Bagian : Sembilan

1.9K 143 9
                                    

Happy Reading😊

Aurora melepas pelukan mereka lebih dulu dan menatap Sebastian sambil tersenyum manis. Dia menyentuh pipi Sebastian lembut, membuat Sebastian memejamkan matanya karena merasakan sensasi hangat menjalar di pipinya.

"Jangan sayang sama aku, Bas." ucap Aurora pelan dengan mata berkaca-kaca, membuat Sebastian membuka matanya dan menatap Aurora bingung.

"Aku ngga punya apa-apa, aku gadis aneh, aku pembawa sial, aku-"

"Aku terima kamu sebagaimana mestinya, Ra. Kamu ngga harus benar-benar menjadi Aurora yang ada di langit Eropa untuk menarik perhatianku, cukup jadi diri kamu sendiri." jelas Sebastian memotong ucapan Aurora sambil memegang jemari Aurora yang masih berada di pipinya.

"Kita baru dua kali ketemu, Bas, gimana bisa kamu suka dan bahkan sayang sama aku secepat ini?"

"Bagiku semua yang membutuhkan proses itu tidak berlaku, aku sayang kamu tanpa perlu melewati proses-proses lainnya. Ini keajaiban perasaan yang Tuhan kirim kan, Ra, dan aku ngga bisa ngebantah lagi."

"Aku ngga bisa pacaran sama kamu-"

"Hey, aku ngga ngajak kamu pacaran!" seru Sebastian memotong ucapa Aurora lagi, membuat Aurora menatapnya bingung, karena kalimatnya barusan.

"Aku ngga ngajak kamu pacaran, aku hanya menyampaikan tentang perasaan aku. Tapi bukan berarti aku main-main, aku hanya mau semua proses yang dibutuhkan orang-orang untuk jatuh cinta, juga bisa kamu rasakan. Kamu harus mencintai aku dulu, baru kita pacaran. Untuk sekarang?" jelasnya menjeda kalimat selanjutnya, membuat Aurora menunggu.

"Aku dan kamu adalah apapun yang lebih dekat dari sekedar teman, tapi kita juga bukan sepasang kekasih,"

"Aku ngga ngerti, Bas."

"Ngga perlu dimengerti, jalani aja sebagaimana mestinya." jawab Sebastian lalu mengecup kening Aurora sekilas.

"Aku masuk dulu-"

"Aku bantu bawa belanjaan, ya?" pinta Sebastian yang diangguki Aurora.

Aurora turun dari mobil dan mendahului Sebastian untuk masuk ke dalam Panti Asuhan. Sedangkan Sebastian membantu Aurora membawa barang-barang belanjaan yang tadi dibelinya di supermarket.

"Assalamualaikum, semuanya!" seru Aurora senang membuat semuanya menoleh dan tersenyum sambil menjawab salam dari Aurora.

"Waalaikumssalam, Ra." jawab Bu Hikmah -Pemilik serta pengurus Panti Asuhan Kasih.

Aurora menghampiri Bu Hikmah lalu mencium punggung tangannya, "Ibu udah makan?"

Bu Hikmah mengangguk sambil menatap Sebastian yang sedang kesusahan membawa belanjaan Aurora yang begitu banyak, "Sudah, Ra. Omong-omong, itu siapa, ya?"

Aurora mengikuti arah pandang Bu Hikmah dan terkekeh, "Sebastian, Bu. Teman Ora di sekolah." jawabnya sambil menghampiri Sebastian dan membantunya membawa barang belanjaan.

"Daritadi kek, Ra!" ucap Sebastian membuat Aurora tertawa sambil mengacak rambutnya yang sedikit berjambul.

"Udah sana kamu pulang!"

"Kamu ngusir?"

"Ngga, maksudnya supaya kamu istirahat aja,"

"Itu siapa, Ra?" tanya Sebastian menunjuk Bu Hikmah menggunakan lirikan mata, menghiraukan perintah Aurora yang memintanya pulang.

"Bu Hikmah, pemilik dan pengurus panti ini,"

"Aku mau kenalan!" ucapnya sambil melangkah pelan namun dengan cepat Aurora menarik kerah seragam bagian belakangnya membuatnya terhuyung.

Si Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang