Bagian : Dua

2.9K 217 3
                                    

II: Gadis dengan Sepeda Listrik

☔☔☔

"Mengapa kamu menarik? Lalu, kenapa pula tiba-tiba aku tertarik?"

-Sebastian Rasyafaldi-

☔☔☔

Karena tuan Rasyafaldi sedang tidak bisa mengantar Shierah ke sekolahnya, jadilah hari ini tugas mengantar Shierah ke sekolah diberikan kepada Sebastian.

Padahal jarak antara sekolah Shierah dan juga sekolah Sebastian cukup jauh.

"Hampir aja Babas telat, ya Allah," ujar Sebastian sesaat setelah memarkirkan kuda besinya.

"Mang Deden sakedap wae atuh Mang (Mang Deden sebentar dulu Mang), bentar atuh ish, ini Eneng ngebut nih," teriak seorang gadis yang mengendarai sepeda listrik, saat mang Deden--satpam di SMA Global Karya Bandung--akan menarik gerbang sekolah.

"Ih si Eneng mah, terlambat wae, hayu atuh cepetan!" perintah mang Deden membuat gadis tadi mempercepat laju sepeda listriknya.

Saat sampai di dalam sekolah, gadis itu menyempatkan bersalaman dengan mang Deden dan mengucapkan selamat pagi, membuat mang Deden dan siapa pun yang mendengarnya akan tertular senyum manis dari gadis tersebut.

"Mm ... permisi," ucap gadis tadi dengan halus kepada Sebastian yang masih menatapnya dengan takjub.

"Punten Kang (Permisi Kang)," tegur gadis itu lagi dan membuat Sebastian sedikit tersentak.

"Eh, iya aduh sorry, kenapa?" tanya Sebastian gugup.

"Punten Kang, saya mau parkir selis saya di sini," lanjut gadis itu masih dengan suara lembut, tetapi dengan kepala yang sedikit tertunduk.

"Hah selis itu siapa? Kok pake lo parkir segala? Udah kayak motor sama mobil aja."

"Selis Kang, sepeda listrik, itu singkatannya. Punten yah" jelasnya kepada Sebastian, membuat Sebastian mengangguk mengerti dan sedikit menyingkir untuk memberi gadis tadi jalan.

Setelah memarkirkan selis -nya di samping motor ninja milik Sebastian, gadis berwajah oriental tadi segera pergi tanpa menoleh lagi kepada Sebastian yang masih memperhatikannya.

"Liatin apaan lu, Bas?" tanya Ghani kepada Sebastian sambil mengikuti arah pandangnya.

"Oh, dia?" tanya Ghani lagi dan kali ini Sebastian mengangguk lalu menoleh kepadanya.

"Lo kenal dia?"

"Eh Kin, Sebastian ternyata ngeliatin si cewek aneh itu" ledek Ghani.

"Cewek aneh? Oh cewek yang ngga pernah keluar kelas itu? Anak kelas Bahasa?" tanya Kinarya yang sudah berdiri di antara kedua sahabatnya.

"Anak kelas Bahasa? Terus, siapa nama dia? Manis banget, pasti namanya juga," puji Sebastian tulus.

"Ngigo maneh (kamu), hah?" tanya Ryan salah satu sahabat Sebastian yang asli orang Bandung.

"Ada apaan sih sama dia emangnya?" tanya Sebastian heran.

"Nanti gue ceritain pas jam istirahat, sekarang ke kelas dulu atau lo semua kena hukuman dari Pak Sultan," ajak Ghani kepada para sahabatnya.

☔☔☔

"Buruan ceritain tentang cewek itu yaelah, bikin Bang Babas penasaran aja nih!" desak Sebastian kepada para sahabatnya.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang