Dua Puluh Tujuh

798 50 5
                                    

Happy Reading 😊

Tiga tahun kemudian...

"Bas, lo mau ke mana?" tanya Ryan sambil berjalan cepat menyusul Sebastian yang tergesa-gesa entah karena apa.

"Woy, Bas?" sapa Arya dengan wajah kebingungan karena Sebastian seperti tidak mendengar sapaannya.

"Kenapa dah--"

"Aurora!" seru Sebastian kencang ke arah gadis cantik yang tengah berjalan menuju basement kampus, sontak saja hal itu membuat Arya menoleh dan berlari cepat untuk melihat keadaan sahabatnya itu.

"Bas lo apa-apaan, sih?"

"Itu Aurora kan, Ya?" ucapnya sambil menunjuk seorang gadis yang tengah sibuk dengan ponselnya itu.

"Mirip, sih..."

"Lo abangnya gimana, sih?" sentak Sebastian tidak sabaran, membuat Arya mengusap wajahnya kasar.

"Woy Bas, sadar lo! Aurora udah meninggal di kecelakaan pesawat tiga tahun yang lalu!" seru Arya frustasi.

Ia sudah mulai lelah. Ia sudah sangat muak saat harus selalu menghadapi halusinasi Sebastian yang berkata kalau ia melihat Aurora di sini dan juga di sana. Padahal seharusnya Sebastian sadar, kalau Aurora sudah tidak bisa hidup kembali.

"Ya, tapi itu dia..." ucapannya terputus karena Arya menarik kerah bajunya dan memaksanya masuk ke dalam mobil mewah miliknya.

Arya berlari cepat dan masuk ke dalam mobil melalui pintu pengemudi. Ia menatap Sebastian yang terus saja melihat gadis yang dikiranya adalah Aurora. Meskipun Arya membenarkan bahwa gadis itu sangat mirip dengan adiknya, tapi Arya tahu kalau adiknya sudah tiada sejak tiga tahun lalu. Bahkan Arya sendiri yang melihat jasadnya dimasukkan ke dalam liang lahat, jadi ia tidak mungkin percaya begitu saja bahwa gadis itu adalah adiknya satu-satunya.

Plak!

"Awhh... Apa sih lo?"

"Masih halu? Mau gue tampar lagi pipi sebelah lo?"

"Tapi dia mirip banget, Arya--"

"GUE BAS YANG MASUKIN DIA KE LIANG LAHAT! GUE BAS YANG LIAT LANGSUNG JENAZAHNYA DIKAFANIN! GUE BAS! ABANGNYA YANG SEKARANG HIDUP SEBATANG KARA! KURANG BUKTI APALAGI KALAU AURORA DAN ORANG TUA GUE UDAH MENINGGAL?" seru Arya dengan mata memerah, membuat Sebastian menjadi serba salah meski ia yakin bahwa gadis yang baru saja memasuki mobil mewah itu adalah Aurora.

Tuk tuk tuk!

Suara ketuka di kaca jendela mobil Sebastian menyadarkan keduanya. Tyas dan Ryan berdiri di luar sana dengan pandangan prihatin. Langsung saja Arya turun dari mobil itu dan memeluk kekasihnya erat, lalu menangis seperti yang selalu ia lakukan tiga tahun terakhir ini.

"Gue sama Arya permisi dulu...." ucap Tyas sambil memandang Sebastian yang masih duduk termenung di dalam mobil miliknya.

Ryan membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat kondisi sahabatnya itu, "Ngga cuma lo yang tersakiti. Jangan egois dengan kebanyakan halu!" ucapnya sambil membanting pintu mobil dengan kasar, membuat Sebastian semakin merasa bersalah.

"GUE NGGA HALU! GUE NGGA BERKHAYAL! GUE YAKIN KALAU ITU AURORA! GUE YAKIN!" serunya sambil terus memukuli dashboard mobil miliknya.

Flashback on...

Ghani yang tadi sempat keluar dari kamar rawat Sebastian untuk mengejar Shierah, berlari masuk kembali dengan wajah serius yang menegangkan. Hal itu membuat Sebastian mengernyit kebingungan sambil merapihkan Birthday Box miliknya.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang