Bagian : Empat

2.4K 178 13
                                    

IV: Gadis yang malang.

☔☔☔

"Aku ingin mengubah garis takdirnya. Izinkan aku Tuhan"

-Sebastian Rasyafaldi-

☔☔☔

"Bun, katanya mau lanjut cerita?" tagih Sebastian tidak sabar.

"Sebentar, bawel amat sih!" balas Bunda ketus, tapi tangannya sibuk membuka berkas-berkas di atas meja kerja.

"Cari apa sih, Bun?" tanya Sebastian yang pusing sendiri melihat pergerakan Bunda Al.

"Bukan apa-apa," balas Bunda cuek lalu kembali duduk di sofa ruangannya.

"Cerita lagi Bun!" desak Sebastian membuat Bunda mengangguk.

"Sampai mana tadi?" tanya Bunda yang sedikit lupa.

"Kata Bunda, Mama angkatnya karyawan Bunda udah ngga bisa punya anak lagi sejak umur 21 tahun, karena waktu itu pernah melahirkan bayi dalam kondisi lemah," jelas Sebastian membuat Bunda mengangguk.

"Iya, di umur 21 tahun Mamanya pernah melahirkan seorang bayi laki-laki, anak di luar pernikahan, dan kalau ngga salah sekarang sedang ada di Belanda sama nenek dan kakeknya. Setelah anak laki-laki itu dititipkan, mereka akhirnya menikah, dan memiliki anak perempuan cantik, tapi hilang di culik entah sama siapa," jelas Bunda Al sambil sesekali menyeka ujung matanya yang berair.

"Jadi pengen ketemu dia Bun," balas Sebastian sembari mengusap punggung Bunda dengan maksud menguatkan.

"Namanya siapa Bun?" tanya Sebastian setelah hening yang cukup lama.

"Namanya Azhura, Bunda suka panggil dia Zhu,"

"Namanya cantik," puji Sebastian tulus.

"Secantik orangnya," balas Bunda sambil tersenyum.

Drrtt... Drrtt...

Ponsel Sebastian bergetar di atas meja sana, membuat Sebastian bangkit dan mendesah malas saat mendapati Kinarya yang tengah menelponnya.

"Hm?" gumam Sebastian malas.

"Eh Nissa Sabyan versi laki, dimana lo?" ucap Kinarya cepat.

"Di butik Bunda, kenapa?"

"Sini lo! Ngga inget sama tugas lo?"

"Tugas apaan?" tanya Sebastian bingung.

"Tugas main PS, hahaha" terdengar suara tawa menggelegar milik Ghani dan juga Ryan di seberang sana.

"Ya bentar lagi" beep. Sebastian memutuskan panggilan sepihak.

Sebastian kembali duduk di samping Bunda Al sambil misuh-misuh, "Kenapa deh ini?" tanya Bunda Al curiga.

"Mau main ya Bun," ucap Sebastian sambil memberi senyum manis kepada Bunda Al.

"Mau kemana kamu?" tanya Bunda, tangannya masih sibuk membuka berkas-berkas penting.

"Kerumah Ghani Bun, nanti kalau Bunda mau pulang telfon Babas aja, Babas akan segera meluncur kesini," jawab Sebastian dan di akhiri dengan cengiran khasnya.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang