Happy Reading😊
Aurora berjalan menjauhi tempat Sebastian dan juga Darra. Aurora tahu diri. Aurora tahu dia bukan siapa-siapa Sebastian, jadi dia memilih membiarkan mereka menyelesaikan apa yang harus diselesaikan di antara mereka, walau Aurora sedikit cemburu.
Aurora berjalan pelan menuju kelasnya. Sudah biasa baginya menerima tatapan aneh dari murid-murid lain. Aurora sudah kebal. Karena memang itu lah dirinya.
Satu tahun sebelumnya …
Gadis manis yang rambutnya di kepang menjadi dua bagian itu tengah tersenyum senang kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
Aurora terbiasa datang pagi hari, dulu dia belum berpikiran untuk membantu Pak Atok di kantin, dia juga belum berpikiran untuk menitipkan dagangannya kepada Ibu yang mengelola kantin di sekolahnya.
Aurora memilih menjual sendiri semua kue-kue basah yang diambilnya dari salah satu produsen kue di Bandung, tanpa bantuan siapapun.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Sampai sebuah kejadian membuatnya di cap sebagai gadis aneh hingga saat ini.
Saat itu, sahabatnya yang bernama Tyas tengah menjalin hubungan romantis dengan salah satu siswa tertampan di sekolah ini. Hubungan mereka harmonis dan selalu baik-baik saja, membuat semua yang melihatnya merasa iri dengan hubungan mereka.
Sampai suatu hari, Tyas memilih memutuskan hubungannya dengan Arya di hadapan semua orang. Alasannya hanya satu, dan hanya mereka yang tahu.
Arya yang tidak terima pun semakin gencar untuk membuat Aurora tidak betah sekolah di sini, sekalipun dia sekolah dengan menggunakan beasiswa, Arya tidak perduli dengan hal itu. Yang dia tahu, dia hanya tidak suka dengan Aurora, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Aurora adalah adiknya.
Satu hari, Aurora kembali pulang sore sekali, sebelum dia menuju parkiran untuk mengambil sepeda listriknya di parkiran motor sekolah. Dia memilih untuk mengambil sebuah tempat kue yang biasa dia jual sendiri ke kelas-kelas lain.
Biasanya Aurora hanya akan meletakan kuenya di salah satu meja kelas, dan orang-orang yang ingin membelinya tinggal mengambil sesuai keinginannya dan meletakkan uangnya di tempat yang dia sediakan.
Dibohongi? Ditipu? Dia tidak takut akan hal itu, dia membiarkan mereka melakukan kebohongan dan membiarkan Tuhan yang membalas. Kalau ada yang seperti itu, sudah pasti Aurora rugi dan harus menggantinya dengan uang tabungannya, tapi mau bagaimana lagi, saat itu dia belum diizinkan berjualan di sekolah ini, mereka yang mau membeli kuenya pun berjanji untuk tutup mulut asal dibiarkan berhutang. Dan Aurora setuju.
Kelas pertama yang Aurora datangi adalah kelas dua belas IPS. Kelas yang berisi kakak kelas yang paling jahil baik laki-laki maupun perempuan. Tapi Aurora tidak gencar, meski jahil, mereka semua menyukai kue basah yang Aurora jual, dan kelas itu salah satu kelas dengan murid yang jujur saat membeli kue Aurora.
Aurora sampai di kelas itu, dan tanpa mengetuk pintu lagi, Aurora segera masuk ke dalam kelas yang menurutnya sangat sepi, hal itu membuat dua sejoli yang sedang berciuman mesra di depan papan tulis terkejut saat melihatnya berdiri mematung di sana.
"Ngapain lo?!" tanya kakak kelasnya yang laki-laki, yang perempuan sibuk merapihkan kembali seragamnya yang berantakan entah karena apa.
"A…aku, aku mau ambil tempat kue, Kak." cicitnya dengan wajah ketakutan.
Si perempuan mengambilkan tempat kue Aurora dan segera memberikannya kepada Aurora.
"Nih. Pergi sana! Awas lo ngadu sama guru-guru!" ancamnya membuat Aurora takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Hujan
Teen FictionAmazed cover by @Coocacolla Ini kisah tentang dia. Gadis manis pendiam yang ternyata menyukai hujan. Gadis manis penuh misteri yang ternyata sangat ceria saat berhadapan dengan anak-anak kecil. Gadis manis pemalu yang ternyata menyimpan banyak luk...