V: Empat Mata
Happy Reading👀
Sebastian berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya, bahkan dia hanya meminum segelas susu dan berpamitan dengan terburu-buru kepada Ayah dan Bundanya.
"Abang, lo mau kemana, sih? Repot sendiri gitu!" tegur Shierah.
"Buru-buru. Assalamualaikum!" Sebastian berlari ke arah motornya, dan melaju dengan kecepatan penuh.
"Belum ngerjain PR kali, Yah si Abang," jelas Shierah yang di angguki Tuan Rasyafaldi.
*****
Sebastian sampai di sekolah lebih pagi dari biasanya, tapi Sebastian enggan masuk kelas karena memang tujuannya sekarang adalah gadis sepeda listrik yang tempo hari di temuinya di parkiran sekolah.
Gadis yang di tunggunya pun datang, Sebastian masih setia menunggu gerak-geriknya dari mulai memarkirkan sepeda hingga berjalan menuju kelas dan punggungnya hilang di telan belokkan koridor.
Setelah mendengar cerita Ghani, Kinarya, dan juga Ryan tentang gadis itu kemarin, rasa penasaran Sebastian semakin membuncah. Setelah lama diam, akhirnya Sebastian melangkahkan kaki ke ruang kelas gadis itu, yang seingatnya kalau kata Ghani gadis itu masuk kelas favorit di kelas Bahasa, yaitu XI Bahasa 1.
Sebastian sampai di depan pintu kelas, cukup sepi karena memang ini masih sangat pagi. Cuacanya pun mendung dan mulai turun hujan yang akan menghambat kedatangan murid-murid ke sekolah.
Sebastian mengetuk pintu kelas yang terbuka, membuat gadis yang duduk sendirian di dalamnya terkejut dan menoleh. Gadis tadi menghentikkan aktifitas menulisnya lalu menoleh ke isi kelas yang sepi.
Gadis tadi ingin bangkit menghampiri Sebastian tapi Sebastian menahannya dengan melangkah mendekat, membuat gadis tadi duduk kembali.
"Gue boleh duduk di sini?" tanya Sebastian, menunjuk kursi kosong di sebelah gadis tadi. Gadis tadi hanya berkerut bingung namun tak ayal mengangguk.
Sebastian menjulurkan tangannya ingin bersalaman, "Sebastian!"
Gadis tadi menoleh dan tersenyum lalu menerima jabatan tangan Sebastian tanpa menyebutkan namanya. Dia seperti tidak asing dengan wajah konyol di hadapannya.
"Nama lo?"
"Penting, kah?" akhirnya gadis itu membuka suara lembutnya, membuat Sebastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena bingung di beri pertanyaan begitu.
Sebastian juga tidak mengerti mengapa dia sangat ingin tahu tentang gadis ini, yang kata Ghani dia adalah gadis aneh tapi menurut Sebastian tidak. Dia adalah gadis manis dengan lesung pipit dan gingsul yang menambah kadar kemanisannya.
"Apa kita pernah ketemu?" tanya gadis itu tiba-tiba, membuat Sebastian tersentak dan mengangguk.
"Iya, di pelataran cafe saat hujan dua bulan yang lalu. Lo inget gue?" gadis tadi hanya menatap Sebastian dan mengangguk mengiyakan.
"Aku, Aurora Putri Azhura," gadis itu tiba-tiba memperkenalkan dirinya membuat Sebastian mengangguk.
"Nama panggilan-"
"Terserah kamu, tapi sebagian besar murid di sekolah ini manggil aku aneh," potongnya di iringi kekehan yang terdengar menyakitkan di telinga Sebastian.
"Can i call you Aurora?" tanya Sebastian, membuat gadis tadi tersenyum dan mengangguk.
"Semua teman dekat ku manggil aku Aurora,"
"Berarti gue bisa jadi teman dekat lo?" Aurora menoleh, dan tertawa sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Hujan
Teen FictionAmazed cover by @Coocacolla Ini kisah tentang dia. Gadis manis pendiam yang ternyata menyukai hujan. Gadis manis penuh misteri yang ternyata sangat ceria saat berhadapan dengan anak-anak kecil. Gadis manis pemalu yang ternyata menyimpan banyak luk...