Tiga Puluh

443 40 3
                                    

Happy Reading 😊

Tyas menghampiri meja yang sudah diisi oleh Audira yang tengah sibuk dengan layar matchbook di hadapannya dengan langkah terburu-buru.

"Sori banget gue--"

"Lo telat 15 menit 10 detik." ucap Audira, memotong penjelasan yang baru akan diucapkan oleh Tyas.

Dengan wajah penuh tanda tanya, Tyas duduk di hadapan Audira. Di depannya sudah tersedia jus jambu serta air mineral, baru saja Tyas akan membuka mulutnya hendak bertanya, namun Audira sudah menyelanya kembali.

"Buat lo, Aurora bilang lo suka minum jus jambu asalkan ada air putih di sebelahnya," ucapnya santai, membuat Tyas tentu saja terkejut bukan main.

"Lo-- lo siapa, sih?"

Audira terkekeh pelan sambil mematikan layar matchbook miliknya, "Bukannya Sebastian udah memperkenalkan gue sebagai Audira?"

"T--tapi tadi lo katanya nggak kenal Aurora, dan bahkan sinis banget saat sebut nama dia. Terus kenapa sekarang lo berlagak seolah-olah lo adalah kembaran dia?"

Audira mengangguk dan bertepuk tangan singkat, "Gue akui analisis lo keren." ucapnya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, lalu memberikan sebuah kotak musik ke hadapan gadis di hadapannya yang terlihat sangat kebingungan.

"Ap--"

"Kotak musik. Buka dan lihat apa yang ada di dalamnya."

Dengan ragu Tyas membuka kunci kotak musik tersebut dan terdengar lah sebuah lantunan musik yang menenangkan, bahkan ia rasa kalau ia pernah mendengar lantunan musik yang sama melalui permainan piano seseorang. Pandangannya berhenti saat melihat tumpukan foto di bawah patung kayu sepasang anak kembar yang dibuat seperti tengah menari ballet.

"Ambil aja." ucap Audira sambil menatap layar ponselnya, membuat Tyas tanpa ragu lagi mengambil tumpukan foto yang sudah cukup usang itu.

Matanya membelalak terkejut saat memperhatikan satu per satu foto yang berisi dua gadis kecil cantik yang ia yakini sebagai Aurora dan Audira.

"Jadi lo kembarannya Aurora?"

"Well, bisa dibilang begitu. Lahir di tempat yang sama, Italia. Pada tanggal dan bulan yang sama, hanya berbeda 3 menit 13 detik, akhirnya Aurora dilahirkan ke dunia menyusul gue sebagai kakaknya,"

"Gue masih ngga percaya,"

"Apa yang nggak lo percaya?"

"Lo, sikap lo, keberadaan lo, di mana lo selama ini? Dan kenapa cuma Aurora yang menderita?"

Audira terkekeh pelan, "Bahkan yang kembar siam sekalipun pasti memiliki perbedaan yang spesifik, bukan?"

Tyas mengangguk memahami hal yang satu itu.

"Di mana lo selama ini?" ucapnya mengulangi pertanyaan yang sama yang belum ia dapatkan jawabannya.

"Texas?"

"Wait, tapi--"

"Kami lahir di Italia, nyokap kami seperti yang mungkin lo tahu adalah korban kenakalan remaja yang harus hamil anak dari pria lain dan diasingkan ke Italia sendirian. Sayangnya setelah kami dilahirkan, nyokap kami dan bokap tiri kami harus memilih salah satu dan Aurora yang dipilih..."

"Kenapa dipilih?"

"Salah satu dari kami diduga akan sakit dan didiagnosa akan meninggal dalam waktu dekat, dan mereka mau menyelamatkan Aurora. Tapi--"

"Tapi lo tau kalau Aurora pun nggak sebahagia itu meski dipilih?" tanya Tyas tepat sasaran yang diangguki oleh Audira.

"Mereka... Eum, maksudnya orang tua kami dan Aurora, nggak pernah ada dalam pesawat yang kecelakaan 3 tahun lalu."

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang