"Selamat pagi! Selamat datang di Kim's Florist!"
"Selamat pagi, Ahjumma!" ucap Sana membalas sambutan dari Ahjumma dengan semangat.
"Ada yang bisa kubantu, nona cantik?" tanya Ahjumma dengan lembut pada Sana.
"Ah, aku belum sempat memperkenalkan diriku pada Ahjumma. Namaku Sana, aku adik sepupu dari Mingyu Oppa, pemilik kafe di seberang sana. Aku diperintahkan oleh Nayeon Unnie untuk memesan paket bunga seperti biasanya."
"Oh, kau sangat cantik, Sana. Sama seperti Nayeon." puji Ahjumma pada Sana sambil menunjukkan senyum terhangatnya.
"Terima kasih, Ahjumma. Kau juga masih tetap cantik dan bersinar dengan aura hangatmu, Ahjumma." balas Sana memuji Ahjumma.
"Aish! Kau pandai sekali membuat pipi wanita tua ini merona." ucap Ahjumma dengan tersenyum cerah sambil menepuk-nepuk kecil pipinya yang merona, membuat Sana tertawa kecil melihatnya.
"Sebentar, ya, akan aku siapkan pesananmu. Kau tunggu saja dulu di kursi itu, aku akan memanggil Jeongyeon untuk membantu menyiapkan pesananmu." ucap Ahjumma sambil menunjuk sebuah kursi tunggu yang ada di dalam toko. Kursi yang biasanya digunakan Nayeon untuk menunggu pesanannya.
"Ah, memangnya Jeongyeon Oppa berada dimana, Ahjumma?"
"Kau mengenal Jeongyeon?" tanya Ahjumma sedikit bingung saat mendengar Sana menanyakan tentang keberadaan Jeongyeon.
"Iya, aku sudah beberapa kali bertemu dengan Jeongyeon Oppa. Saat pertama kali aku kesini untuk memesan bunga, Jeongyeon Oppa yang melayaniku karena saat itu Ahjumma sedang pergi." jelas Sana.
"Ah, begitu rupanya. Dia tidak macam-macam denganmu, kan?"
"Macam-macam? Ah, tentu saja tidak, Ahjumma. Memangnya kenapa Ahjumma bertanya seperti itu?" tanya Sana penasaran.
"Dia sempat bertanya-tanya soal Nayeon, jadi kupikir dia menyukai Nayeon. Padahal, mereka baru saja kenal. Aku takut jika dia juga mendekatimu,"
"J-jeongyeon Oppa menyukai Nayeon Unnie?!" batin Sana.
Melihat Sana hanya diam dan melamun, membuat Ahjumma kembali berbicara, "Tapi aku rasa Jeongyeon tidak akan macam-macam dengan mendekati Nayeon ataupun dirimu. Aku pikir dia anak yang baik."
"Ah, i-iya, Ahjumma. Jeongyeon Oppa sangat sopan dan baik. Dia tidak pernah berbuat macam-macam atau yang aneh-aneh."
"Syukurlah. Aku jadi semakin mempercayainya. Yasudah, kalau begitu, aku akan ke gudang untuk memanggil Jeongyeon dan menyiapkan pesananmu. Kau tunggu disini saja, ya." Sana hanya mengangguk menjawab ucapan Ahjumma. Sedangkan Ahjumma, sudah berjalan menuju gudang toko untuk memanggil Jeongyeon dan untuk menyiapkan pesanan Sana.
°°°
"Terima kasih Oppa sudah membantuku." ucap Sana sesaat setelah Jeongyeon selesai membantunya menata bunga di kafe. Kini Sana mengantar Jeongyeon sampai ke depan pintu kafe.
"Sama-sama, Sana. Tapi ngomong-ngomong, kenapa baru dirimu dan beberapa pekerja yang ada disini? Nayeon dan kakak sepupumu tidak ada?" tanya Jeongyeon hati-hati agar tidak terlalu mencolok menanyakan tentang keberadaan Nayeon dan Mingyu pada Sana.
"Nayeon Unnie dan Mingyu Oppa belum datang. Kata Mingyu Oppa, ia akan menjemput Nayeon Unnie di rumahnya. Entahlah, aku tidak tau kenapa mereka datang terlambat. Aku hanya diperintahkan untuk membuka toko dan memesan bunga seperti biasanya." jelas Sana. Jeongyeon hanya diam mendengar penjelasan Sana. Pikirannya kini dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang kenapa Nayeon belum datang bersama Mingyu.
"Apa yang mereka lakukan berdua sehingga terlambat?" batin Jeongyeon.
"Oppa!"
"Ah, iya, Sana? Ada apa? Kenapa berteriak?"
"Aku sudah memanggilmu tiga kali, namun kau terus saja melamun. Ada yang menggangu pikiranmu, Oppa?"
"T-tidak, tidak ada apa-apa."
"Ngomong-ngomong, aku sangat senang kemarin bisa bermain bersama Leo. Kapan-kapan, apa aku boleh kembali menghabiskan waktu bersama Leo?" tanya Sana dengan semangat. Membuat Jeongyeon tersenyum kecil.
"Tentu saja boleh, Sana. Leo juga terlihat sangat menyukai dirimu."
Entah kenapa, ucapan Jeongyeon yang sebenarnya sederhana, berhasil membuat pipi Sana merona.
"B-benarkah?"
"Iya. Kemarin setelah sampai di rumah, ia memintaku untuk kapan-kapan bermain lagi bersamamu." jawab Jeongyeon.
Pipi Sana semakin merona. Entah kenapa ia merasa bahagia saat anak dari Jeongyeon menyukai dirinya.
"Hey, Sana!"
Jeongyeon dan Sana menengok ke seseorang yang memanggil Sana. Ternyata, itu adalah Mingyu yang baru saja sampai di kafe. Dan tentunya, ada Nayeon yang berdiri di samping Mingyu.
"Wah wah wah, hari masih pagi namun kalian sudah menunjukkan keromantisan kalian. Akhirnya Mingyu Oppa sukses menjemput Nayeon Unnie tanpa harus menggunakan embel-embel pekerjaan." goda Sana pada kakak sepupunya tersebut. Hal itu membuat pipi Mingyu merona menahan malu di depan Nayeon. Sedangkan Nayeon, ia hanya melirik sekilas ke arah Jeongyeon, namun kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Mingyu, Sana, aku masuk duluan, ya. Aku ingin bersiap-siap." tanpa menunggu jawaban Mingyu atau Sana, Nayeon sudah berjalan memasuki kafe, meninggalkan 3 orang di sana yang bingung menatap sikap dingin Nayeon.
"Aish! Lihat, Nayeon jadi marah! Awas kau, Sana!" geram Mingyu kemudian langsung masuk menyusul Nayeon. Ia mengira, Nayeon marah karena telah digoda oleh Sana.
"Aish! Kenapa jadi aku yang salah?"
"Ah, Sana, aku juga ingin kembali ke toko. Aku permisi, ya." tanpa menunggu Sana menjawab, Jeongyeon sudah melangkahkan kakinya meninggalkan kafe, meninggalkan Sana yang semakin bingung dengan keadaan.
"Aish! Kenapa semua orang tiba-tiba menjadi aneh?!"
°°°
Jeongyeon sedang duduk di sebuah bangku depan toko bunga tempat ia bekerja. Pekerjaannya di toko bunga telah selesai. Dirinya kini sibuk menatap kafe di seberang toko bunga, kafe tempat Nayeon bekerja. Dari kaca jendela kafe, dapat terlihat Nayeon yang sedang bersiap untuk pulang.
Jeongyeon memperhatikan setiap gerak-gerik Nayeon sambil pikirannya menerka-nerka tentang sikap dingin Nayeon pagi hari tadi. Pikiran Jeongyeon kini dipenuhi tentang Nayeon yang bersikap dingin padanya, tentang Nayeon yang pagi ini berangkat bersama Mingyu, tentang Nayeon yang pagi ini lebih memilih menyuruh Sana untuk memesan bunga. Semua pemikiran itu menimbulkan 1 pertanyaan besar di kepala Jeongyeon, "Ada apa dengan Nayeon?"
Nayeon kini telah bersiap untuk pulang. Dirinya keluar dari kafe sembari menutup pintu kafe. Jeongyeon yang melihat itu pun langsung berinisiatif menghampiri Nayeon.
"N-nayeon." panggil Jeongyeon, membuat Nayeon membalikkan tubuhnya menghadap Jeongyeon.
"Jeongyeon? Ada apa?" tanya Nayeon dengan dingin. Tidak ada senyum sedikitpun di wajahnya walaupun tadi dirinya sedikit terkejut melihat Jeongyeon menghampirinya.
"Ah, a-aku hanya ingin berbicara sesuatu padamu. A-apa kau sudah buru-buru ingin pulang?" Jeongyeon yang gugup berbicara sambil mengelus tengkuknya, meredakan rasa gugupnya.
"Nayeon, ayo, kita pulang." belum sempat Nayeon menjawab, Mingyu sudah datang menghampiri Nayeon dan Jeongyeon.
"Iya, aku sudah buru-buru ingin pulang. Ayo, Mingyu." dengan dinginnya Nayeon berucap seperti itu pada Jeongyeon. Nayeon langsung melangkah menuju mobil Mingyu yang sudah terpakir di depan kafe dan disusul oleh Mingyu.
Jeongyeon hanya berdiri mematung menatap Nayeon yang sudah masuk ke dalam mobil Mingyu tanpa sedikitpun menoleh ke arah Jeongyeon. Sedangkan Mingyu, sebelum ia masuk mobil, ia sempat melirik ke arah Jeongyeon dan memberikan tatapan yang sulit Jeongyeon artikan.
Malam itu, hati Jeongyeon benar-benar hancur.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfiction2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".