Bagian : Sembilan Belas

1.7K 126 8
                                    

Happy Reading 😊

"Bunda maaf, Zhu telat. Hehe," ucap Zhu dengan nafas yang sedikit terpenggal akibat berlari dari kemacetan di kota Bandung yang sebenarnya sangat jarang sekali terjadi.

"Minum dulu," ucap Bunda yang diangguki Zhu dengan cepat.

Seperti yang sudah disepakati kemarin, Bunda Al benar-benar mengajak Aurora bertemu untuk membicarakan hal yang katanya sangat penting.

Mereka berjanjian di cafe ini, cafe yang sama saat pertama kali Sebastian dan Aurora bertemu. Tapi saat sedang menuju perjalanan untuk sampai ke cafe ini, disebuah jalan yang akan dilewati Aurora dan supir pribadi mamanya, ada kecelakaan yang menyebabkan kemacetan. Jadi, Aurora memutuskan untuk berlari karena menurutnya jarak antara kemacetan dan cafe ini sudah cukup dekat.

"Ngga bawa selis?" tanya Bunda Al lagi setelah melihat Aurora selesai meminum kopi yang sudah dipesankannya khusus untuk gadis itu.

Aurora meringis,"Ngga, Bun." jawabnya yang diangguki Bunda Al.

Setelah tinggal dengan kelurga kandungnya, Auroa sudah tidak bisa sebebas saat tinggal di panti dulu. Sekarang kalau dia ingin pergi ke manapun, harus selalu ada yang mengantarnya. Entah itu Arya, Willy, atau supir pribadi mamanya sekalipun.

"Jadi, Bunda mau ngomongin apa ya?" tanya Aurora akhirnya, karena sedari tadi mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sebentar ya, Zhu. Masih ada yang harus kita tunggu," Aurora mengangguk mengerti dan membiarkan saja Bunda Al sibuk dengan ponsel ditangannya, sedangkan Aurora sibuk mengenang awal perkenalannya dengan pemuda aneh itu.

Tak lama dari situ, tiga orang pria yang diperkiran sudah berumur dua puluh tahunan memasuki cafe dan menghampiri meja yang ditempati oleh Bunda Al dan juga Aurora.

Aurora hanya diam menatap keakraban Bunda Al dengan ketiganya. Sampai akhirnya Bunda Al mengenalkan dirinya kepada tiga orang itu, yang baru diketahui oleh Aurora kalau mereka adalah fotografer dan timnya yang sudah sangat terkenal dan berbakat.

"Oh iya Fan, ini Aurora tapi sering Bunda panggil Zhu. Gimana menurut kamu?"  pria yang dipanggil 'Fan' menatap Aurora sekilas dan meminta Aurora berdiri sejenak yang dengan wajah bingung tetap mengiyakan permintaannya.

"Cantik Bun. Natural." jawab temannya yang bernama Naufal.

Bunda Al mempersilahkan mereka untuk duduk dan memesan minuman yang mereka inginkan sebelum membicarakan ini lebih jauh.

"Jadi Ra, kamu udah tau kan kalau Bunda lagi cari model untuk projek baru di butik Bunda?" terlihat Aurora mengangguk ragu sambil menatap Bunda Al.

"Bunda mau kamu yang menggantikan peran Darra. Kamu setuju, kan?" Aurora terbatuk saat mendengar penawaran yang diberikan Bunda Al.

"Ma-maksudnya, Bun?"

"Kamu yang jadi model barunya Bunda,"

"Tap-tapi aku kan ngga bisa Bun,"

"Nanti kami bantu kok, Ra." ucap Sean membuat Aurora berpikir sejenak.

Aurora beralih menatap pria berumur dua puluh empat tahun yang diketahuinya bernama Sean. Aurora meringis dan menunduk sebelum akhirnya dia mengangguk membuat keempat orang di hadapannya tersenyum sumringah.

"Tapi, aku bilang Mama sama Papa dulu, ya?"

Bunda Al mengangguk sambil memegang tangan Aurora lembut, "Iya sayang."

Tak lama dari situ, terlihat Sebastian dan juga Shierah yang sedang sibuk merebutkan kicimpring¹ yang baru saja mereka beli.

"Tadi disuruh beli ngga mau! Resek banget sih!"

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang