Bagian : Tiga Belas

1.6K 148 13
                                    

Happy Reading😊

"Kamu tuh ngapain segala ngelempar gucinya Tante Salma?!" seru Sindy kesal sambil memakan cemilannya.

Willy menatap Maminya yang masih asik dengan cemilan dan juga minuman dingin di dekatnya.

"Willy kamu denger Mami ngga, sih?!" sentak Sindy kesal karena tak urung mendapatkan jawaban dari anaknya.

"Denger Mami astaga, ngga perlu teriak-teriak juga dong, kuping Willy masih nyangkut ini Mih sama kepala,"

Sindy berbalik untuk menatap putra tunggalnya itu, "Ya terus kenapa kamu mecahin guci Tante Salma?" tanyanya membuat Willy menghembus nafas malas.

Sindy beralih kepada Arya yang masih saja sibuk dengan ponselnya, "Arya!" tegurnya membuat Arya terkejut dan langsung duduk dengan tegak.

Arya menatap Sindy takut-takut. Karena dibandingkan dengan Mamanya, Sindy jauh lebih galak bahkan kepada Arya sekalipun.

"Kenapa?" tanya Sindy tegas membuat Arya hampir saja membuka mulutnya dan langsung disekap oleh Willy, membuatnya susah bernafas.

Salma menghembuskan nafas malas sebelum mewakili keduanya untuk menjawab, "Gara-gara Arya ngaku kalau Arya yang udah ngaduin Willy ke guru saat Willy ketauan ciuman di sekolah." jawab Salma santai membuat Sindy membelalak.

"Trus kenapa kamu harus marah, Wil?"

Willy menoleh menatap Maminya, "Ih Mami, gara-gara dia aku jadi putus dan dipindahin ke pesantren, gara-gara dia aku jadi bully orang ngga bersalah, gara-gara dia-"

"Nyalahin orang! Salah sendiri kamu nyium anak orang di sekolahan, malu-maluin aja!" ucap Sindy kesal memotong kalimat Willy, membuat Willy mencebik sedangkan Arya sudah terbahak di sebelahnya.

"Emang kalau bukan di sekolah, di mana lagi Teh?" tanya Ricardo sambil meletakkan kopernya di sebelah sofa, membuat semua yang ada di sana terkejut senang.

"Ya di hotel kek, atau apartement kek-"

"Sindy!" tegur Gabriel membuat Sindy meringis.

Salma dan Sindy langsung menghampiri suami mereka, bermesraan di hadapan anak-anak sudah tidak membuat mereka canggung lagi. Walau kadang Arya atau juga Willy protes akan hal itu.

"Katanya nanti malem kenapa lebih cepet?"

"Ya ngga papa." jawab Ricardo sedikit cuek.

"Aku belum masak. Teh, ayo ke supermarket!" ajak Salma sambil membawakan barang-barang milik Ricardo ke kamar mereka, lalu menuju lantai atas untuk membangunkan Aurora yang tadi dipaksa tidur olehnya.

"Ra, bangun Nak!" Aurora mengucek matanya terlebih dulu sebelum benar-benar membukanya dan tersenyum saat melihat Salma di hadapannya.

"Iya, Mah?"

"Papa pulang. Kita ke supermarket ya untuk belanja." ajaknya yang diangguki Aurora. Dengan segera Aurora mencuci wajahnya dan turun bersama Salma ke ruang tamu.

Ricardo langsung berdiri saat melihat siapa yang sedang berjalan di sebelah istrinya. Belum sampai mereka di undakkan tangga terakhir, Ricardo sudah berlari untuk memeluk putri cantiknya, sedangkan Aurora hanya bisa tersenyum di balik pelukan mereka.

Ricardo membawa Aurora ke hadapan kakak iparnya, Sindy yang baru menyadari siapa Aurora pun tak urung ikut memberikannya pelukan hangat, sedangkan Gabriel hanya mampu tersenyum sambil mengusap puncak kepalanya.

"Itu tuh yang Willy bully gara-gara Arya!" seru Willy malas membuat Gabriel dan Sindy menatap Willy tajam.

"Eh jangan salahin Willy doang dong! Salahin Arya juga tuh, siapa suruh lempar batu sembunyi tangan, jadinya Willy salah bully kan!"

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang