput Aurora, karena sepeda listrik Aurora masih dititipkannya kepada satpam sekolah.

"Lho, kok kalian di sini, sih?"

"Yaelah, ini namanya lo lagi dijemput, Dodol!" ucap Willy sambil menguap lebar karena matanya yang masih mengantuk.

Arya menutup mulut Willy kencang, "Lagian teradahan banget masih ngantuk segala ikut!"

"Menjemput adik tercinta!"

"Kentut!"

"Udah-udah ayo berangkat-"

"Masih pagi buset Ra, ajak sarapan dulu kek!" protes Willy membuat Aurora meringis.

"Tapi aku harus ambil-"

"Oh iya, lo dagang kue basah. Masih laku?" tanya Willy membuat Aurora tersenyum simpul.

Arya segera membawa Aurora menuju mobil dan memintanya duduk di kursi belakang, Willy mengikuti dengan langkah gontai, sedikit menyesal karena mengikuti Arya namun ada hal yang harus dia lakukan di sana nantinya.

"Lo pulang sana!" usir Arya saat Willy sudah masuk ke dalam mobil.

"Laknat lo!"

"Lo nanti kuliah, bego!"

"Bolos lah!"

"Telfon Om Gabriel enak kali… aduh!" ringis Arya saat pipi kirinya dicubit oleh Willy.

"Bolos sehari ngga bikin gue bego!"

"Kenyataannya lo emang udah bego tingkat super!"

Willy menepuk mulut Arya gemas, "Jahat ya kamu!"

Arya bergidik ngeri sambil mulai menginjak pedal gasnya, "Jijik!"

Aurora hanya tersenyum simpul melihat interaksi heboh yang dilakukan keduanya. Diam-diam Aurora bersyukur karena ternyata memiliki kakak yang super baik dan juga lucu seperti mereka.

"Ra ini rumah produsennya di mana?" tanya Arya saat mereka sudah memasuki sebuah perumahan tempat Aurora biasa mengambil kue basah yang dijualnya.

"Lima rumah dari sini."

Arya melirik Willy yang sudah pulas di sebelahnya, "Tuh kan ngebo! Najis banget!"

Aurora terkekeh geli, "Ngga papa, kecapean mungkin."

Arya menghentikkan mobilnya tepat di sebuah rumah minimalis yang sudah melakukan kegiatan produksinya pada pukul setengah enam pagi.

"Di sini, kan?" tanya Arya yang diangguki Aurora.

"Kamu mau ikut turun?" tanya Aurora yang digelengi oleh Arya.

"Tapi kalau butuh bantuan bilang aja." Aurora mengangguk lalu segera memasuki gerbang rumah produsen itu dan menyapa banyak petugas di sana dengan ramah.

Arya hanya fokus memainkan ponselnya sambil menjahili Willy yang sedang tertidur pulas bermaksud membunuh waktu untuk menunggu Aurora.

Sekitar lima belas menit akhirnya Aurora keluar dari tempat tersebut dengan tiga box kue di tangannya dan juga sebuah kresek putih berisi beberapa potong kue di dalamnya. Dengan cekatan Arya turun untuk bisa membantu Aurora.

"Mau dibantu?" Aurora menggeleng sambil tersenyum.

"Beneran?" Aurora mengangguk.

"Dibantu aja deh. Gimana?"

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang