Dua Puluh Delapan

432 36 13
                                    

Happy Reading 😊

Sebastian datang ke pusat informasi yang ada di kampusnya. Waktu menunjukan pukul lima sore, yang berarti bahwa kelas reguler yang ada di kampus ini telah usai dan digantikan dengan kelas karyawan yang sebentar lagi akan segera dimulai.

"Permisi, Bu..." sapa Sebastian ramah pada staff pusat informasi yang kini telah berganti orang yang masih cukup asing baginya.

"Ya, kamu siapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah, membuat Sebastian menghembuskan nafas lega karena yang tengah dihadapinya bukan merupakan staff yang terkenal dengan kejutekannya.

"Saya Sebastian, Bu, dari jurusan Hubungan Internasional,"

"Oh iya, silakan duduk. Ada apa, ya?"

"Bu, apa boleh saya mencari data salah satu mahasiswi yang ada di kampus ini?" tanya Sebastiann to the point, membuat staff tersebut sedikit terkejut.

"Memangnya ada keperluan apa?"

"Eumm, anu, Bu... Saya lagi cari teman saya yang udah lama banget ngga ketemu, terus siang tadi saya lihat dia ada di kampus ini, karena saya takut salah orang jadinya saya mau cari tahu tentang dia di tempat ini, Bu..."

"Wah maaf ya Mas Sebastian, data para mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Maharaja ini sangat dirahasiakan, dan apabila saya memberikan data tersebut itu artinya saya telah melakukan hal ilegal. Saya bisa dipecat, Mas..."

"Aduh gimana ya, Bu. Apa ngga bisa Ibu bantu saya aja untuk cari tahu? Saya janji ngga akan membocorkan hal ini, Bu. Gimana?"

Staff tersebut pun terlihat tengah berpikir keras, namun tak lama ia mengangguk, "Tapi saya cuma bisa memperlihatkan sekilas dan bukan memberikan soft copy data-datanya ya, Mas?"

Sebastian mengangguk paham, "Oh iya Bu ngga masalah."

Staff tersebut dengan segera membuka website resmi milik kampus dan sampailah ia pada kolom pencarian data diri mahasiswa. Sebastian diminta untuk menyebutkan nama orang yang tengah dicarinya, namun tidak ada mahasiswa yang sesuai dengan nama tersebut. Pada percobaan kedua, Sebastian diminta menyebutkan NIM¹ orang yang dicarinya namun sayang Sebastian tidak mengetahui NIM tersebut.

"Aduh, Bu... Ada pilihan pencarian yang lain nggak, ya?" tanya Sebastian sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Ada, Mas. Kolom pencarian melalui jurusan,"

Sebastian diam untuk berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk mantap, "Coba Bu, cari di jurusan Sastra Indonesia,"

Staff tersebut mengangguk patuh, lalu memperlihatkan layar komputer yang menampilkan sederet nama mahasiswa dan mahasiswi yang ada di jurusan Sastra Indonesia kepada Sebastian, yang dilihat Sebastian dengan sangat teliti agar tidak terlewat satu nama pun.

****

Sudah hampir seminggu Sebastian berurusan dengan pihak staff kampus yang berbeda-beda hanya untuk mencari tahu mengenai gadis yang ia duga sebagai Aurora.

Selama seminggu itu pula ia menunggu Aurora melewat tempat yang sama di mana kali pertama ia melihatnya kala itu, namun gadis yang ia duga sebagai Aurora tidak kunjung terlihat bahkan sampai saat ini.

"Lo sepenasaran itu sama cewek yang pernah lo liat?" tanya Ghani sambil memberikan segelas kopi dari brand ternama kepada Sebastian.

"Gue yakin banget dia Aurora,"

"Kalau dia bukan Aurora?" tanya Ghani telak membuat Sebastian terdiam dalam waktu yang cukup lama.

Tak lama dari itu, sosok yang ditunggunya akhirnya datang melewati tempat mereka duduk. Hal itu tentu saja membuat bukan hanya Sebastian yang terkejut, tapi juga Ghani yang ada di sebelahnya.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang