Day 1

4.8K 434 53
                                    

Jeongyeon menatap kertas kecil di tangannya. Di secarik kertas kecil tersebut tertulis sebuah nama kafe yang saat ini kafe tersebut sedang Jeongyeon tatap dari dalam mobilnya. Gyu's Cafe.

Jeongyeon menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan semua keberaniannya. Inilah saat yang ia tunggu sejak 1 tahun lalu, sejak Nayeon pergi meninggalkannya.

Jeongyeon keluar dari mobilnya dan langsung melangkahkan kakinya dengan tegas memasuki kafe tersebut. Matanya kini sedang menelusuri setiap sudut kafe hingga akhirnya matanya berhenti di tempat kasir kafe tersebut.

"Nayeon.."

Wanita yang sangat dirindukan oleh Jeongyeon kini sedang tersenyum sumringah ke arah pelanggan yang sedang ia layani. Dengan gigi kelinci yang menghiasi senyumnya membuat senyum itu begitu menggemaskan bagi Jeongyeon. Jeongyeon tidak bisa menghentikan euforia di dalam hatinya saat ia kembali melihat wanitanya yang sudah setahun ini menghilang.

Dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Jeongyeon berjalan ke arah kasir. Ia mengantri di barisan para pelanggan. Ia benar-benar sudah tidak sabar untuk kembali menyapa belahan jiwanya tersebut.

Hingga akhirnya giliran Jeongyeon tiba,

"Selamat siang, selamat datang di-" ucapan Nayeon terhenti tatkala melihat sosok yang ada di hadapannya. Senyum sumringah yang tadi Jeongyeon lihatpun kini telah lenyap, tergantikan oleh tatapan intens mematikan dari Nayeon.

"Nayeon, aku-" belum sempat Jeongyeon menyelesaikan kalimatnya, Nayeon sudah memotong ucapannya dengan kalimat yang amat sangat menyakitkan bagi Jeongyeon.

"Bisakah kau meninggalkan tempat ini sekarang? Aku sangat tidak nyaman melihatmu."

Seketika tubuh Jeongyeon menegang. Ia tidak menyangka akan mendapat respon seperti itu dari Nayeon. Senyum bahagianya kini juga telah lenyap, tergantikan sebuah senyum getir akibat menahan sakit hatinya.

"Nayeon, aku mohon. Kita harus bicara." ucap Jeongyeon dengan lembut, berusaha meluluhkan hati Nayeon.

"Kau yang pergi, atau aku yang pergi?!" ucap Nayeon dengan tegas.

"Nayeon, aku mohon-"

"Baiklah. Aku rasa, aku yang harus pergi. Permisi." Nayeon melepaskan apronnya lalu pergi meninggalkan Jeongyeon begitu saja.

"Nayeon!" Jeongyeon berusaha mengejar Nayeon, namun tertahan oleh pegawai lain.

"Maaf, Tuan, ruangan ini hanya untuk para pegawai. Anda tidak diperbolehkan masuk." Jeongyeon meremas rambutnya frustasi lalu meninggalkan kafe itu dengan lemas. Ia kini memilih menunggu Nayeon dari dalam mobilnya.

1 jam lebih Jeongyeon menunggu sambil mengamati pintu masuk kafe, namun Nayeon tidak kunjung keluar. Hingga akhirnya penantiannya terjawab saat melihat Nayeon keluar dari pintu lain kafe tersebut lalu memasuki sebuah mobil mewah.

"Mobil siapa itu?" lirih Jeongyeon. Tanpa pikir panjang, ia mengikuti mobil tersebut secara diam-diam. Hingga akhirnya, mobil mewah tersebut berhenti di sebuah rumah kecil sederhana. Jeongyeon pun memakirkan mobilnya tidak jauh dari rumah tersebut.

Betapa kagetnya Jeongyeon saat melihat Nayeon keluar dari mobil bersama seorang pria yang tidak Jeongyeon kenal. Pria itu membukakan pintu untuk Nayeon dan tersenyum manis ke arahnya. Dan sialnya, Nayeon membalas senyum tersebut.

Hati Jeongyeon benar-benar terbakar api cemburu melihat pemandangan di depannya. Ia menggenggam kemudi kuat-kuat mengalirkan amarahnya.

Setelah bercengkrama sebentar, akhirnya pria tersebut kembali memasuki mobilnya dan meninggalkan Nayeon di depan rumah. Nayeon pun mulai masuk ke dalam rumah tersebut. Tanpa pikir panjang, Jeongyeon berlari menghampiri Nayeon dan menahan tangan Nayeon saat Nayeon akan masuk ke dalam rumah.

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang