Bagian : Enam

2.2K 168 10
                                    

Happy Reading🌻

"Lo kenapa si Ya, benci banget sama Aurora?" tanya Ghani, saat mereka sampai di kantin.

"Lo tau alasannya!"

"Sumpah ngga masuk akal. Cuma karena Tyas lebih ngebela Aurora, dan lo benci dia sampai segininya?" heran Ryan.

"Berisik!" sentak Arya, membuat keduanya mengendikkan bahu, tanda tidak mau ikut campur.

*****

"Ra, telapak tangan lo biar gue obatin, yah?" tawar Tyas.

Aurora menggeleng lalu tersenyum, "Kening kamu harus di obatin duluan."

"Haish lo berdua tuh, udah deh duduk aja di situ biar gue yang obatin luka lo berdua!" gemas Septy, lalu berjalan mendekati lemari P3K yang ada di UKS dan mengambil obat merah, kasa, dan juga kapas.

"Biar gue aja yang obatin lukanya Ora." pinta Sebastian, di angguki Septy.

Sebastian sedang fokus membersihkan telapak tangan Aurora yang terluka, Septy dan Tyas sedikit bingung melihatnya.

"Ukhum!" batuk Septy, membuat Aurora dan juga Sebastian menoleh.

"Gue sama Septy udah selesai, gue ke kantin duluan atau nung-"

"Duluan aja!" potong Sebastian, mendapat anggukan kikuk dari Septy dan Tyas.

Kepergian Septy dan Tyas membawa hening kembali di ruang UKS. Membuat suasana menjadi lebih awkard dari pertama kali mereka bertemu di pelataran cafe hari itu.

"Awh!" ringis Aurora, membuat Sebastian mendongak menatapnya.

Sebastian kembali menunduk, meniup luka di telapak tangan Aurora dengan lembut sehingga menghasilkan sensasi sejuk dari telapak tangan hingga ke seluruh tubuh Aurora.

"Bas!" panggil Aurora, yang hanya di balas gumaman.

"Ke kantin, yuk!" ajak Aurora.

Sebastian menatap Aurora dalam diam, membuat Aurora kikuk dan sedikit gelisah.

"Kenapa?" ucap Sebastian dengan suara serak.

"Hah?" bingung Aurora.

"Kenapa diam aja di perlakuin kayak gitu? Kenapa ngga ngelawan?"

"Ke kantin yuk, Bas!"

"Ra, lo tuh bisa membela diri lo sendiri. Tapi lo ga percaya diri, kan?" Aurora mengangguk.

"Apa yang buat lo ngga percaya diri?"

"Bas, aku ini cewek aneh dan lemah. Aku harus apa kalau mereka kasar sama aku? Melawan? Atau aku memperlakukan hal yang sama ke mereka?"

"Aku masih ngga cukup mampu untuk melakukan hal itu, Bas. Bahkan sebenarnya hanya untuk sekedar membela diri di hadapan mereka pun aku ngga mampu."

"Ya, kenapa?" desak Sebastian.

"Aku cuma anak panti asuhan, Bas. Kamu pasti tahu itu. Aku di sini karena beasiswa, dan aku ngga mau merusak pendidikan juga keberuntungan ku mendapat beasiswa hanya karena aku membela diri ku atau melawan mereka,"

"Aku cuma bisa diam. Selain itu, aku selalu mendoakan supaya mereka berubah. Aku selemah ini Bas kalau tanpa Septy dan Tyas." lirih Aurora, membuat Sebastian mengusap wajahnya kasar dan berdiri di hadapan Aurora.

Sebastian merengkuh tubuh Aurora, menguncinya di dalam pelukan hangat setelah pelukan milik Bunda. Aurora membalas pelukan itu, pelukan yang membuat dia merasa nyaman dan terlindungi.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang