Tiga Puluh Satu

663 42 5
                                    

Sebelumnya, silakan didengar mulmednya. Lagu favorit aku saat ini, dan cukup untuk menggambarkan part ini.

Happy Reading 😊

"Lo kenapa bisa inget semua pesan-pesan yang dititipin Aurora sejak 3 tahun lalu? Padahal daritadi lo nggak ada tuh pegang-pegang block note, atau buka matchbook untuk liat pesan-pesan yang lo tulis. Oh atau jangan-jangan..."

"Jangan-jangan apaan? Jangan ngaco lo ah!" ucap Ryan membuat Ghani menatapnya.

"Jangan-jangan dia cenayang lagi?" tebak Ghani, membuat Audira terkekeh geli.

"Gue bukan cenayang,"

"Terus apa? Kenapa lo bisa ingat pesannya serinci itu padahal lo nggak bikin contekan. Kenapa coba?" desaknya membuat Audira tersenyum simpul.

"Gue memang memiliki kelumpuhan otak, ditambah lagi kedua ginjal gue sudah sangat rusak, tapi berkat terapi selama bertahun-tahun akhirnya gue bisa kembali normal dan juga berkat Aurora akhirnya gue bisa tetap hidup dengan ginjalnya yang ada di tubuh gue. Belakangan gue baru tahu kalau ternyata sebenarnya gue memiliki ingatan fotografis, bukankah akan sangat menyenangkan kalau aja gue dan Aurora sama-sama sehat lalu hidup bahagia?" jelasnya dengan suara serak, hampir menangis.

Semua yang mendengarnya hanya mampu diam tanpa mengucap satu patah kata pun, sampai akhirnya suara lonceng di caffe itu --pertanda kalau ada seseorang yang baru saja datang, mengalihkan perhatian mereka.

Pria tampan dengan kemeja hitam yang lengannya digulung, juga celana jeans yang berwarna senada terlihat berjalan menghampiri meja yang diisi oleh mereka.

"Dir, ayo kita harus fitting sekarang," ucapnya dengan suara berat dan berwibawa yang diangguki gadis yang sejak tadi menjadi pusat perhatian semuanya.

"Sori teman-teman, gue harus segera pergi, tapi kita bisa ngobrol kapan-kapan, kok..." ucapnya sambil mengeluarkan beberapa lembar kartu undangan dan diletakannya di atas meja, "Datang ya ke pernikahan gue, masih 10 hari lagi, sih..."

"Lo nikah?" tanya Arya yang diangguki Audira.

"Viral, kenalin Arya, kakak aku dan kakaknya Aurora," ucap Audira memperkenalkan Arya dengan pria yang dipanggilnya Viral.

"Viral Adiyaksa, calon suami adik lo dan calon adik ipar lo."

"Arya. Jagain adik gue baik-baik," ucap Arya dengan senyum kecil yang diangguki oleh Viral.

"Gue pergi dulu ya, guys. Dah!" ucapnya sambil berlalu pergi, meninggalkan semuanya dalam keheningan.

"Nggak nyangka gue, gue kira endingnya si Dira bakal nikah sama Bastian, kek ala-ala turun ranjang gitu," ucap Ghani polos, yang diangguki Ryan.

"Malah tadinya mau gue gebet kalau semisal Bastian masih gagal move on dan nggak mau sama dia,"

"Saingan kita kalau begitu!" ucap Ghani sinis, membuat Tyas terkekeh.

"Percuma, udah mau diiket 10 hari lagi!"

****

"Bas, asli lo nggak pernah suka sama Audira?" tanya Ryan yang melihat Sebastian tengah merapihkan pakaiannya di depan cermin.

"Cuma ada Aurora. Emang kenapa, sih?"

"Ya gimana ya, aneh aja gitu. Dulu pas pertama ngeliat dia lo heboh banget, bilang dia Aurora lah, ini lah, itu lah. Sekarang dia mau nikah terus lo mau dateng, gitu?" tanya Ghani lebih merinci.

Sebastian berbalik menatap kedua sahabatnya yang sedang ada di kamarnya itu sambil menyemprotkan parfum di seluruh tubuhnya, "Gue diundang di acaranya dia, masa iya gue nggak dateng?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang