Dua Puluh Enam

641 48 4
                                    

Happy Reading 😊

"Seorang fotografer kelas dunia 'Ocean Benua' ditangkap pihak kepolisian karena terbukti melakukan pelecehan seksual serta pencemaran nama baik pada seorang model yang sedang naik daun."

"Sial! Bisa ancur reputasi nama majalah gue kalau begini terus headnews -nya!" umpat Fandi kesal, sedangkan Naufal masih fokus membaca sebua berita dari media online yang tadi ditunjukkan oleh sahabat karibnya itu.

"Reputasi lo ngga akan rusak, bro..." ucap seseorang sambil berjalan masuk ke ruang kerja pria itu.

"Ada urusan apa nih seorang Willy Gabriel sampai datang ke perusahaan majalah gue?"

"Gue butuh bantuan lo untuk juga ngancurin nama model kesayangan lo dulu,"

Fandi dan Naufal saling berbagi tatap dengan raut kebingungan, "Semuanya udah terencana. Antara Sean dan Darra bahkan lebih deket dari sekedar rekan kerja. Mereka sering ngesex di manapun dan kapanpun ada kesempatan. Semua yang dilakuin Sean juga gara cinta ke Darra, tapi dia dimanfaatin,"

"Terus lo mau apa?"

"Bajingan perempuan itu sama menderitanya kayak Sean..."

"Lo dendam banget sama dia?" tanya Naufal memastikan, karena dari yang ia tahu, Willy pun pernah hampir mendekatinya

"Yang disakitin itu adik gue, bangsat!" teriak Willy kencang, tangannya memukul tembok di sampingnya hingga berdarah.

"Woy bos tahan... Jangan ngancurin kantor gue juga lah!" seru Fandi panik, lalu membawa Willy duduk di sofa yang tersedia.

"Adik gue ngga salah. Gue yang salah. Gue yang dosa. Gue sadar sama hal itu. Tapi kenapa malah Aurora yang dapat balasannya?" ucapnya lirih sambil menangis, membuat kedua pria yang melihatnya itu menjadi kebingungan sendiri.

"Ekhem. Btw, keadaan Aurora gimana?" tanya Naufal berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Dia akan dibawa ke Italia sama nyokap dan bokapnya..."

*****

Sebastian tengah berlari di lorong rumah sakit secepat yang pria itu mampu. Setelah mendengar sendiri semua kenyataannya, ia memilih tidak ingin membuang-buang waktu lagi untuk meminta maaf pada gadis yang masih sangat dicintainya.

"Bas, dengerin penjelasan aku dulu!" seru Darra kencang, sambil menarik lengan Sebastian hingga ia berbalik menatap gadis itu.

"Murahan. Penjelasan lo ngga berguna bagi gue! Masih untung lo ngga gue penjarain!" serunya kesal lalu meninggalkan Darra yang sedang menunduk malu karena dilihat oleh para pengunjung rumah sakit.

Sebastian sampai di depan kamar tempat Aurora dirawat. Tanpa basa-basi ia langsung membuka pintunya dengan kasar, dan yang ada di dalamnya hanyalah seorang suster yang tengah merapihkan brankar tempat Aurora terbaring tanpa ada gadis itu di sana.

"Suster, pasien yang di kamar ini ke mana?"

"Oh, tadi sekitar setengah jam lalu sudah dibawa pulang oleh keluarganya, Mas..."

"Pulang? Memang dia sudah sadar?"

"Belum, Mas. Tapi kedua orang tuanya ingin membawanya ke rumah sakit yang ada di Italia untuk ditangani lebih lanjut." ucap suster itu, membuat Sebastian tercekat dan melemah. Meski begitu, ia tetap berusaha berlari menyusul Aurora menuju bandara.

Di dalam mobil, tak henti-hentinya ia mencoba menghubungi Arya atau juga Tyas. Akan tetapi hasilnya nihil. Kontak keduanya tidak aktif, hal itu membuat Sebastian kebingungan harus bagaimana lagi.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang